WebNovels

Chapter 26 - Bab 26 – Penjaga Arus Abadi

Air berkilauan mengalir tanpa henti di bawah kaki Arka, tapi anehnya ia tak tenggelam. Dataran ini bukan tanah, melainkan permukaan air yang padat, memantulkan cahaya emas seperti ribuan matahari mini yang menari.

Udara di sini hangat dan wangi seperti aroma hujan pertama di musim kemarau. Setiap tarikan napas membuat dadanya terasa lebih ringan, seolah beban dunia di pundaknya hilang… meski ia tahu itu hanya ilusi sesaat.

Sosok Misterius

Sosok yang mirip ayahnya berdiri di tengah arus, punggungnya menghadap Arka. Rambutnya dibiarkan tergerai, berkilau seperti serat emas murni, dan pakaian yang ia kenakan terbuat dari anyaman cahaya.

"Ayah?" suara Arka bergetar, antara rindu dan ragu.

Sosok itu menoleh perlahan. Wajahnya memang wajah ayahnya… tapi matanya, dua bola emas pekat, memancarkan sinar yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

"Arka Putra Wira," ucapnya dengan nada yang dalam dan bergema, "kau telah menapakkan kaki di Jantung Sungai Emas. Ini bukan dunia fana. Di sini, waktu dan arus bersatu menjadi satu kebenaran."

Ujian Pertama

Arka ingin bertanya, tapi sosok itu mengangkat tangannya, dan permukaan air di sekitar mereka beriak. Dari riakan itu muncul tiga siluet berwujud air, masing-masing memegang senjata berbeda: pedang, busur, dan tombak.

"Jika kau ingin menyelamatkan ayahmu yang sejati, kau harus melewati tiga arus ujian. Setiap arus menguji hal berbeda kekuatan, hati, dan tujuan."

Arka menelan ludah. "Dan jika aku gagal?"

"Arus akan mengembalikanmu ke awal… tapi dunia di luar akan terus bergerak maju. Saat kau kembali, mungkin sudah terlambat."

Pertarungan dengan Arus Pertama

Arus pertama maju: siluet berpedang. Gerakannya seperti kilatan petir, setiap ayunan membelah air dan menciptakan percikan emas yang memotong udara.

Arka mengangkat tombak emasnya, menangkis serangan pertama. Tapi tekanan dari tebasan itu membuat lengannya bergetar hebat, hampir terlepas dari genggaman.

Ia teringat pelajaran ayahnya: Jangan melawan arus dengan kekuatan mentah. Gunakan arahnya.Dengan cepat, Arka memutar tubuh, membiarkan serangan siluet itu lewat, lalu menekuk lutut dan menusuk dari bawah, memanfaatkan tenaga putaran musuh.

Tombaknya mengenai inti siluet, membuatnya pecah menjadi percikan emas yang menghilang ke air.

Rahasia Arus

Sosok bermata emas mengangguk tipis. "Kekuatanmu tak hanya ada pada otot, tapi pada kesediaanmu mengikuti aliran. Kau melewati ujian pertama."

Arus kedua, pemanah, melangkah maju. Busurnya terbuat dari cahaya murni, dan setiap anak panah yang ia lepaskan berubah menjadi ikan emas raksasa yang melesat dengan rahang terbuka.

Arka melompat, memutar tombak untuk memecah ikan-ikan itu menjadi pusaran air. Tapi ia mulai kelelahan, dan setiap gerakan terasa lebih berat.

Di tengah pertarungan, ia menyadari bahwa memblokir tak akan cukup. Ia menutup matanya, mendengar suara air di bawah kakinya… lalu melangkah ke samping sebelum anak panah berikutnya dilepaskan. Panah itu lewat, tak menyentuhnya.

Ia tersenyum kecil. "Menghindar… bukan berarti kalah."Pemanah itu menghilang, meninggalkan gelembung emas yang tenggelam ke arus.

Akhir Bab

Kini tinggal arus ketiga siluet bertombak, mirip dirinya sendiri. Bedanya, tombak lawannya berwarna hitam legam, dan ujungnya berdenyut seperti jantung yang hidup.

Sosok bermata emas berkata, "Ini ujian terakhir, Arka. Tapi waspada… lawanmu bukan hanya tiruan. Ia adalah bayangan hatimu sendiri."

Arka menelan ludah, lalu melangkah maju di atas air, menatap matanya sendiri di tubuh lawan. Di kejauhan, suara dentuman seperti detak raksasa menggema… tanda bahwa waktu di dunia luar hampir habis.

More Chapters