Waktu tak lagi lurus.
Langkah Lied terasa berat, bukan karena tubuhnya, tapi karena narasi di sekelilingnya—bergetar seperti pita rekaman yang mulai menolak isinya.
---
Retakan dalam Realita
Ketika mereka keluar dari Menara Kemungkinan Gagal, semua tampak tenang. Tapi hanya sekejap.
Langit di Aetherstrand Zone perlahan meretak, seolah realita sedang mengoreksi dirinya sendiri.
Warna-warna terbalik. Arah gravitasi berubah tiap lima detik. Nama-nama benda tak lagi dikenali.
> "Ini bukan hanya chaos biasa," ujar Kael, menyesuaikan helm pelindung.
"Narasi sedang berontak. Kau... Lied... mungkin sudah terlalu menyimpang dari jalur."
Elira menatap Lied dengan kekhawatiran dalam.
> "Semesta tahu apa yang kau lakukan. Dan ia tak suka."
---
Mimpi yang Bukan Miliknya
Saat malam menjelang (atau setidaknya, versi malam di zona itu), Lied tertidur sejenak.
Ia bermimpi.
Tapi bukan mimpi miliknya.
Ia bermimpi sebagai karakter lain.
> Seorang anak perempuan di planet puing yang mencintai cahaya.
Seorang Voidspawn muda yang tak ingin tumbuh menjadi mesin penghancur.
Seorang Chronovian yang kehilangan adiknya karena kehendak "narasi agung."
Setiap mimpi terasa nyata.
Dan setiap kali ia terbangun, sebagian dari dirinya terkikis, seolah realita sedang mengajarkan padanya:
> "Kau bukan satu-satunya yang layak jadi pusat cerita."
---
Penolakan Naratif
Saat mereka mencoba membuka portal menuju Node Eden-5—tempat selanjutnya untuk menemukan jejak Penulis Asal—terjadi sesuatu yang tak terduga.
Gerbang menolak Lied.
Pancarannya memudar saat ia mendekat.
> "Kau tidak ditulis untuk tempat ini."
Kalimat itu tidak keluar dari siapapun.
Itu muncul langsung di udara—huruf-huruf bercahaya, seperti sedang diberitahukan oleh semesta.
> "Tunggu, itu tak masuk akal!" seru Kael. "Bukankah dia—"
> "Narasi telah berubah," jawab Terra-∞ dengan tenang.
> "Lied adalah protagonis di jalur utama. Tapi ia memilih jalur tak tertulis. Maka semesta mulai menganggapnya... gangguan."
---
Elira Bicara
Di tenda yang mulai menghilang sebagian bentuknya, Elira duduk di samping Lied yang tengah termenung.
> "Kau tahu... aku dulu percaya pahlawan selalu tahu apa yang mereka lakukan."
> "Dan sekarang?" tanya Lied.
> "Sekarang aku tahu, pahlawan sejati adalah mereka yang terus berjalan... bahkan saat cerita tak ingin mereka menang."
Lied menatap tangannya.
Cahayanya berubah—tak lagi bersinar seperti dulu. Tapi ada kilau baru, lebih gelap, lebih kompleks.
> "Mungkin aku bukan pahlawan lagi."
> "Mungkin." Elira tersenyum. "Tapi kau tetap seseorang yang membuat pilihan saat yang lain hanya mengikuti skrip."
---
Arah Baru
Terra-∞ membuka jalur alternatif—melalui jalur retak yang disebut Fraktur Narasi, tempat yang dihapus oleh Penulis Asal sendiri karena terlalu liar.
> "Jika semesta tak mengizinkan kita ke jalur utama, maka kita buat jalur baru."
Lied berdiri.
Tubuhnya terasa asing. Tapi langkahnya masih miliknya.
> "Kalau aku harus menyusuri semesta sebagai kesalahan,
maka aku akan menjadi kesalahan paling bermakna yang pernah ditulis."