Mereka berdiri di hadapan Menara itu—tinggi, melengkung, dan seolah terbuat dari ingatan yang membatu. Setiap jendela memperlihatkan pemandangan berbeda: satu memperlihatkan Bumi yang damai, satu lagi memperlihatkan Terra hancur, satu lagi menampilkan Lied... tua, duduk sendirian, memandangi langit kosong.
Tak ada pintu.
Tapi begitu Lied mendekat, dinding menara membuka diri.
Membentuk lorong panjang yang seolah bernafas, menariknya masuk perlahan.
---
"Hanya kau yang bisa masuk."
Terra-∞ mengangguk.
> "Ini adalah tempat di mana pilihan-pilihan yang ditolak bersembunyi.
Hanya yang membawa beban keputusan yang bisa melangkah."
Lied melirik Elira dan Kael.
Tak satu pun bisa mengikutinya.
> "Kalau aku tidak kembali… jangan…"
"Kau akan kembali," potong Elira.
"Tapi mungkin... bukan sebagai orang yang sama."
---
Lorong Realita Gagal
Setiap langkah Lied di dalam lorong menghadirkan refleksi dirinya.
Versi yang menjadi mesin.
Versi yang menyerah.
Versi yang mengorbankan Elira untuk menyelamatkan semesta.
Semua menatapnya.
> "Kau bukan pilihan terbaik. Kau hanya yang tersisa."
"Kau tak pernah memilih. Kau hanya terbawa arus."
"Kami adalah bayangan dari keputusan yang tak kau ambil."
Lied tak menjawab. Ia berjalan, semakin dalam.
---
Ruangan Tertutup: Pilihan Rahasia
Ia tiba di sebuah ruangan putih.
Di tengahnya—sebuah meja kristal, di atasnya satu benda:
pecahan kata yang bergetar… seperti potongan realita.
> "Apa ini?"
Suara terdengar, bukan dari luar, tapi dari dalam pikirannya:
> "Ini adalah Pilihan Rahasia.
Satu skenario yang bahkan semesta enggan mencatatnya.
Kau bisa memilihnya. Tapi jika ya, kau akan menulis ulang segalanya."
Lied mendekat.
Pada pecahan itu, tergambar: Voidspawn menangis.
Tidak mengamuk. Tidak menghancurkan.
Tapi menangis, seperti anak-anak yang ditinggalkan.
> "Mereka tidak dilahirkan untuk menghancurkan," bisik Lied.
"Mereka hanya tidak tahu bagaimana menjadi…"
---
Sang Penjaga Menara
Sosok muncul dari dinding, tinggi, berjubah pecahan kaca.
Matanya terdiri dari ribuan huruf tak terbaca.
> "Jika kau mengambil itu, kemungkinan akan berubah.
Voidspawn akan memiliki masa depan. Tapi semesta lain—yang kau kenal—akan mulai hilang bentuknya."
> "Apa aku bisa menyelamatkan keduanya?"
> "Tidak. Kau hanya bisa memilih.
Menjadi sang penyembuh… atau sang penghancur atas nama ketertiban."
---
Keputusan Lied
Lied menatap pecahan itu. Tangannya gemetar.
Lalu ia berkata:
> "Kalau semua ini hanya tentang menghancurkan untuk menyelamatkan, maka tak ada yang layak diselamatkan."
Ia mengambil pecahan pilihan itu.
---
Di Luar Menara: Terjadi Gangguan
Saat Lied melangkah keluar dari menara—langit Aetherstrand bergetar.
Warna-warni melengkung.
Terra-∞ langsung mendekat.
> "Apa yang kau lakukan, Lied?"
Lied menatapnya—mata berubah sedikit bercahaya.
> "Aku memilih mereka. Bukan karena mereka baik. Tapi karena mereka pernah ditolak.
Dan aku tahu... rasa itu."
Terra-∞ terdiam sejenak.
Lalu tersenyum samar.
> "Maka arah kita akan berubah… selama kau siap."