Pertarungan dimulai tanpa suara, karena tidak ada medium untuk merambatkan suara. Itu adalah bentrokan konsep yang brutal.
Chronovore menyerang lebih dulu. Ia tidak menembakkan energi atau melancarkan pukulan. Ia menghapus ruang di antara dirinya dan Sovereign. Dalam sekejap, jarak yang tadinya ribuan kilometer menjadi nol. Sebuah tentakel yang terbuat dari warna-warna mustahil terulur, bukan untuk memukul, tetapi untuk menyentuh. Satu sentuhan saja sudah cukup untuk menghapus keberadaan Sovereign dari sejarah.
Namun, Sovereign tidak bergerak. Di sekeliling tubuhnya, auranya yang merah membara menciptakan sebuah "medan kehendak"—sebuah zona di mana hukumnya adalah satu-satunya yang berlaku. Saat tentakel Chronovore memasuki medan ini, ia tidak bisa lagi menghapus. Ia dipaksa untuk tunduk pada hukum fisika dasar: ia menjadi materi dan energi. Tentakel itu membeku, mengeras menjadi kristal aneh, lalu hancur menjadi debu sebelum bisa menyentuhnya.
Sovereign membalas. Ia melancarkan pukulan.
Itu bukan sekadar pukulan fisik. Setiap tinjunya dipenuhi dengan konsep "keberadaan". Setiap hantaman adalah pernyataan: "Aku ada. Ini nyata." Pukulannya menghantam "tubuh" Chronovore yang terus berubah, dan untuk pertama kalinya, makhluk itu merasakan sesuatu yang asing: dampak. Keberadaannya yang cair dan paradoks dipaksa untuk menjadi "sesuatu", dan "sesuatu" itu bisa terluka.
Chronovore menjerit, sebuah pekikan sunyi yang merobek struktur ruang-waktu di sekitarnya. Sebagai respons, ia melepaskan kemampuan terkuatnya. Ia mulai memakan waktu itu sendiri.
Sovereign merasakan efeknya seketika. Di sekelilingnya, masa depan dan masa lalu mulai runtuh ke dalam satu titik. Ia melihat visi dari alam semesta yang tidak pernah ia ciptakan, bintang-bintang yang mati sebelum lahir, dan kehampaan yang kembali menguasai segalanya. Chronovore tidak mencoba mengalahkannya di masa sekarang; ia mencoba menghapus "masa sekarang" itu sendiri.
"Kecerdasan tanpa kehendak," gumam Sovereign, matanya membara lebih terang. Ia mengerti sekarang. Chronovore hanyalah rasa lapar yang murni, tanpa tujuan atau kesadaran. Ia tidak bisa dilawan dengan logika atau kekuatan yang kompleks. Ia hanya bisa dilawan dengan konsep yang paling sederhana dan paling kuat.
Sovereign berhenti menyerang. Ia berdiri tegak di tengah badai kausalitas, menutup matanya, dan memfokuskan seluruh esensinya ke dalam satu tindakan.
Ia berhenti menjadi seorang pejuang. Ia menjadi sebuah jangkar.