WebNovels

Chapter 25 - Bab 25 – Darah dan Arus Emas

Angin menderu seperti ribuan sayap kelelawar raksasa, membawa debu pasir dan percikan air laut yang asin. Tubuh Arka masih melayang di udara akibat ledakan cahaya tadi, jantungnya berdetak tak beraturan.

Di hadapannya, tombak emas berkilau, melayang seolah menunggu untuk diraih.

Sentuhan Pertama

Saat jari Arka menyentuh gagang tombak itu, tubuhnya langsung disambar aliran panas luar biasa. Namun panas ini bukan seperti api… melainkan seperti arus air deras yang mengalir di dalam darahnya, memenuhi setiap serat otot.

Pandangannya berubah. Dunia sekitarnya kini terlihat dalam lapisan-lapisan aliran energi: air laut yang mengalir, akar pohon bercahaya yang memompa cahaya ke tanah, bahkan pusaran merah di langit yang berputar mengikuti irama yang… ia sadari sama dengan detak jantungnya.

"Ini… kekuatan Sungai Emas," gumamnya.

Satria Terdesak

Teriakan Satria membuyarkan pikirannya. Tak jauh dari sana, Satria terdorong mundur hingga hampir jatuh ke tepi pulau. Dua pengawal Penjaga Arus Hitam menekan tanpa henti, serangan mereka semakin cepat seiring pulau terus berguncang.

Arka mengepalkan gagang tombak. Tanpa sadar, ia menancapkan ujungnya ke pasir. Seketika, air laut di sekitar pulau bangkit membentuk gelombang setinggi pohon kelapa, lalu jatuh menghantam dua pengawal itu, menghempaskan mereka hingga tak bergerak.

Satria menoleh, terengah-engah. "Arka… itu"

"Tidak sekarang. Kita harus ke Ayahku!" potong Arka.

Gerbang Hulu Sungai Membuka

Mereka berlari ke arah pohon bercahaya, tapi langkah mereka terhenti. Pusaran merah di langit kini terbuka penuh, memancarkan cahaya darah yang memantulkan siluet ayah Arka dan pemimpin Penjaga Arus Hitam di dalamnya.

Tubuh ayahnya melayang tak berdaya, tapi pemimpin itu justru berdiri tegak di udara, seolah gravitasi tak berlaku padanya. Senyum bengis terukir di wajahnya.

"Terima kasih, Arka," suaranya menggema dari atas. "Dengan menyentuh tombak itu, kau sudah membangkitkan kuncinya. Sekarang, Gerbang Hulu Sungai akan menjadi jalanku… menuju seluruh dunia!"

Arka menggenggam tombak lebih erat. "Kalau kau mau melewati gerbang itu, kau harus melewati aku!"

Pertarungan di Batas Dunia

Tanah pulau mulai retak, potongan besar batu terlepas dan melayang ke udara, tersedot oleh pusaran. Arka dan Satria memanjat akar pohon bercahaya, mencoba mendekat ke pusat kekuatan gerbang.

Pemimpin Penjaga Arus Hitam melompat turun, pedang hitamnya kini berlapis aura merah menyala. Saat ia menebas, udara di sekitarnya pecah seperti kaca yang retak, menciptakan gelombang kejut yang memaksa Arka melompat mundur.

Arka menangkis serangan berikutnya dengan tombak emas, dan benturan mereka menimbulkan ledakan cahaya emas-merah yang membuat Satria terhuyung.

"Kalau kau menguasai tombak itu, kau bisa mengendalikan Gerbang Hulu Sungai!" teriak pemimpin itu. "Tapi… hanya jika kau cukup kuat untuk membunuhku!"

Darah yang Mengalir

Pertarungan mereka berlangsung cepat dan brutal. Arka mulai terbiasa dengan tombak, memutar dan menusuk seperti tombak itu sendiri membimbing tangannya. Namun kekuatan lawannya luar biasa; setiap serangan pedang membuat tombaknya bergetar hebat.

Hingga satu tebasan berhasil menembus pertahanan Arka, meninggalkan luka dalam di lengan kirinya. Darahnya menetes ke tanah… dan anehnya, darah itu langsung diserap akar pohon bercahaya.

Cahaya pohon itu tiba-tiba menguat, lalu melesat ke tombak emas di tangan Arka. Tubuhnya kembali dipenuhi energi, kali ini lebih liar dan mendesak. Ia merasakan kekuatan ayahnya, entah bagaimana, mengalir di dalamnya.

Akhir Bab

Dengan teriakan yang memecah angin, Arka melompat tinggi, tombaknya berputar memotong udara, membentuk pusaran emas yang menyambar pemimpin Penjaga Arus Hitam.

Namun sebelum tombaknya mengenai sasaran, pusaran merah di langit memancarkan kilatan cahaya yang menyelubungi mereka berdua dan dalam sekejap, Arka tak lagi berada di pulau itu.

Ia terhuyung, matanya menyesuaikan diri, dan menyadari… ia kini berdiri di sebuah tempat yang tak pernah ia lihat sebelumnya: dataran luas berair, dengan ribuan arus emas yang mengalir ke segala arah, dan di tengahnya… berdiri sosok yang mirip ayahnya, tapi dengan mata emas menyala.

More Chapters