WebNovels

Chapter 7 - Bab 7: Penjelasan yang Canggung dan Tim yang Ganjil

Pertanyaan Gene, "Siapa kau sebenarnya?", menggantung di udara gurun yang dingin, lebih tajam dari cakar iblis yang baru saja Rian hancurkan. Rian membuka mulutnya, lalu menutupnya lagi. Apa yang bisa ia katakan? 'Hai, aku Rian, seorang gamer dari dimensi lain di mana kau adalah karakter utama dalam game favoritku?' Itu adalah cara tercepat untuk dianggap gila dan ditinggalkan.

Sebelum keheningan menjadi terlalu berat, Olivia melangkah maju, menempatkan dirinya di antara Rian yang kebingungan dan Gene yang menuntut.

"Namanya Rian," kata Olivia dengan suara tenang dan terkendali. "Dia tersesat, sama sepertimu dulu, Gene. Dan ya, dia punya kekuatan. Jelas itu bukan Tangan Tuhan, tapi... sesuatu yang lain."

Gene mendengus, tidak terkesan. "Sesuatu yang lain? Itu penjelasan paling malas yang pernah kudengar, Olivia." Ia melangkah mendekati Rian, mengitarinya seperti seekor serigala yang menginspeksi mangsa aneh. "Dia tidak berbau seperti iblis, tapi juga tidak seperti manusia biasa."

Tanpa peringatan, Gene melayangkan pukulan cepat—bukan dengan Tangan Tuhan, hanya pukulan biasa—ke arah bahu Rian. Itu adalah sebuah tes. Rian, yang masih tegang, hanya bisa pasrah menerimanya.

DUK!

Bahu Rian hanya sedikit terdorong ke belakang. Rasanya seperti didorong oleh teman, bukan dipukul oleh pria yang bisa menghancurkan iblis dengan tangan kosong. Gene menarik kembali tangannya, alisnya terangkat karena terkejut. Kekuatan pukulannya seharusnya membuat pria seukuran Rian terhuyung.

"Baiklah," kata Gene, akhirnya tampak yakin. Ia menyeringai. "Kau boleh ikut. Untuk saat ini. Tapi jangan menghalangi jalanku, anak aneh." Ia berbalik dan mulai berjalan, seolah-olah percakapan sudah selesai. "Ayo. Aku tahu tempat persembunyian di dekat sini."

Rian menatap Olivia, yang memberinya anggukan kecil sebagai isyarat untuk mengikuti. Saat mereka berjalan beberapa langkah di belakang Gene yang memimpin dengan angkuh, Rian berbisik, "Terima kasih sudah... menjelaskan untukku. Aku tidak tahu harus bilang apa."

Olivia menoleh padanya. Di bawah cahaya bulan, Rian bisa melihat ekspresi wajahnya melembut untuk sesaat. Kelelahan dan kewaspadaan yang biasanya mendominasi matanya digantikan oleh sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih hangat.

"Kita satu tim sekarang," katanya pelan, suaranya nyaris tidak terdengar oleh angin. "Kita saling menjaga." Ia lalu tersenyum tipis, senyum pertama yang benar-benar tulus yang Rian lihat darinya.

Entah kenapa, senyum singkat dan kalimat sederhana itu terasa lebih berdampak bagi Rian daripada seluruh pertarungan yang baru saja ia lewati. Itu adalah sebuah jangkar. Sebuah pengingat bahwa di tengah semua kegilaan ini, ia tidak sepenuhnya sendirian. Untuk pertama kalinya, ia merasa memiliki ikatan dengan dunia ini, sekecil apa pun itu.

Perjalanan mereka terinterupsi saat mereka mendekati sebuah formasi bebatuan besar. Pendengaran super Rian menangkap suara yang tidak biasa: bukan langkah kaki, melainkan suara pasir yang bergeser cepat di bawah permukaan.

"Tunggu!" desis Rian, membuat Gene dan Olivia berhenti. "Ada sesuatu di bawah kita. Banyak."

Hampir seketika, pasir di sekitar mereka meledak ke atas. Makhluk-makhluk seukuran anjing besar melompat keluar. Tubuh mereka ramping seperti kadal, ditutupi sisik berwarna pasir, dengan mulut penuh gigi tajam dan cakar yang dibuat untuk menggali.

"Sand Stalkers," kata Olivia sambil menarik sebuah pistol dari sarung di pahanya. "Mereka berburu dalam kelompok. Cepat dan ganas."

"Hmph. Hanya kadal jelek," cibir Gene, lengan kanannya sudah bersinar keemasan. "Waktunya pesta!"

Gene langsung menerjang ke tengah-tengah kawanan, Tangan Tuhannya bergerak kabur, menghancurkan para Stalker dengan pukulan dan tendangan yang eksplosif. Tapi jumlah mereka terlalu banyak. Untuk setiap satu yang Gene hancurkan, dua lagi muncul dari sisi lain.

Seekor Stalker berhasil melewati Gene dan melompat ke arah Olivia. Sebelum Olivia sempat mengangkat senjatanya, Rian sudah bergerak. Ia tidak mencoba meniru gaya Gene. Ia hanya berdiri di depan Olivia, menyambut makhluk itu dengan tubuhnya.

Makhluk itu menabrak dada Rian dengan keras, mencoba merobek dan menggigit. Tapi cakar dan giginya seolah beradu dengan baja. Rian meringis, bukan karena sakit, tapi karena tekanan. Dengan geraman, ia mencengkeram makhluk itu dan melemparkannya dengan sekuat tenaga, membuatnya menabrak Stalker lain.

BLAM!

Olivia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia menembakkan pistolnya ke kepala Stalker ketiga yang mencoba menyergap Rian dari samping.

Pertarungan itu berlangsung kacau. Gene adalah badai kehancuran di garis depan. Rian adalah benteng tak tergoyahkan di garis pertahanan, melindungi Olivia dan memukul mundur Stalker mana pun yang berhasil lolos. Dan Olivia adalah sang ahli taktik, memberikan tembakan dukungan yang presisi dan meneriakkan peringatan.

"Gene, di sebelah kirimu ada tiga!" "Rian, jangan biarkan mereka mengelilingimu!"

Akhirnya, Stalker terakhir jatuh di tangan Gene. Keheningan kembali menyelimuti gurun, hanya diiringi oleh napas terengah-engah dari ketiganya. Mereka berantakan, tertutup pasir, tapi tidak terluka.

Gene menatap Rian, lalu ke Olivia, lalu ke sisa-sisa para iblis. Ia tidak tersenyum, tapi ekspresi arogannya sedikit berkurang, digantikan oleh tatapan penuh perhitungan.

"Kau," katanya pada Rian, "kau tidak terlalu berguna dalam menyerang." Ia berhenti sejenak. "Tapi kau juga tidak sepenuhnya tidak berguna sebagai tameng."

Dari mulut Gene, itu adalah pujian setinggi langit.

Mereka akhirnya mencapai tempat persembunyian—sebuah gua kecil yang tersembunyi di balik celah bebatuan. Saat Gene berjaga di pintu masuk, Rian duduk di atas batu, memperhatikan Olivia yang dengan tenang dan efisien mengisi ulang peluru pistolnya.

Ia menatap wanita yang beberapa jam lalu hanyalah orang asing, lalu ke pria arogan yang merupakan pahlawan di dunianya. Ini adalah timnya sekarang. Sebuah tim yang ganjil, tidak serasi, dan mungkin satu-satunya kesempatannya untuk bertahan hidup di dunia neraka yang cerah ini.

More Chapters