Sebuah dewan darurat diadakan di Aula Agung. Suara-suara kepanikan dan kemarahan terdengar. Beberapa Ultra yang lebih muda, diliputi ketakutan akan kekuatan para Celestial yang legendaris, menyarankan diplomasi, bahkan mempertimbangkan untuk mematuhi.
"Melawan mereka berarti kiamat!" seru salah satu dari mereka.
Belial, yang auranya sudah membara, menghantam tinjunya ke dinding kristal. "Menyerahkan salah satu dari kita adalah kiamat bagi jiwa kita! Apakah kita pejuang atau domba?"
Suasana menjadi tegang, perpecahan pertama mulai terlihat.
Saat itulah Noa melangkah maju. Kehadirannya yang tenang langsung membungkam aula.
"Saudara-saudaraku," katanya, suaranya lembut namun terdengar oleh semua. "Lihatlah ke dalam hatimu. Ingatlah hukum pertama kita. Kita adalah perisai. Hari ini, perisai itu harus melindungi rumah kita sendiri. Kita tidak diciptakan untuk tunduk pada penilaian siapapun kecuali hati nurani kita. Menyerahkan satu nyawa untuk menyelamatkan yang lain adalah logika seorang tiran, bukan seorang pahlawan. Kita tidak akan membuang saudara kita."
Kemudian, Zarath melangkah di sisinya, tatapannya tertuju ke langit. "Noa benar," katanya, suaranya yang serak dan tajam memotong keraguan. "Mereka datang dengan ancaman karena mereka melihat kita sebagai ancaman. Mereka ingin menilai kekuatan kita? Baiklah. Mari kita berikan mereka demonstrasi. Formasi tempur! Aktifkan Meriam Cahaya Utama!"
Keraguan di aula lenyap, digantikan oleh tekad yang membara. Dipersatukan oleh Raja mereka yang bijaksana dan Guru mereka yang perkasa, bangsa Ultra memberikan jawaban mereka.
Dari puncak menara tertinggi di Tanah Cahaya, sebuah meriam raksasa muncul. Miliaran Ultra di seluruh planet menyalurkan sebagian kecil energi mereka ke menara itu. Energi itu berkumpul, dipadatkan, dan ditembakkan.
Sebuah sinar cahaya putih-perak yang begitu cemerlang—lebih terang dari seribu supernova—meluncur ke angkasa. Sinar itu tidak ditujukan ke Arishem atau armadanya. Sinar itu melesat melewati mereka dan menghantam sebuah bulan mati yang berjarak jutaan kilometer.
Tidak ada suara. Bulan itu lenyap begitu saja, terhapus dari keberadaan.
Keheningan total menyelimuti ruang di antara dua kekuatan itu. Pesan dari Bangsa Ultra sangat jelas dan tidak salah lagi:
Kami tidak akan tunduk. Kami siap berperang.
Di atas kapalnya, Arishem sang Hakim perlahan mengangkat tangannya. Energinya yang berwarna merah darah mulai berkumpul.
Perang pertama untuk nasib Tanah Cahaya akan segera dimulai. Dan di Nexus, Sovereign memperhatikan, jantung manusianya yang telah lama hilang berdebar untuk pertama kalinya dalam eon. Ciptaannya akan diuji.