WebNovels

Chapter 3 - CHAPTER 3

Dia lupa bahwa dinovel diceritakan kejadian kecelakaan itu merupakan kali pertama Evelyn bertemu dengan Pangeran Mahkota yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Kejadian itu terjadi di bagian hutan yang memang jarang dilalui orang. Putra Mahkota secara kebetulan lewat dengan keretanya dan mendengar kegaduhan tersebut. Artinya dia telah ditolong oleh Putra Mahkota yang akan menghancurkan kediaman beserta keluarganya di masa depan.

Saat ini pemilik tubuh berusia 20 tahun, Emely juga berusia 20 tahun dan Pangeran Mahkota berusia 23 tahun. Sedangkan Louis, Pangeran ketiga sekaligus adik kandung Pangeran Mahkota, berusia 21 tahun.

Evelyn berusaha tenang, dia berpikir bahwa saat ini Pangeran Mahkota belum dendam kepadanya, bahkan mungkin tidak mengingatnya.

Dia juga belum mencelakai Emely dan belum menjadi boneka Louis, artinya dia masih aman dan bisa menjalani hidup dengan damai disini.

Evelyn diam-diam tersenyum lega, satu-satunya hal yang disyukurinya adalah dia datang sebelum semuanya terjadi.

Walaupun di kerajaan pasti sudah dimulai drama perebutan tahta kakak beradik itu, tapi Evelyn tidak peduli, selagi tidak menyeretnya dan tidak membuatnya dalam masalah, dia akan berusaha menjauhi plot novel dan para pemerannya. Menjadikan dirinya memiliki akhir yang baik tidak selalu harus terlibat dengan pemeran novel bukan.

"Kau bisa pergi Ginna, aku tidak akan menghukummu, tapi sebelum keluar tolong ambilkan aku cermin, tubuhku sangat lemah sekarang." Ucap Evelyn yang hanya bisa bersandar dikepala ranjang itu.

Ginna terkejut, senang bahwa dia tidak menerima tambahan hukuman dan tidak menyangka bahwa Nona nya yang dikenal sombong ini mengucapkan kata 'tolong', sesuatu yang hampir tidak pernah diucapkan oleh Nona nya.

Ia juga sedih saat memikirkan bahwa sikap nona nya ini mungkin karena terlalu terkejut dan trauma dengan insiden penyerangan tersebut.

"Baik Nona." Ucap Ginna dengan segera.

Kemudian pergi mengambil cermin berukuran sedang yang tergeletak diatas meja rias.

"Ini Nona." Ucapnya sambil menunduk.

"Terimakasih Ginna, sekarang kau boleh pergi." Ucap Evelyn tenang, tanpa kata Ginna membungkuk dan berlalu keluar dari kamar tersebut.

Evelyn meneliti wajahnya dipantulan cermin yang lumayan jernih untuk zaman kuno ini. Rambut perak, hidung mancung, bibir tipis, mata kuning keemasan serta memiliki tahi lalat di bawah mata sebelah kiri nya.

Wajah yang halus dan elegan, tapi tanpa senyum, memberikan getaran visual yang misterius dan dingin. Fitur wajahnya mirip dengan wajah Evelyn yang asli, kecuali warna rambut dan mata, semuanya sama. Karena rambut Evelyn yang asli berwarna hitam pekat dengan mata coklat almond.

Evelyn memikirkan apa yang bisa pertama kali dilakukannya setelah ini. Sekarang sistem tidak memberikan misi ataupun aturan khusus padanya, itu artinya dia bebas melakukan apapun selagi tidak berakhir mengenaskan dan membuatnya gagal dalam misi.

Dengan menghasilkan uang, dia pikir akan hidup damai, berperilaku baik dan membuat akhir yang baik untuknya, dia rasa itu bukan ide yang buruk.

Wilayah Duke Utara merupakan wilayah yang kaya akan emas, jadi pertambangan emas merupakan pekerjaan pokok rakyat disini.

Usaha bisnis yang dilakukan Duke biasanya menjual dan memasarkan emas dalam bentuk batangan ke ibukota untuk kemudian dicetak menjadi koin emas dan perhiasan.

Evelyn pikir dia bisa membantu dengan membuat desain perhiasan sederhana seperti kalung, anting dan cincin emas.

Dia suka menggambar dan melukis, dia bahagia ketika goresan dan coretan bisa membuat semua hal dalam imajinasi nya menjadi nyata.

Di kehidupan aslinya, dia tidak terlalu mendalami dunia seni karena tidak ada yang akan mendukung dan memaklumi hobinya itu.

Ibunya berkata sebagai calon pewaris, hobi seperti melukis dan menari memang disebut sebagai hobi yang tidak menguntungkan karena tidak menjadikan seseorang siapa siapa.

***

Setelah beberapa hari terbaring di ranjang, akhirnya tiba hari dimana Evelyn sembuh dari sakitnya.

Ia berniat mencari tahu tempat pembuatan dan percetakan emas, serta mencari bahan yang diperlukan untuk mendesain karyanya.

Ia tidak ingat pernah punya relasi atau pengetahuan tentang pertambangan karena Evelyn asli tidak suka bidang tersebut. Didalam novel juga tidak dijelaskan secara detail tentang bisnis keluarga Gregory itu jadi Evelyn mungkin akan bertanya kepada pelayannya atau Duke mengenai hal ini.

Evelyn meminta kuas dan kertas untuk mencoba desain perhiasannya sendiri, sedangkan untuk bahan yang sulit ditemukan,dia memperolehnya dari sistem dengan menukar koin bertahan hidupnya.

Dia lantas membuat 3 macam perhiasan, diantaranya satu cincin, kalung dan sepasang anting. Desainnya dia buat simple tapi elegan dipadukan dengan bentuk permata dan nanti bisa diletakkan permata berwarna lain sebagai mata perhiasannya.

"Maaf, apa kau tahu tempat pertambangan emas wilayah ini berada?" Tanya Evelyn kepada pelayannya, Ginna yang sedang memperhatikan gambarnya kagum.

Ginna bingung, tidak biasanya nona nya bertanya tentang bisnis keluarga nya.

"Setahu saya sekitar 3 kilometer dari sini itulah tempat pertambangan sekaligus pembuatan emas nona, berada di dekat gua, tapi saya juga tidak pernah kesana." Jawab Ginna ragu.

"Lalu apa kau tahu tentang pengrajin atau pembuat emas di wilayah ini?" Tanya Evelyn lagi.

"Kalau itu saya tidak tahu banyak nona, biasanya emas disini dijual dalam bentuk batangan atau yang masih bongkahan untuk dibuat perhiasan, sehingga jarang ada pengrajin emas disini." Jawab Ginna lagi.

Ginna mengingat-ingat lagi,

"Tapi ada satu nona, dia dipanggil Tuan Tim, beliau tinggal tidak jauh di dekat hutan namun akses menuju kesana cukup sulit, bahkan jarang orang kesitu. Saya tidak tahu pasti apakah dia masih ada disana dan dimana tempatnya." Ucap Ginna setelah cukup lama mengingat.

Evelyn terdiam, ia berusaha mengorek ingatan pemilik apakah ada informasi tentang Tuan Tim ini. Ingatan Evelyn terdahulu benar-benar samar, bahkan plot novel lebih berguna baginya karena lebih banyak memberikan informasi.

Ia akhirnya ingat sekelebat ending dari novel ini. Di novel diceritakan bahwa setelah menghanguskan wilayah Duke Utara, Marquess Lovell memperkerjakan seorang pria yang bernama Tim Tufail, seorang pengrajin yang mengelola bisnis pertambangan emas wilayah ini.

Namun di dalam novel tidak diceritakan Tim Tufail ini apakah penduduk asli wilayah ini yang diselamatkan Marquess atau justru orang-orang Marquess yang dibawanya dari ibukota.

Evelyn sekarang yakin bahwa Tim Tufail ini merupakan orang yang selamat dari pembantaian wilayah ini karena dia tinggal cukup tersembunyi didekat hutan lindung.

"Aku ingin menemuinya." Ucap Evelyn tegas.

Ginna terkejut dan berusaha untuk membujuk Evelyn agar tidak kesana, tidak ada dari mereka yang mengetahui letak rumah pengrajin itu. Kebetulan sekali Duke dan istrinya sekarang sedang pergi ke kerajaan tetangga untuk urusan bisnis.

Evelyn sengaja tidak memberitahu Pamannya bahwa dia ingin mulai berbisnis karena takut rencananya yang belum matang ini akan terhambat.

Lebih baik ia memperhatikan keadaan dan peluang bisnisnya dulu baru setelah yakin bisa, dia akan memberitahu pamannya untuk memperluas relasinya.

Evelyn dengan kuat membujuk Ginna agar tidak memberitahu orang lain mengenai ini serta meyakinkannya bahwa dia bisa menjaga dirinya sendiri.

Ginna dengan terpaksa menyetujui perintah nonanya dan dengan syarat dia juga ikut untuk menjaga Evelyn.

Akhirnya sore itu juga mereka nekat pergi menggunakan kereta dengan membawa Ksatria pribadinya sebagai kusir serta 2 orang ksatria lagi.

Mereka pergi dengan menggunakan jubah hitam dan tudung, serta membawa belati untuk berjaga-jaga. Mereka keluar kediaman secara diam-diam dan menusuri jalan menuju ke hutan.

Ini pertama kalinya Evelyn keluar kediaman setelah datang ke dunia ini. Lingkungannya sama saja, ada jalan setapak yang lumayan luas, pepohonan dan bangunan desain abad pertengahan.

Mereka berjalan cukup jauh dan ketika sampai disisi hutan, mereka turun dari kereta dan menyusuri tempat yang lumayan gelap itu dengan memperhatikan apakah ada bangunan atau rumah didekat sana.

Dari kejauhan Ksatria yang dibawanya berlari lalu melaporkan bahwa ada tumpukan batu mirip bangunan disisi timur hutan itu, yang mana berbatasan dengan ibukota, walaupun tempat itu tersembunyi.

Mereka segera pergi kesana dan melihat memang tumpukan batu itu adalah bangunan, atau tepatnya rumah yang terbuat dari batu.

Evelyn ke dalam bersama Ginna dan meminta Ksatria yang bernama Karl itu berjaga diluar bangunan. Sesampainya didekat pintu mereka mengetuk tapi setelah sekian lama, tidak ada yang menyahut.

Evelyn meminta Ginna menunggunya disini kalau sewaktu-waktu ada yang dia perlukan, dia memberanikan diri masuk kedalam membuka pintu yang ternyata tidak dikunci.

Didalam Evelyn menelisik setiap sudut ruangan itu, ada palu, berbagai alat kerajinan dari besi, api serta alat keperluan seorang pandai besi.

Setitik cahaya kekuningan menyilaukannya, dia mengamati benda apa yang bersinar itu, ternyata sebuah cincin emas sederhana yang cantik tapi sayangnya sepertinya cincin itu patah.

"Perlu apa kau kesini." Sebuah suara galak pria mengagetkannya, pasalnya dia sama sekali tidak mendengar ada suara langkah kaki.

Pria itu mungkin berumur 50 an, berwajah tegas dengan janggut yang cukup panjang, perawakannya tidak terlalu tinggi tapi cukup memberi kesan bahwa dia bukan orang sembarangan.

"Maaf Tuan, saya telah lancang masuk tanpa izin, apakah anda yang bernama Tim Tufail?" ucap Evelyn setelah mendapatkan kembali ketenangannya.

"Ada perlu apa mencari saya." Ujar pria itu sedikit melunakkan nada bicaranya setelah mengetahui didepannya adalah seorang perempuan.

"Saya ingin membuat sebuah perhiasan, apa anda bisa membuat perhiasan yang terbuat dari emas, saya akan mengadakan bongkahan emasnya. Dan mengenai harganya, anda tidak perlu khawatir."ucap Evelyn.

Tuan Tim mengerutkan kening, pasalnya dia hanya di kenal sebagai pengrajin besi, bukan emas, memang tidak menyangkal bahwa dia sedikit bisa membuatnya tapi darimana gadis muda ini tahu tentangnya.

"Perhiasan seperti apa yang kau inginkan." Ucap Tuan Tim.

Evelyn sedikit keluar untuk meminta Ginna membawakannya desain perhiasan yang sempat digambarnya tadi, dan memperlihatkannya kepada Tuan Tim.

Pria itu mengamati dengan cermat desain itu, dia sedikit heran dan takjub karena desain perhiasan seperti ini jarang dan mungkin belum pernah ada di kerajaan.

"Darimana kau menemukan desain perhiasan seperti ini?"Tanya Tuan Tim

"Desain ini aku sendiri yang menggambarnya." Ucap Evelyn singkat, tanpa bisa menjelaskan bahwa desain seperti ini sangat umum di dunianya dulu, desain ini juga yang disukainya dari semua model perhiasan yang berat dan rumit itu.

Tuan Tim kembali mengamati dan meminta Evelyn menjelaskan lebih detail tentang desain ini. Gadis ini berpengetahuan luas dan tata krama nya juga bagus. Ia dapat menebak bahwa gadis ini mungkin seorang putri bangsawan.

Mereka mencapai kesepakatan setelah ada beberapa hal ditambah dan dirombak untuk menyesuaikan dengan peralatan yang dimiliki pria itu.

Tapi ada satu hal yang ditambah lagi, Tuan Tim meminta untuk membuat satu cincin tambahan. Yang mana satu cincin itu akan ia berikan kepada istrinya sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka.

Evelyn tentu saja tidak keberatan dengan hal itu, dia menduga bahwa cincin rusak tadi kemungkinan merupakan hadiah yang disiapkan oleh pria itu untuk istrinya.

Evelyn juga mengatakan bahwa bahan yang diperlukan mungkin akan sampai 1 atau 2 hari kemudian, dan untuk pembayarannya, dia bisa membayar ketika barang itu diambil nanti.

"Terimakasih, senang berbisnis dengan anda." Ucap Evelyn sambil berjabat tangan dengan Tuan Tim. Pria itu membalas dan sebelum pulang, Evelyn memberikan kartu nama dan sebuah lencana untuk pria itu datang mencarinya jika diperlukan, dan kemudian pamit pulang.

Sesudah Evelyn pergi, Tuan Tim akhirnya melihat dengan jelas lencana dan kartu nama itu, disana tertulis jelas nama gadis itu adalah Evelyn Gregory, putri tunggal Duke Gregory terdahulu.

Sebuah lencana berwarna emas kebiruan juga mengkonfirmasi hal itu, tidak mungkin ada sembarangan orang memiliki atau memperjualbelikan lencana seperti ini.

Tuan Tim menghela nafas sedih, dia tidak menyangka gadis yang tadi dikiranya hanya sebagai gadis pintar dari sebuah keluarga merupakan gadis bangsawan sekaligus penguasa wilayah ini. Jika tahu gadis itu dari bangsawan Gregory, mungkin dia akan sedikit menjamu gadis itu sebagai bentuk penghormatan.

More Chapters