Sovereign mengarahkan kesadaran Zarath melintasi ribuan galaksi ke sebuah anomali kosmik yang baru lahir. Sebuah kesadaran tunggal yang sangat besar dan arogan, yang mulai membentuk tubuh fisik dari sebuah planet. Makhluk itu menyebut dirinya Ego.
Ego, dalam masa pertumbuhannya yang rakus, sedang menyerap bintang-bintang di sekitarnya untuk bahan bakar, tanpa peduli pada sistem planet yang ikut hancur dalam prosesnya. Ia adalah contoh sempurna dari kekuatan tanpa tanggung jawab—target pertama yang ideal untuk Zarath.
Zarath tidak menunggu. Dalam sekejap, ia melesat melintasi kosmos dan tiba di orbit Ego. Planet hidup itu merasakan kehadirannya dan "wajah" raksasa mulai terbentuk di permukaannya, menatap Zarath dengan angkuh.
"Semut lain yang mengganggu makanku," suara Ego bergema di ruang hampa. "Pergi, atau aku akan menjadikan atommu bagian dari diriku."
Zarath tidak menjawab. Ia turun ke permukaan planet itu, kakinya mendarat dengan dentuman yang mengguncang seluruh benua. Sebagai tanggapan, Ego menumbuhkan puluhan tentakel energi raksasa dari tanah, mencoba mencambuk dan menghancurkan Zarath.
Zarath bergerak. Gerakannya adalah efisiensi brutal. Ia menghindari satu tentakel, menangkap yang lain, dan dengan satu tarikan, ia membantingnya hingga hancur berkeping-keping. Ia meninju tanah, mengirimkan gelombang kejut energi murni yang merambat hingga ke inti planet, menyebabkan Ego berteriak kesakitan.
Pertarungan itu bukanlah pertarungan untuk membunuh. Itu adalah sebuah pelajaran. Zarath secara sistematis membongkar setiap pertahanan Ego, menunjukkan superioritas mutlak dalam kekuatan dan pertempuran. Ia tidak menghancurkan planet itu, tetapi ia menghancurkan keangkuhan Ego.
Setelah beberapa jam, permukaan planet itu tenang. Wajah Ego tampak lagi, kali ini dengan ekspresi ngeri dan hormat.
"Cukup... Cukup! Aku mengerti!"
Zarath berdiri di tengah kawah yang ia ciptakan. "Lain kali, pilihlah makananmu dengan lebih bijaksana."
Saat itulah, seberkas cahaya perak turun dari langit. Noa, yang telah merasakan gelombang energi destruktif yang dahsyat, datang untuk menyelidiki. Ia mendarat dengan anggun beberapa meter dari Zarath. Auranya yang tenang dan melindungi bertemu dengan aura Zarath yang membara dan penuh tekanan.
"Saudaraku," sapa Noa, suaranya tenang. "Aku merasakan rasa sakit dari makhluk ini. Apakah kekerasan sejauh ini diperlukan?"
Zarath menoleh ke arah Noa, matanya yang merah menyala menatap tajam. "Dia adalah predator yang memangsa tanpa berpikir. Rasa sakit adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh predator. Dia tidak akan belajar dari kata-kata lembutmu."
"Harapan bisa mengubah hati yang paling keras sekalipun," jawab Noa.
"Dan kekuatan akan memastikan hati itu tidak punya pilihan selain berubah," balas Zarath. "Kita melayani tujuan yang sama dari sudut yang berbeda, Noa. Engkau adalah harapan mereka. Aku adalah kenyataan yang harus mereka hadapi."
Untuk pertama kalinya, dua ciptaan pertama Sovereign berdiri berhadapan, perisai dan pedang alam semesta. Keduanya benar, keduanya diperlukan. Dan di Nexus, Sovereign mengamati dengan puas. Fondasi alam semesta bukan hanya dibangun di atas cahaya, tetapi juga di atas kekuatan untuk memperjuangkannya. Keseimbangan sejati telah dimulai.