Untuk pertama kalinya dalam jutaan tahun, The Void Sovereign meninggalkan Nexus untuk tujuan pertempuran. Ia melintasi dimensi dan tiba di perbatasan terluar dari multiversenya. Dinding realitas tampak tipis di sini, dan di baliknya, sang Chronovore sedang menggerogoti jalannya masuk, menyebabkan riak-riak paradoks waktu di sekitarnya.
Sovereign tahu wujud kosmiknya, yang begitu terikat pada realitas ini, tidak akan efektif. Untuk melawan sesuatu yang anti-realitas, ia membutuhkan perwujudan dari konsep yang paling murni dan absolut: Kehendak.
Tubuhnya yang berisi galaksi dan nebula runtuh ke dalam satu titik singularitas. Kemudian, dalam keheningan, titik itu meledak keluar. Bukan ledakan cahaya, tetapi ledakan tekanan dan kehadiran murni.
Sosok humanoid tinggi terbentuk. Otot-ototnya bukan terbuat dari daging, tetapi dari kepadatan eksistensi. Jubah merah ikoniknya terbentuk dari energi kinetik yang dibekukan. Dan matanya... matanya yang dulu hitam legam kini membara dengan api putih yang ganas.
Wujud Kehendak. Bentuk Jiren-nya telah kembali.
Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Ia hanya mengangkat satu kepalan tangannya. Aura merah yang meledak dari tubuhnya begitu kuat hingga merusak ruang hampa, menciptakan gelombang kejut konseptual yang menghantam Chronovore.
Untuk sesaat, makhluk pemakan realitas itu berhenti maju. Ia telah merasakan sebuah kehendak yang sama absolutnya dengan rasa laparnya.
Di ujung keberadaan, di mana tidak ada saksi mata, pertempuran paling fundamental dalam sejarah alam semesta akan segera dimulai. Pertarungan antara Keinginan untuk Ada melawan Keinginan untuk Menghapus.