[Di dalam kelas, pagi hari]
Kelas berjalan dengan ritme yang biasa. Suara guru yang menjelaskan materi dan deru pena di atas kertas menjadi latar belakang yang monoton. Namun, di sudut kelas yang gelap, tatapan tajam Rayka tak pernah lepas dari sosok Jora yang duduk tenang di bangkunya.
Rayka menarik napas panjang, lalu berdiri dengan kasar.
Rayka (berbisik kasar pada temannya):
“Kali ini aku gak bakal kasih dia kesempatan buat kabur.”
Teman Rayka (cemas):
“Ray, jangan buat masalah terlalu besar, ya…”
Rayka (menatap penuh dendam):
“Ini bukan masalah kecil. Ini pembalasan yang ditunggu-tunggu.”
Sementara itu, Jora sadar akan keberadaan mata-mata yang semakin intens mengawasinya. Dia menghela napas pelan, mencoba menenangkan hati.
[Rayka masuk ke kelas jora ]
Dengan langkah berat dan penuh amarah, Rayka berdiri tepat di depan meja Jora. Suasana kelas langsung berubah tegang, semua murid menahan napas.
Rayka (dengan suara pelannya):
“kau jora nakka bukan ?.”
"sepertinya ada hal yang harus kita selesaikan berdua".
Jora mengangkat kepala, tatapannya dingin namun tajam.
jora berkata “Aku gak cari masalah. Tapi kalau kamu yang memulai, aku gak akan mundur.”
"Aku tau harga diri dimas tinggi, namun jika dia terus mengganggu ku, aku tak punya pilihan".
"Datanglah langsung secara bersamaan dan serang diriku tantangan ini berlaku untuk semua orang suruhan dimas" ujar jora .
Rayka (tersenyum sinis):
“Kau pikir bisa menang? Kau terlalu lemah untuk mengucapkan kalimat itu.”
Dengan suara rendah jora mengatakan “Lemah atau kuat, aku takkan biarkanmu mengganggu hidupku.”
Beberapa siswa mulai berbisik, ada yang takut, ada yang penasaran.
Tiba-tiba, Rayka memukul meja dengan, memecah ketegangan menjadi aksi. Hantaman itu menjadi salam pembukaan dari pertarungan yang sudah dimulai
Dengan dorongan amarah, Rayka menyerbu Jora. Pukulan-pukulan kasar menghantam udara, dan Jora menghindar dengan sigap, mengatur ritme pertarungan.
Rayka (marah):
“Kau harus hancur! Aku gak peduli kata siapapun!”
Jora (tenang dan fokus):
“Pertarungan ini bukan tentang kebencian. Ini tentang bertahan hidup.”
Rayka melancarkan serangan brutal, memukul dengan kekuatan liar. Namun Jora tetap tenang, mengingat kata-kata ayahnya.
“Pukulan tanpa emosi adalah pukulan yang tak tertandingi.”
kalimat itu terus terulang dibenak jora.... BUHKKK, Jora menahan pukulan Rayka dan membalas dengan pukulan cepat yang tepat sasaran. Rayka terjatuh, wajahnya berdarah dan tubuhnya tak bergerak.
Siswa-siswa di sekitar berteriak panik.
noah yang melihat aksi tersebut sedkit tercengang dengan kekuatan dan prinsip dari jora, namun pikiran nya teralihkan oleh dimas dan geng nya.
Noah melangkah maju ke arah Dimas dan gengnya yang menonton dari kejauhan.
Noah (dengan suara dingin dan penuh ancaman):
“Dengar baik-baik, kalau kalian ganggu Jora lagi, aku gak hanya akan melawan. Aku akan hancurkan kalian sampai tak bersisa.”
Dimas menatap Noah dengan mata melebar, tubuhnya menegang. Ia tahu ancaman ini bukan omong kosong.
setelah pertarungan tadi jora dipanggil ke ruang guru untuk dimintai keterangan atas kejadian yang baru saja terjadi.
di runangan guru Jora duduk dengan kepala tertunduk, tangan sedikit gemetar. Kepala sekolah dan beberapa guru memandangnya dengan campuran prihatin dan curiga.
Kepala Sekolah:
“Jora, kamu harus jelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Rayka sekarang koma di rumah sakit.”
Jora mengangguk pelan, merasa berat menanggung semua ini.
tak terpikir olehnya bahwa serangan terakhir nya membuat Rayka tak sadarkan diri
Guru Lain:
“Kamu tahu, konsekuensi dari pertarungan ini sangat serius.”
jora hanya menunduk tak bergeming, hal yang terlintas dipikiran nya hanya nya rasa benci dan kekesalan atas hal yang terjadi, masa sekolah yang dia imipikan sebelumnya harus hancur oleh karna satu buah kesalahan yang seharusnya tidak dia perbuat.
"Ayah ibu, sekali lagi maafkan aku"
[Hari berikutnya,di ruang interogasi polisi]
Lampu yang redup menyinari ruangan kecil itu. Seorang petugas polisi menatap Jora dengan serius.
Polisi:
“Kamu harus jujur. Ini bukan perkelahian biasa. Rayka kritis dan kemungkinan besar akan mengalami luka permanen.”
Jora mencoba tetap tenang, suaranya bergetar.
Jora:
“Aku cuma berusaha melindungi diri. Aku gak pernah ingin melukai siapa pun.”
polisi mengatakan bahwa ini bukanlah kasus biasa lantaran ternyata jora pernah menghajar orang lain sebelumnya yang bukan lain adalah devan, polisi berpikir bahwa jora adalah anak yang arogan yang mencoba mencari nama lewat menghajar orang orang.
namun disela pembicaran dengan jora terdengar Sosok misterius dengan suara lembut namun tegas berbicara melalui telepon.
“Kami sudah mengetahui situasinya. Lepaskan Jora. Jangan biarkan masalah ini berkembang lebih jauh.”
Polisi ragu, namun akhirnya menurut.
Jora melangkah keluar dengan tubuh lemas. Ia menatap sosok misterius yang berdiri jauh di keramaian, ingin bertanya siapa dia, tapi ia terlalu lelah.
Sosok itu tersenyum samar lalu menghilang.
[Di gudang kosong, markas geng Dimas]
Dimas duduk di kursi tua, wajahnya merah padam oleh kemarahan. Di sekelilingnya, anggota gengnya berdiri gelisah, suasana penuh ketegangan.
“Kekalahan Rayka bukan hanya kegagalan. Itu aib besar buat kita semua. Aku gak ngerti, kenapa Noah ngelindungin Jora? Apa hubungannya dia sama Jora?”
Dengan tegas Dimas berkata "sekarang target kita bertambah, hancurkan jora dan noah"
Reno (teman Dimas, berbisik):
“Lo gila ya, lo pikir kita bisa lawan mereka berdua? Apalagi Noah? Dia kuat banget, Dimas.”
Dimas (mengerutkan dahi, bicara tegas):
“Gue gak peduli sekuat apa mereka. Kalo mau, kita serang mereka berdua sekaligus. Biar mereka tahu siapa yang pegang kendali di sini.”
Anggota lain:
“Tapi Noah itu… dia kayak setengah dewa di sekolah ini. Anak kelas 1 aja takut sama dia.”
Dimas berdiri, menatap tajam semua yang hadir.
Dimas:
“Noah itu memang kuat. Tapi kita gak bisa cuma diam. Dia harus ditundukkan. Ingat, di SMA Dermaga 2, kekuasaan bukan milik anak kelas 1 seperti dia, tapi anak-anak kelas 2 seperti kalian. Bahkan yang kelas dua pun takut ngelawan Noah. Itu bukan soal keberuntungan. Itu soal kekuatan.”
Seorang anggota geng yang lain berbicara pelan.
Anggota:
“Kita harus tahu siapa sebenarnya Noah. Dia lebih dari sekadar anak kaya biasa.”
Perkenalan Noah
Noah, anak tunggal dari keluarga konglomerat ternama, dikenal bukan hanya karena kekayaannya, tapi juga aura misterius yang mengelilinginya.
Meski hidup dalam kemewahan, Noah tak pernah benar-benar bebas. Status keluarganya membuatnya terisolasi, bahkan dari teman-teman sebayanya.
Sejak kecil, Noah menjadi target empuk para penjahat dan perampok yang mengincar kekayaan keluarganya.
Ketika berumur lima tahun, sebuah peristiwa mengerikan terjadi: penculikan.
Anak kecil yang rapuh itu diambil paksa dari rumahnya. Namun, nyawanya diselamatkan oleh seorang pengawal setia ayahnya—mantan kepala tentara yang terlatih.
Melihat Noah yang trauma dan ketakutan akan bahaya yang terus mengintai, sang pengawal memutuskan untuk melatihnya secara intensif dengan ilmu bela diri dan strategi militer.
Hasilnya? Noah yang kini masih berstatus pelajar, memiliki kemampuan setara dengan tentara profesional.
Kekuatan itulah yang menjadikannya penguasa tak tertandingi di antara para siswa kelas 1, bahkan membuat anak-anak kelas 2 sekalipun harus menghindar darinya.
[Kembali ke markas geng Dimas]
Dimas menggenggam meja dengan kuat, wajahnya dipenuhi tekad.
Dimas:
“Kita harus siap. Ini bukan soal jumlah, tapi kualitas. Kita perlu rencana matang buat bisa kalahin Noah dan Jora. Kalau nggak, kita yang bakal hancur.”
Reno mengangguk, memberi rasa hormat tapi ketakutan juga mulai tumbuh.