WebNovels

Chapter 41 - Cermin yang Tak Pernah Retak

Di balik ujian Lied yang mengguncang jiwa, Spiraeum belum selesai menguji para pewaris narasi.

Elira dan Kael melangkah melalui dua lorong bercahaya, masing-masing menuntun mereka ke fragmen realita yang hanya bisa dilihat oleh mereka sendiri.

---

Elira: Ruang Harmoni yang Terlupakan

Lorong Elira sunyi, berwarna biru keunguan. Lantainya seperti air, namun tak membasahi kakinya. Dinding-dindingnya memantulkan cahaya kenangan: ayahnya, ibunya, akademi musik planet Calissar, senyumannya yang dulu selalu cerah sebelum perang mecha pertama dimulai.

Di ujung ruang itu, berdiri Elira versi lama—gadis lembut yang belum mengenal kehancuran, belum mengangkat senjata, belum kehilangan orang-orang yang dicintai.

> "Kau berubah," kata bayangannya.

"Dulu kau ingin menyembuhkan dunia dengan harmoni… Sekarang kau bertarung."

Elira menunduk.

Ia mengingat biolanya, jari-jarinya yang dulu lentik bermain nada, kini kasar karena genggaman senjata dan pengendalian mecha. Ia bukan lagi gadis yang dulu… dan itu menakutkan.

Namun perlahan, ia menjawab:

> "Aku masih ingin menyembuhkan dunia. Tapi dunia sekarang tak bisa sembuh dengan lagu lembut."

"Namun lagu itu tetap hidup… di dalam setiap langkahku bersama mereka."

Bayangan Elira tersenyum, dan melepaskan fragmen kristal melodi—sebuah nada murni dari masa lalunya.

Nada itu menyatu ke dalam Elira, menyempurnakan harmoni dalam dirinya: kekuatan untuk menyembuhkan sekaligus melindungi.

---

Kael: Lorong Ketidakpercayaan

Lorong Kael lebih gelap. Dindingnya dihiasi angka, simulasi, dan data-data militer.

Ia berjalan cepat—tapi ruang ini memperlambatnya, seolah menuntutnya menghadapi sesuatu yang tak bisa dipetakan.

Di depannya muncul Kael versi berpangkat tinggi, mengenakan seragam lengkap dengan tanda kehormatan.

> "Kau adalah komandan yang hebat. Rasional. Efisien."

"Kenapa kau menyerahkan akalmu untuk mengikuti seseorang seperti Lied, yang bahkan semesta ragukan?"

Kael terdiam.

Bayangan dirinya menatap tajam.

> "Apa yang kau kejar? Kebenaran? Atau hanya ingin memperbaiki rasa bersalahmu karena gagal menyelamatkan skuadmu dulu?"

Kael mengepalkan tangan.

> "Aku pernah kehilangan. Aku pernah salah memilih. Tapi Lied… dia tidak bersembunyi dari kesalahan."

"Dia berjalan ke arah kehancuran dan tetap membawa harapan."

Ruang itu perlahan terang. Bayangan Kael mengangguk, lalu menancapkan sebuah chip bercahaya ke dada Kael—simbol keputusan, kepercayaan, dan kesetiaan yang dibangun dari keraguan itu sendiri.

---

Kembali Bersatu

Di tangga utama menuju pusat Spiraeum, Lied berdiri menunggu, dikelilingi cahaya yang menari seperti partikel waktu.

Ketika Elira muncul, napasnya masih berat, tapi matanya kini tak ragu. Di belakangnya Kael muncul, membawa ekspresi yang lebih teguh dari sebelumnya.

Mereka berdiri berdampingan.

Bukan lagi sebagai pengikut narasi—tapi sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah kisah yang tak ditentukan oleh takdir, melainkan oleh pilihan.

> "Sudah waktunya," ucap Lied.

More Chapters