Langkah mereka terasa berat.
Bukan karena gravitasi dimensi, tapi karena beban realita yang bergantung di setiap pilihan mereka.
Di hadapan mereka terbentang jalur spiral tak berujung—Tangga Fragmen, yang melingkar mengelilingi inti Spiraeum. Setiap anak tangganya menguji memori, pilihan, dan keyakinan terdalam dari siapa pun yang melewatinya.
---
Terra-∞ Berhenti
> "Di titik ini, kekuatan mecha tidak relevan," ucap Terra-∞ dengan nada netral.
"Yang diuji bukan kekuatan fisik… tapi fondasi narasi jiwa kalian."
Kael dan Elira saling melirik. Aura ruang mulai mengalir ke dalam tubuh mereka. Setiap langkah naik terasa seperti melangkah ke dalam versi terdalam diri mereka masing-masing.
Namun hanya Lied yang terdiam lebih lama.
Langkahnya tak terangkat. Nafasnya berat.
Karena dia tahu. Ujian ini bukan hanya tentang mengenal diri—tapi tentang apakah dirinya... diterima.
---
Ruangan Ujian Lied: "Ruang Protagonis Yang Tertolak"
Ketika Lied melangkah masuk ke fragmen ruang miliknya sendiri, seluruh dimensi berubah.
Langit menjadi abu-abu. Tak ada warna. Tak ada suara.
Ia berdiri sendirian, di tengah ruang kosong penuh buku-buku yang tak pernah ditulis, tempat skenario-skenario alternatif tergeletak dalam debu.
Dan di depannya, duduk sesosok entitas yang menyerupai dirinya—Lied yang tak pernah dipilih.
> "Kau ingin menyelamatkan semesta?" suara itu dingin.
"Tapi bahkan semesta tidak ingin kau menjadi pahlawannya."
Lied menggenggam tangan kirinya, menahan gelombang rasa sakit yang muncul dari hatinya.
Sakit yang bukan berasal dari luka… tapi dari keraguan lama yang tak pernah sepenuhnya sembuh.
> "Aku pernah ragu…" katanya pelan.
"Tapi itu tak berarti aku akan berhenti."
---
Ujian Naratif: Menuliskan Diri Sendiri
Sebuah pena muncul di hadapannya. Pena tak bercahaya, seolah menunggu tinta dari jiwanya sendiri.
> "Tulis siapa dirimu. Tanpa naskah, tanpa bantuan narasi."
"Jika tidak bisa, kau hanyalah karakter kosong yang dipaksakan masuk ke cerita yang tak menginginkanmu."
Tangannya bergetar.
Namun perlahan, Lied menulis—bukan tentang pahlawan, bukan tentang kemenangan, tetapi tentang rasa sakit, kegagalan, dan pilihan yang tetap ia ambil meski tahu tak ada yang menjamin keberhasilan.
Ia menulis:
> Aku adalah makhluk yang tetap berjalan meski ditolak. Aku bukan protagonis karena semesta memilihku. Aku protagonis karena aku memilih untuk tetap ada.
---
Spiraeum Menerima
Ruang berguncang. Buku-buku yang usang mulai terbakar pelan, mengubah dirinya menjadi naskah emas yang melayang naik, membentuk pola spiral yang menari.
Entitas Lied bayangan tersenyum samar, lalu menghilang ke dalam cahaya.
Lied diterima.
Dan pena itu berubah menjadi cahaya—simbol bahwa ia telah menulis dirinya sendiri ke dalam struktur realita.
---
Di Luar Ruangan
Elira menoleh, matanya berkaca-kaca saat melihat Lied keluar dengan langkah mantap.
> "Kau berhasil?" tanyanya.
Lied hanya tersenyum.
> "Bukan karena aku diizinkan… tapi karena aku tidak pernah berhenti menulis siapa diriku."