Mereka tidak langsung pergi.
Setelah pertarungan mengoyak nalar dan rasa di Pustaka Kosmos, Lied, Elira, Kael, dan Terra-∞ duduk dalam keheningan. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang tak terukur, mereka berhenti bergerak.
---
Di Dalam Terra-∞: Hening yang Dibutuhkan
Mesin mecha raksasa itu sedang dalam mode tidur parsial, mengisi ulang dari medan partikel perbatasan dimensi. Di ruang istirahat internal, yang seperti dinding bioteknologi hidup bernafas, Lied menatap kosong ke luar jendela: hamparan realitas patah yang perlahan menutup.
Terlihat tenang. Tapi tidak bagi Elira.
Ia duduk tidak jauh dari Lied, memandanginya sambil memeluk lutut. Rambutnya kusut, masih ada serpihan kristal di bahunya.
> "Kau belum bicara sejak kita keluar dari Pustaka Kosmos," ujarnya pelan.
"Kau... terlihat seperti mau menyerah waktu itu."
Lied tak langsung menjawab. Tapi ekspresinya melembut. Ia tahu Elira tidak sedang menghakimi—ia sedang khawatir.
> "Aku hampir menyerah. Tapi aku takut lebih besar lagi pada yang terjadi... kalau aku tidak bertahan."
---
Kael: Logika yang Luluh Lantak
Di ruang observasi atas, Kael menyesuaikan jalur masuk menuju koordinat Spiraeum. Tapi tangannya gemetar sedikit saat menyentuh panel.
> "Kenapa aku ragu padamu, Lied?" gumamnya lirih.
"Karena semesta sendiri menolakmu. Tapi... semesta juga bukan sempurna."
Ia mengingat masa-masa awal, saat dirinya hanya mempercayai angka dan peluang. Tapi sekarang, ia melihat sesuatu di luar statistik—ia melihat seseorang yang terus berdiri, bahkan ketika narasi dunia berusaha memutuskan jalannya.
> "Kau bodoh... tapi bodoh dengan cara yang membuat dunia berubah."
---
Kembali Bersama: Tim yang Terpecah, Kini Terhubung
Malam hari, mereka berkumpul di ruang tengah. Tak ada briefing. Tak ada strategi. Hanya percakapan manusia.
Terra-∞ memproyeksikan hologram nebula lembut yang menyerupai taman. Sebuah ruang yang terasa... damai.
Elira duduk di dekat Lied, dan tanpa berkata apa-apa, menyandarkan bahunya. Ia tak menangis, tak bertanya, hanya hadir.
Kael datang belakangan, membawa dua cangkir minuman penstabil saraf dan meletakkannya di meja.
> "Jangan minum semua. Itu mahal," katanya sambil duduk.
"Dan Lied... kalau kau gila, pastikan kau tetap gila dengan arah yang benar. Karena kami akan ikut bersamamu."
Lied tersenyum kecil. Untuk pertama kalinya sejak pertemuan dengan Penulis Asal, ia merasa dirinya nyata—bukan alat, bukan karakter, bukan jawaban. Tapi seseorang yang dipilih bukan karena kekuatan, tapi karena keberanian untuk terus percaya.
---
Terra-∞: Membangun dari Dalam
> "Aku menerima data emosi kalian," kata Terra dari ruang sistem pusat.
"Itu memperkuat fondasi hubungan neural. Aku tidak hanya berjalan di bawah perintah—tapi berdasarkan perasaan tim ini."
Mereka kini bukan sekadar pilot dan mesin. Mereka adalah ekosistem emosional, saling menopang, saling menghidupkan.
---
Menuju Spiraeum
Pagi yang tak benar-benar pagi datang. Di luar sana, Spiraeum menanti: dimensi dimana sejarah bisa ditulis ulang, atau dihancurkan selamanya.
Kael menarik tuas dimensi. Elira mengunci koordinat. Lied berdiri di pusat kendali, mantap tapi manusiawi.
> "Apa pun yang terjadi… kita masuk sebagai satu."