Di ambang Fraktur Narasi, tempat yang bahkan tidak diakui oleh Penulis Asal, udara terasa seperti bisikan yang tak berhenti. Bukan angin, tapi suara-suara narasi yang tak selesai—potongan takdir, sisa cerita yang tak pernah utuh.
Lied berjalan di depan, langkahnya tegas. Tapi dari belakang, dua pasang mata mengawasinya dengan arah pandang yang berbeda.
---
Elira: Kepercayaan yang Tertinggal
Elira duduk di sisi api buatan, menatap kilau cahaya yang terpantul dari pecahan realita. Tangannya menggenggam liontin kecil—bukan artefak, hanya pemberian kecil dari dunia asalnya.
> "Aku percaya padanya," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Kael melirik.
> "Karena kau ingin percaya, atau karena dia memang pantas dipercaya?"
Elira diam. Pertanyaan itu seperti memanggil kembali semua kenangan—dari Lied yang menyelamatkan mereka di reruntuhan Chronos Prime, dari setiap pilihan nekatnya yang menyelamatkan semesta…
dan kini, dari Lied yang bahkan tidak diakui semesta lagi.
> "Dia tetap Lied," kata Elira akhirnya. "Meskipun narasi menolaknya, aku tidak akan."
---
Kael: Logika yang Retak
Kael berjalan menjauh, menyapu pandangan ke lanskap Fraktur Narasi—tanah yang tak punya hukum waktu, langit yang berubah bahasa setiap menit.
> "Kau tahu, Elira," katanya sambil menatap potongan langit. "Aku ingin percaya dia tetap pemimpin kita."
> "Tapi semesta menolaknya. Node menolak. Bahkan Voidverse mulai mengabaikannya."
> "Kita hidup dalam semesta yang dibangun dari makna dan takdir. Dan jika Lied kehilangan tempat dalam itu semua… apa yang tersisa dari kita?"
Elira berdiri, menatap Kael tajam.
> "Lied bukan sekadar tokoh dalam cerita. Dia adalah alasan kita masih berdiri."
> "Lalu apa jika dia kehilangan arah? Kau akan meninggalkannya?"
Kael tak menjawab.
---
Lied: Dengar dari Jarak Jauh
Lied berdiri di tepi jurang narasi—tempat Fraktur terbuka ke dalam lorong-lorong kemungkinan yang gagal. Ia tidak mendengar percakapan mereka dengan telinga. Tapi ia tahu.
Hatinya bisa merasakannya.
Retakan kepercayaan. Keraguan yang tumbuh dalam tim.
> "Mungkin aku memang bukan bagian dari cerita ini lagi," bisiknya kepada Terra-∞.
Terra diam beberapa saat sebelum menjawab.
> "Kau mungkin bukan bagian dari cerita mereka. Tapi kau adalah cerita itu sendiri."
---
Menuju Titik Keputusan
Malam di Fraktur Narasi tak pernah gelap, tapi juga tak pernah terang. Waktu bukan berjalan, melainkan melingkar.
Di perkemahan kecil itu, Elira menatap ke arah Lied yang berdiri di pinggir ketidakpastian. Ia ingin mendekat, tapi menahan diri.
Sementara Kael… berjalan menjauh.
---
> Di luar, sesuatu bergerak di celah-celah narasi. Entitas dari Voidverse yang menyatu dengan kemungkinan rusak mulai mengamati.
Mereka tak tertarik pada Terra. Tidak pada tim.
Mereka hanya mencari satu hal: Narator yang hilang kendali.
Dan Lied… mungkin adalah narator yang mereka tunggu.