WebNovels

Chapter 14 - Bab 14 – Ledakan Cahaya

Ledakan dahsyat itu mengguncang seluruh gua. Cahaya putih dari Keris Cahaya Sukma beradu dengan kabut hitam Rangga Sakti, menghasilkan kilatan yang menyilaukan. Batu-batu runtuh dari langit-langit, lantai gua retak, dan suara jeritan ribuan jiwa menggema seperti badai.

Laras menjerit, tubuhnya terpental ke dinding gua. Ki Samudra segera melindunginya dengan lingkaran cahaya dari tongkatnya, menahan runtuhan batu yang hampir menimpa mereka.

"Jaka!" teriak Laras, air matanya mengalir, mencari sosok yang kini lenyap ditelan cahaya dan kabut.

Di Antara Cahaya dan Bayangan

Jaka sendiri mendapati dirinya tidak lagi berdiri di altar, melainkan di sebuah ruang tak berujung. Gelap dan terang bercampur menjadi pusaran. Di hadapannya berdiri Rangga Sakti, kini dalam wujud manusia utuh tinggi, gagah, dengan mata merah menyala dan jubah hitam berkibar.

"Kau berani menantangku sampai sejauh ini," kata Rangga Sakti dengan senyum sinis. "Tapi ini adalah wilayahku. Di sini, aku adalah tuhan."

Jaka menggenggam kerisnya yang masih bersinar putih. "Kalau begitu, aku akan mengakhiri kekuasaanmu di tempatmu sendiri."

Rangga Sakti mengangkat tangannya. Dari kegelapan, muncul ribuan tangan hitam yang meraih ke arah Jaka. Tangan-tangan itu menggenggam, menarik, mencoba menghancurkan tubuhnya.

Namun Jaka menghunus keris, dan cahaya putihnya meledak, memusnahkan tangan-tangan itu satu per satu.

"Aku tidak takut padamu!" teriaknya.

Mayang Sari Muncul

Tiba-tiba, cahaya lembut muncul dari balik pusaran. Sosok Mayang Sari berjalan mendekat, wajahnya bersinar meski masih dibalut darah.

"Jaka…" katanya lirih, "kau sudah sejauh ini. Tapi kau tidak bisa sendirian. Cahaya sejati lahir bukan dari satu jiwa, melainkan dari keikhlasan yang menyatu."

Rangga Sakti menoleh, wajahnya murka. "Diam, perempuan terkutuk! Kau yang menyebabkan semua ini! Jika bukan karena doamu, aku sudah menguasai dunia ini!"

Mayang Sari menatapnya dengan air mata. "Dan justru karena itu aku berdoa, Rangga. Keserakahanmu harus dihentikan."

Ia menoleh ke Jaka. "Gunakan keris itu bersama dengan hatimu, dan biarkan jiwaku menjadi bagian dari pengorbanan. Hanya dengan begitu naskah berdarah bisa dihancurkan selamanya."

Puncak Pertarungan

Jaka menatap Mayang Sari, lalu menatap Rangga Sakti yang kini mulai membesar lagi, tubuhnya diliputi api hitam.

"Jaka!" suara Laras bergema dari dunia nyata, meski samar. "Kau tidak sendirian! Aku bersamamu!"

Keris di tangan Jaka mulai menyerap cahaya dari dua arah dari Mayang Sari, jiwa yang terikat, dan dari Laras, cinta yang nyata. Cahaya itu semakin terang, hingga bilahnya nyaris tak bisa dilihat oleh mata biasa.

Rangga Sakti meraung. "Tidak! Aku tidak akan kalah dari bocah sepertimu!"

Ia melompat maju, tubuhnya berubah menjadi naga bayangan raksasa, mulutnya mengeluarkan api hitam.

Namun Jaka melangkah dengan mantap. Ia mengangkat keris tinggi-tinggi, cahaya putihnya membelah kegelapan.

"Aku memilih pengorbanan, bukan kekuasaan!" teriak Jaka."Dengan cahaya ini, aku memutus perjanjianmu, Rangga Sakti!"

Cliffhanger

Jaka menebas ke depan. Cahaya putih menyapu seluruh pusaran, menembus naga bayangan. Jeritan Rangga Sakti mengguncang ruang itu, tubuhnya terpecah oleh cahaya.

Di dunia nyata, gua bergetar keras. Naskah berdarah di altar berdenyut cepat, retak, dan wajah-wajah yang tertawan di dalamnya berteriak kesakitan. Laras menatap altar itu dengan air mata, berdoa agar Jaka berhasil kembali.

Cahaya semakin besar, hingga akhirnya… semua menjadi putih.

Hening. Tak ada suara. Tak ada bayangan.

Dan Laras menjerit, "Jaka!"

More Chapters