WebNovels

Chapter 5 - Chapter 5.Mengungkap makna peta

Pagi hari, setelah malam penuh ketegangan di museum, Alif dan Rani berkumpul di rumah Alif. Ruangan kerjanya kini dipenuhi catatan, sketsa peta, dan laptop yang menyala dengan berbagai tab berisi informasi terkait sejarah kota tua.

Rani duduk bersandar di kursi, masih tampak mengantuk namun tidak sabar. “Alif, apa kau yakin peta ini akan membantu kita menemukan artefak lainnya?”

Alif mengangguk mantap. “Kita harus mencoba, Rani. Peta ini adalah satu-satunya petunjuk konkret yang kita miliki sekarang. Dan jika benar peta ini terkait dengan artefak lain, maka kita selangkah lebih maju dari Pak Arman.”

Dia membuka lembaran peta yang mereka ambil dari museum. Peta itu terlihat usang, penuh dengan tanda dan catatan tangan yang menunjukkan beberapa lokasi penting di sekitar kota. Ada empat titik yang diberi tanda khusus, namun sayangnya tidak ada keterangan lebih lanjut yang menjelaskan titik-titik tersebut.

Alif menyoroti satu titik yang berada di bagian utara kota. “Lihat ini. Titik ini berdekatan dengan tempat di mana patung itu ditemukan pertama kali sebelum disumbangkan ke museum. Mungkin ini ada hubungannya dengan artefak yang hilang.”

Rani memiringkan kepalanya, berpikir. “Jadi, kamu pikir di titik ini mungkin ada petunjuk untuk menemukan artefak lain?”

“Itu kemungkinan besar,” jawab Alif sambil mencatat lokasi itu di buku catatannya. “Tiga titik lainnya mungkin merujuk pada tempat-tempat lain yang memiliki artefak serupa. Tapi kita harus menemukan lebih banyak informasi untuk memastikan.”

Mereka melanjutkan dengan memeriksa masing-masing titik yang ditandai di peta. Lokasi kedua berada di selatan kota, di dekat sebuah bekas gedung kolonial tua yang sekarang menjadi pusat cagar budaya. Lokasi ketiga mengarah ke sebuah taman kota kecil yang sering dilewati orang tanpa tahu sejarahnya, dan titik terakhir berada di tepi sungai di barat kota, tempat yang jarang dikunjungi orang.

Rani mengamati setiap detail pada peta dengan cermat, berusaha menghubungkan titik-titik itu dengan pengetahuan sejarah yang pernah ia pelajari. “Menurut catatan sejarah yang pernah kubaca, beberapa tempat ini memang dulu menjadi pusat kegiatan perdagangan. Ada kemungkinan artefak-artefak itu dibawa oleh pedagang dari masa lalu.”

Alif tersenyum kagum. “Tepat sekali. Dan sekarang, ada kemungkinan harta karun yang tersembunyi itu berkaitan dengan perdagangan di masa kolonial. Empat artefak ini bisa saja menyimpan petunjuk ke arah harta tersebut.”

Mereka saling berpandangan, merasakan getaran antusiasme yang sama. Misteri ini semakin menarik dan menantang, membawa mereka lebih dalam ke sejarah yang sudah lama terkubur.

“Kita harus mengunjungi tempat-tempat ini,” ujar Alif dengan semangat. “Mungkin ada petunjuk tambahan yang tertinggal, sesuatu yang bisa menunjukkan posisi artefak lainnya atau bahkan membawa kita lebih dekat pada tujuan akhir.”

Namun, Rani terlihat ragu. “Tapi bagaimana kalau Pak Arman sudah tahu tentang tempat-tempat ini? Dia mungkin lebih dulu menemukan artefak-artefak lain sebelum kita sampai.”

Alif terdiam, memikirkan kekhawatiran Rani. “Benar, kemungkinan itu ada. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Pak Arman tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan semuanya. Kita harus bergerak cepat.”

Mereka menyusun rencana untuk mengunjungi setiap titik yang ada di peta. Namun, mereka sadar bahwa hal ini tidak akan mudah. Selain harus berhati-hati dari keberadaan Pak Arman, mereka juga harus memastikan tidak menarik perhatian orang lain yang mungkin berbahaya.

“Pertama, kita akan mulai dengan lokasi pertama di utara kota,” kata Alif sambil menggulung kembali peta dan menyimpannya di ranselnya. “Kita akan mencoba datang pagi-pagi sekali supaya tidak banyak orang yang melihat kita.”

Rani mengangguk setuju. “Baik, kita bisa mulai besok pagi. Aku akan memastikan semua perlengkapan siap.”

Hari itu mereka habiskan dengan mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti senter, kamera, catatan, dan juga alat-alat sederhana untuk berjaga-jaga. Alif mempersiapkan semua ini dengan teliti, memastikan tidak ada yang terlewat. Meskipun masih remaja, mereka menyadari bahwa penyelidikan ini jauh dari sederhana. Mereka mungkin akan berhadapan dengan bahaya yang tidak terduga.

Malam harinya, Alif duduk di kamar, merenungkan misteri yang semakin dalam. Dia merasa ada ikatan khusus antara dirinya dan teka-teki ini. Sejak kecil, dia selalu menyukai cerita petualangan dan detektif, namun kali ini dia benar-benar berada di tengah misteri yang nyata, yang membawa perasaan tegang sekaligus antusias.

Sebelum tidur, Alif mengeluarkan peta itu lagi, memandangi titik-titik yang menandai lokasi artefak. Dia bertanya-tanya apa yang akan mereka temukan di tempat-tempat itu. Mungkin saja mereka akan menemukan lebih dari sekadar artefak bersejarah. Mungkin mereka akan mengungkap rahasia yang sudah terkubur selama ratusan tahun.

Di kamarnya, cahaya remang-remang dari lampu meja menerangi wajahnya yang penuh tekad. Besok adalah langkah awal untuk mengungkap rahasia yang selama ini tersembunyi di balik jejak-jejak misteri di kota tua ini.

...

Keesokan paginya, Alif dan Rani berangkat lebih awal ke lokasi pertama di utara kota. Mereka membawa peralatan yang sudah dipersiapkan, termasuk peta dan catatan yang mereka buat kemarin. Lokasi pertama ini berada di dekat reruntuhan bangunan tua, bekas gedung perdagangan dari masa kolonial. Tempat ini kini menjadi kawasan bersejarah, namun jarang dikunjungi orang karena terpencil dan hampir tertutup semak belukar.

Saat mereka tiba di lokasi, suasana terasa sunyi. Kabut pagi masih menyelimuti, menciptakan suasana yang hampir mistis. Alif menatap bangunan yang sudah lapuk itu dengan penuh antusiasme, sementara Rani merasa sedikit tegang.

"Tempat ini terlihat menyeramkan, ya," bisik Rani sambil menggenggam tasnya lebih erat.

Alif tersenyum, mencoba menghibur temannya. "Itu hanya perasaanmu saja, Rani. Aku yakin kita akan menemukan sesuatu yang menarik di sini."

Mereka melangkah masuk ke dalam reruntuhan, melalui pintu kayu tua yang sudah rusak. Di dalamnya, suasana semakin gelap, dengan cahaya matahari yang hanya sedikit menembus celah-celah dinding yang runtuh. Alif mengeluarkan senter kecilnya dan mulai menyorot ke sekitar ruangan.

"Lihat, ini sepertinya tempat penyimpanan," kata Alif sambil menunjuk tumpukan kotak kayu tua yang sebagian sudah rapuh. "Kemungkinan besar, dulu tempat ini digunakan untuk menyimpan barang-barang dari luar negeri."

Rani mengangguk, mengikuti Alif sambil mengamati setiap sudut ruangan. Dia melihat sesuatu yang menarik di dinding, beberapa gambar peta dan simbol yang samar-samar masih terlihat. "Alif, lihat ini. Ada simbol aneh di sini."

Alif segera mendekat dan melihat simbol-simbol itu dengan seksama. Gambar tersebut tampaknya adalah simbol kuno yang kemungkinan berkaitan dengan perdagangan, dengan beberapa lambang yang menyerupai artefak yang pernah mereka lihat di museum.

"Simbol-simbol ini mirip dengan yang ada di patung yang hilang," bisik Alif. "Mungkin ini semacam petunjuk."

Namun, sebelum mereka bisa memeriksa lebih jauh, terdengar suara langkah kaki dari arah luar. Alif dan Rani langsung membeku, saling bertatapan dengan mata penuh kecemasan.

"Ada orang lain di sini," bisik Rani, suaranya sedikit bergetar.

Alif mematikan senter mereka dan menarik Rani ke balik tumpukan kotak. Mereka bersembunyi di sana, berusaha untuk tidak membuat suara sedikit pun. Dari tempat persembunyian mereka, mereka bisa melihat sosok seorang pria masuk ke dalam ruangan. Alif mengenali sosok itu seketika-Pak Arman.

Pria itu tampak sibuk mencari sesuatu di sekitar dinding, seolah-olah dia sudah tahu apa yang harus dicari. Dia membuka beberapa kotak yang ada di sana, memeriksa isinya dengan cermat.

Alif berbisik pelan ke arah Rani, "Kita harus tetap diam dan mengamati. Mungkin kita bisa tahu apa yang sedang dia cari."

Rani mengangguk, berusaha menenangkan dirinya meskipun jantungnya berdebar keras. Mereka memperhatikan Pak Arman yang terus memeriksa dinding dan simbol-simbol di sana. Tiba-tiba, pria itu mengeluarkan sebuah kertas kecil dari sakunya, tampak seperti peta kecil yang mirip dengan yang mereka temukan.

"Peta itu!" bisik Rani terkejut. "Dia punya salinan peta yang sama."

Alif mengangguk, menyadari bahwa Pak Arman memang terlibat langsung dalam pencurian artefak dan sekarang sedang berusaha menemukan benda-benda itu dengan menggunakan peta yang sama.

Setelah beberapa menit, Pak Arman tampaknya menemukan apa yang dia cari. Dia menekan sebuah batu pada dinding yang penuh simbol, dan tiba-tiba terdengar suara klik. Sebuah kompartemen rahasia terbuka, menampilkan benda kecil berbentuk bulat yang tampak kuno. Pak Arman dengan cepat memasukkan benda itu ke dalam tasnya dan bersiap-siap untuk pergi.

Alif menahan napas, menyadari bahwa mereka baru saja menyaksikan salah satu artefak bersejarah yang hilang ditemukan oleh Pak Arman. Namun, dia tahu mereka tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan pria itu saat ini.

Setelah Pak Arman pergi, Alif dan Rani keluar dari tempat persembunyian mereka dengan hati-hati.

"Kita tidak bisa mengejar dia sekarang," kata Alif dengan nada kecewa. "Tapi kita harus mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang dia ambil."

Rani mengangguk, mencoba untuk tetap tenang meskipun pikirannya dipenuhi pertanyaan. Mereka segera mendekati dinding yang tadi diperiksa oleh Pak Arman, mencoba menemukan petunjuk lebih lanjut. Namun, kompartemen rahasia itu sudah tertutup dan tidak menunjukkan tanda-tanda cara membukanya kembali.

"Sepertinya kompartemen ini hanya bisa dibuka dengan cara tertentu," gumam Alif. "Kita harus menemukan cara lain untuk mengaksesnya."

Rani mengamati simbol-simbol di dinding, berusaha mengingat pola yang dilihat Pak Arman. "Mungkin kita harus menggambar ulang simbol-simbol ini. Mungkin saja ada pola yang bisa membantu kita memecahkannya nanti."

Alif mengeluarkan buku catatannya dan mulai menggambar simbol-simbol itu satu per satu dengan detail, mencatat setiap bentuk dan tanda yang ada di sana. Setelah selesai, mereka meninggalkan bangunan itu dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang melihat mereka.

Saat mereka kembali ke rumah Alif, mereka memeriksa catatan dan simbol yang mereka temukan. Alif mencoba menghubungkan simbol-simbol tersebut dengan informasi yang mereka dapatkan tentang sejarah artefak. Dia menyadari bahwa beberapa simbol mirip dengan simbol-simbol di catatan yang mereka temukan di museum.

"Rani, lihat ini," kata Alif sambil menunjukkan catatan mereka. "Simbol-simbol ini tampaknya adalah petunjuk lokasi lain dari artefak yang tersisa."

"Jadi, kalau kita bisa memecahkan pola ini, mungkin kita bisa menemukan kompartemen rahasia lain?" tanya Rani antusias.

Alif mengangguk. "Benar. Tapi kita harus berhati-hati. Pak Arman juga mungkin akan ke lokasi berikutnya dengan cepat. Kita harus bekerja lebih cepat."

Dengan semangat dan tekad yang semakin kuat, mereka mulai merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa penyelidikan ini jauh dari selesai, dan masih ada misteri yang harus dipecahkan. Alif dan Rani sadar bahwa mereka harus berpacu dengan waktu, karena Pak Arman tampaknya lebih dekat dengan kebenaran daripada yang mereka duga.

Mereka menyadari bahwa penemuan di lokasi pertama hanyalah awal dari petualangan panjang. Di antara simbol-simbol dan jejak misterius yang mereka temukan, tersimpan rahasia berharga yang akan membawa mereka semakin dalam ke jalinan sejarah yang tersembunyi di kota tua ini.

More Chapters