Dengan otoritas yang diberikan oleh para entitas kosmik, The Void Sovereign bertindak. Ia tidak bergerak dengan amarah, tetapi dengan presisi seorang ahli bedah kosmik yang memperbaiki ciptaannya yang rusak.
Ia mengangkat satu tangan.
Di bawah, di Menara Plasma Spark, Belial yang sedang meraih sumber kekuatan itu tiba-tiba terlempar ke belakang oleh kekuatan tak terlihat. Di hadapannya, wujud kosmik Sovereign muncul, tatapannya bukan menghakimi, melainkan dipenuhi kekecewaan.
"Engkau menginginkan kekuatan karena kau percaya itu adalah jawaban," kata Sovereign, suaranya menggema di jiwa Belial. "Kau benar. Itu adalah jawaban. Tapi engkau menanyakan pertanyaan yang salah."
Sovereign tidak membunuhnya. Itu terlalu mudah. Sebagai gantinya, ia mengulurkan tangan dan menarik "cahaya" dari dalam diri Belial. Zirah perak dan merah Belial meredup, berubah menjadi abu-abu kusam dan hitam. Kekuatan Ultra-nya dicabut, menyisakan hanya cangkang dari keagungannya.
"Engkau mendambakan kekuatan? Maka engkau akan belajar hidup tanpanya," vonis Sovereign. Ia membuka robekan dimensi, sebuah penjara kehampaan abadi. "Di sini, engkau akan memiliki keabadian untuk merenungkan harga dari ambisimu."
Belial menjerit saat ia ditarik ke dalam penjara dimensional itu, nasibnya menjadi sebuah legenda peringatan bagi semua Ultra tentang bahaya kesombongan.
Selanjutnya, Sovereign muncul di antara Noa dan Dark Zagi. Ia menatap Zagi, bukan dengan kebencian, tetapi dengan kesedihan. "Engkau adalah gema yang terdistorsi," katanya. Lalu ia menoleh pada Noa yang terluka.
"Cahaya tidak bisa dihancurkan oleh kegelapan, ia hanya bisa ditelan. Rebut kembali apa yang menjadi milikmu, Putraku. Tunjukkan padanya arti sejati dari kekuatan yang ia tiru."
Dengan satu gerakan, Sovereign melumpuhkan Zagi, membekukannya dalam sangkar kehendak. Ia tidak menghancurkan Zagi; ia memberikannya pada Noa sebagai ujian terakhir. Noa, memahami tugasnya, mengumpulkan sisa kekuatannya dan menciptakan segel multi-dimensi, mengurung Zagi di dalam bulan tandus terdekat—sebuah makam yang akan menahan kegelapan itu hingga suatu saat nanti ada yang cukup bodoh untuk membukanya.
Terakhir, Sovereign menghadap Zarath, yang amarahnya mulai reda. "Amarahmu adalah aset, Zarath. Tapi tanpa kendali, ia adalah racun. Mulai hari ini, ajarkan murid-muridmu bukan hanya cara bertarung, tetapi juga alasan mengapa mereka bertarung. Ajarkan mereka disiplin."
Zarath menundukkan kepalanya, untuk pertama kalinya mengerti bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari sekadar kekuatan tempur.