WebNovels

Pewaris Langit Ketujuh

Pena_Andi_Iwa
35
chs / week
The average realized release rate over the past 30 days is 35 chs / week.
--
NOT RATINGS
1.7k
Views
Synopsis
Dulu, Gohan Lee hanyalah bocah dungu dari Desa Langit Sepi. Dicemooh, diremehkan, bahkan tak dianggap cukup layak untuk memegang pedang. Tapi segalanya berubah saat sebuah pedang emas jatuh dari langit, menancap tepat di hadapannya—disertai petir merah yang membelah awan, dan gema langit yang membangunkan sesuatu dalam dirinya. Gohan bukan anak biasa. Ia adalah Pewaris Langit Ketujuh—darah terakhir dari dewa pelindung dunia yang telah lama hilang dari sejarah. Kini, dunia kultivasi berguncang. Sekte-sekte kuno mulai bergerak. Pemburu takdir muncul dari bayang-bayang. Dan semua mata tertuju padanya. Tapi Gohan hanya ingin satu hal: menemukan siapa dirinya sebenarnya. Namun takdirnya bukan hanya menyelamatkan dunia... Ia ditakdirkan untuk menghancurkannya juga. Dan semuanya bermula dari satu hal: Pedang yang tak pernah memilih sembarangan.
VIEW MORE

Chapter 1 - Bab 1 - Petir Emas & Darah Langit

Gerimis tipis turun, membasahi tanah desa Langit Sepi yang sunyi. Udara malam begitu dingin, menusuk tulang. Gohan Lee duduk di pinggir sumur, menatap langit kelabu dengan pandangan kosong. "Dungu..." bisik hatinya, penuh kecewa. Orang-orang desa memang sudah terbiasa mengejeknya — bocah lemah tak berguna, tak pantas memegang pedang, apalagi bermimpi menantang langit.

Namun malam ini... sesuatu berbeda. Ada getaran aneh yang merambat di udara. Sekujur tubuhnya seperti disetrum gelombang energi halus yang tak bisa ia mengerti. Petir merah tiba-tiba membelah awan—menerobos kelam dengan kilatan ganas—menggores langit seperti guratan darah yang berteriak.

"Apa itu?" Gohan bangkit, jantungnya berdetak kencang. Sekali lagi, petir merah menyambar, dan... dari atas langit, sebuah pedang emas jatuh melesat, berputar-putar seperti bintang jatuh, lalu menancap tepat di depan kakinya, menciptakan gelombang cahaya yang membius.

"Ha?!" Ia terperangah. Pedang itu berkilauan seperti matahari kecil, memancarkan aura yang membuat rambutnya berdiri. Tak ada suara angin, hanya gema nyaring petir yang menggelinding seperti genderang perang.

Tiba-tiba, di dahinya muncul sigil bercahaya, berbentuk awan dan petir—sebuah simbol kuno yang dulu hanya ada dalam legenda. Tubuh Gohan mendadak terasa hangat, seolah ada aliran darah baru membara dalam nadi yang selama ini ia kira kosong.

Namun anehnya, di balik keajaiban itu, para penduduk desa berlari keluar rumah dengan wajah pucat—bukan karena takut pada hujan, tapi karena sesuatu yang lebih dalam, lebih kelam. Mereka sujud, menangis, dan berbisik dengan suara parau, "Pewaris... Pewaris Langit Ketujuh telah muncul."

Gohan terpaku. Ia hanya bocah desa biasa. Pewaris? Kata itu membuat dadanya sesak dan kepala berputar. Apa maksud mereka? Apa pedang itu miliknya? Siapa sebenarnya dirinya?

Langit mendadak berubah, awan bergulung bergemuruh, seolah menyambut sebuah ramalan lama yang terbangun dari tidur panjangnya. Petir merah semakin pekat, dan suara berbisik menusuk telinganya. Pedang emas bergetar dan terdengar bisikan samar, "Cari tulang naga sebelum fajar."

Gohan membelalakkan mata. "Tulang naga? Fajar? Apa-apaan ini?" Rasa takut dan penasaran bergumul dalam dirinya. Sejenak ia ingin melepaskan pedang itu, tapi kekuatan aneh menahan tangannya.

Dalam bayangan samar, Gohan melihat dirinya berdiri di medan perang luas, dipenuhi reruntuhan dan api membara. Di tangannya, pedang emas bersinar mengalahkan kegelapan. Wajahnya—yang bukan dirinya sepenuhnya—memimpin pasukan besar bertarung melawan makhluk iblis berwajah seram.

Suara benturan besi, teriakan para prajurit, dan aroma darah memenuhi udara. Namun yang paling membekas adalah tatapan dingin dari sosok misterius yang berdiri jauh di balik bayangan naga hijau raksasa.

"Kau... Pewaris Ketujuh. Takdirmu bukan hanya menyelamatkan, tapi juga menghancurkan." suara itu bergema, menusuk hingga ke tulang.

Gohan terjaga dengan napas tersengal, keringat dingin membasahi tubuhnya. Mimpi itu terasa seperti penglihatan, bukan hanya imajinasi anak desa bodoh.

"Gila..." batinnya. Ia jatuh terduduk di tanah, menatap pedang yang seolah hidup di depan matanya. Semua yang selama ini diragukan—mimpi, kutukan, bahkan ejekan—sekarang menjadi beban yang menyakitkan.

Tidak lama, sebuah suara berat dan tua terdengar dari belakang. Maestro Yu Heng muncul dari bayangan pohon, langkahnya pelan tapi mantap. Wajahnya tua penuh kerutan, namun mata yang tertutup rapat oleh kain putih itu seperti melihat jauh ke dalam jiwa Gohan.

"Ini waktumu, bocah," ucap Maestro dengan suara yang dalam dan serak. "Pedang itu tidak jatuh sembarangan. Ia memilihmu, dan kau adalah pewaris yang lama ditunggu."

Gohan menatapnya bingung dan marah. "Aku siapa? Aku cuma Gohan dari desa kumuh ini. Kenapa aku harus punya nasib segila ini?"

Maestro hanya tersenyum samar, seperti menyimpan rahasia dunia yang tak mungkin diungkapkan sekarang. "Setiap darah dewa membawa beban... dan anugerah yang bersembunyi dalam luka."

Gohan merasakan dingin yang merayap di punggungnya, seperti bayangan masa lalu yang mulai mengintai. "Kalau ini benar, aku harus mencari... tulang naga sebelum fajar."

Pedang di tanah bergetar, lalu terpancarlah cahaya emas yang menembus awan, seolah memberi tanda dimulainya perjalanan yang tak bisa diundur.

Langit Sepi tiba-tiba diselimuti kabut hitam pekat. Angin menderu dengan suara amarah, menyingkap rahasia dunia yang selama ini tertutup. Di balik bayangan pepohonan, sosok-sosok misterius berseragam hitam melangkah perlahan, menyusup ke desa.

"Mereka... pemburu pewaris," gumam Gohan dengan napas tertahan.

Ia tahu, sejak malam pedang jatuh, hidupnya tak akan pernah sama. Sekte-sekte kuat, pemburu takdir, dan dunia yang selama ini ia kira hanya cerita—semua mulai bergerak ke arahnya.

Namun Gohan tidak sendirian. Ada gadis bermata tajam bernama Yue Xiulan yang tiba-tiba muncul di mimpinya, seolah memanggil namanya dengan suara lembut namun penuh misteri. "Gohan, jangan takut. Kita bertemu di dunia nyata." bisikannya menusuk hati.

Di antara kabut dan petir, Gohan merasakan beratnya takdir yang menimpanya. Tapi juga ada nyala kecil harapan, seperti api lilin yang berusaha menantang badai.

Pedang emas di tanah berbisik sekali lagi, suaranya menusuk sanubari: "Cari tulang naga sebelum fajar, atau dunia ini akan terkoyak oleh darah dewa."

Dan Gohan... hanya bisa menatap langit yang membara, menanti jawaban yang belum tahu kapan datang.

Gerimis berubah menjadi hujan deras. Langit menyala merah menyala, petir memecah kesunyian malam. Di desa Langit Sepi, sebuah legenda terlahir kembali—dengan darah bocah yang dipenuhi misteri dan takdir yang berbahaya.

Gohan Lee, pewaris ketujuh, berdiri di ambang dunia baru yang gelap dan penuh konflik. Namun, di hatinya, ada satu pertanyaan yang tak terjawab:

"Aku ini siapa sebenarnya?"