WebNovels

Chapter 30 - Bab 30 – Duel di Menara Hitam

Angin berputar liar di puncak menara. Langit di atas mereka seperti sedang terkoyak awan hitam berputar, diselingi kilatan emas yang aneh, bukan kilat biasa. Di bawah sana, Danau Emas bergolak, seolah merespon ketegangan dua jiwa yang berdiri berhadapan.

Arka menatap sosok di depannya.Ayahnya atau makhluk yang mengenakan wajah itu berdiri tegak, tubuhnya dikelilingi aliran energi emas yang berputar seperti naga. Mata kanan yang bersinar emas tampak penuh kuasa, namun mata kiri yang hitam pekat menyimpan kedalaman yang dingin dan asing.

"Arka," suara ayahnya bergema, tak sepenuhnya manusia."Setiap langkah yang kau ambil sejak memasuki Sungai Emas… sudah membawamu ke sini. Sekarang, kau hanya punya dua pilihan: bergabung denganku, atau lenyap."

Arka mengangkat tombaknya, ujungnya memantulkan cahaya emas dari danau di bawah. "Jika kau benar-benar ayahku… buktikan dengan bertarung tanpa bersembunyi di balik kutukan ini."

Senyum tipis muncul di wajah sang ayah. "Baiklah… tapi jangan menyesal."

Pertempuran Dimulai

Suara dentuman keras terdengar saat kaki sang ayah menghantam lantai. Retakan bercahaya emas menjalar cepat, dan dari celah itu, semburan logam cair menyembur, membentuk tombak-tombak emas yang melesat ke arah Arka.

Arka memutar tombaknya, menangkis serangan itu satu per satu. Setiap benturan membuat percikan emas beterbangan, menggores kulitnya seperti pisau halus.

Ia membalas dengan melompat tinggi, menusukkan tombaknya langsung ke dada sang ayah. Tapi sebelum senjata itu menyentuh, sang ayah mengangkat tangan, membentuk perisai emas transparan yang memantulkan serangan Arka kembali padanya.

Arka terhempas, namun ia menggulingkan tubuhnya, bangkit lagi. Napasnya berat, tapi matanya menyala dengan tekad.

Ilusi Masa Lalu

Tiba-tiba, suasana menara berubah. Dinding hitam dan langit kelabu memudar, digantikan oleh pemandangan rumah lama mereka di desa tempat Arka kecil sering bermain di halaman sambil mendengar ibunya bernyanyi.

Di depan rumah itu, ia melihat sosok ibunya tersenyum, memanggilnya. "Arka… pulanglah. Kau tidak perlu bertarung."

Hatinya goyah. Ia hampir melangkah maju… tapi kemudian teringat, ibunya telah meninggal bertahun-tahun lalu.Ini… ilusi!

Ia memejamkan mata, lalu menghantam tanah dengan tombaknya. Ledakan energi dari senjatanya memecah pemandangan semu itu, mengembalikan mereka ke puncak menara.

Sang ayah tersenyum tipis. "Kau semakin kuat. Tapi kekuatan itu… bisa menghancurkanmu."

Pertarungan Tanpa Batas

Keduanya saling menyerang dengan kecepatan yang nyaris tak terlihat mata. Tombak Arka melesat, membentuk pusaran angin tajam, sementara sang ayah memanggil gelombang emas yang berubah bentuk menjadi naga, burung, bahkan bilah pedang.

Benturan demi benturan membuat menara bergetar hebat, batu-batunya retak, dan Danau Emas di bawah mereka semakin bergejolak.

Arka mulai menyadari pola serangan ayahnya gerakan mata emas selalu mendahului serangan fisik, sementara mata hitamnya mengendalikan kekuatan ilusi.Jika ia bisa mengacaukan keseimbangan keduanya, mungkin ia punya kesempatan menang.

Serangan Penentu

Arka menutup matanya sesaat, membiarkan pendengarannya mengambil alih. Ia mendengar deru angin, gemuruh danau, dan denyut langkah ayahnya. Tepat saat sang ayah meluncurkan serangan emas dari sisi kanan, Arka melompat ke arah berlawanan, memutar tombaknya, dan menusuk mata kiri sumber kekuatan ilusi.

Teriakan marah mengguncang udara. Cahaya emas di sekitar sang ayah meledak liar, tapi ilusi-ilusi mulai runtuh. Kini yang tersisa hanyalah kekuatan mentahnya.

Mereka bertarung lagi, tapi kali ini Arka mulai mendorong ayahnya mundur, sedikit demi sedikit.

Kebenaran Terungkap

Di tengah benturan terakhir, sang ayah berlutut, darah emas menetes dari luka di matanya. Nafasnya berat."Arka… kau… benar-benar mewarisi tekad ibumu."

Arka mendekat, masih waspada. "Katakan padaku… siapa yang mengutukmu?"

Sang ayah menatapnya dengan mata emas yang kini mulai meredup. "Bukan kutukan… ini… perjanjian. Aku melindungi Sungai Emas dari sesuatu yang jauh lebih buruk. Tapi sekarang… tugas itu akan menjadi milikmu."

Sebelum Arka sempat bertanya lagi, tubuh ayahnya mulai larut menjadi butiran emas, terbawa angin, meninggalkan hanya cincin hitam yang jatuh di tangannya.

Danau di bawah tiba-tiba tenang… tapi Arka tahu, ini bukan akhir ini hanyalah permulaan dari ancaman yang lebih besar.

More Chapters