WebNovels

Chapter 13 - Bab 13 – Suara dari Darah

Cahaya biru dari Keris Cahaya Sukma mulai meredup, napas Jaka terengah, tubuhnya dipenuhi luka setelah pertarungan sengit. Di hadapannya, Rangga Sakti masih berdiri, meski wujudnya retak dan mengecil. Matanya tetap menyala merah, penuh kebencian.

Di atas altar, naskah berdarah berdenyut seperti jantung hidup, mengeluarkan kabut hitam pekat yang terus memberi kekuatan pada Rangga Sakti. Setiap denyutnya terdengar seperti detak jantung ribuan jiwa yang terikat.

"Selama naskah ini ada," ujar Rangga Sakti dengan suara serak namun penuh kuasa, "aku tidak akan pernah mati. Kau hanyalah manusia lemah yang mencoba melawan abadi."

Tekad Jaka

Jaka menatap altar itu, tangannya bergetar memegang keris. Dalam hatinya, ia tahu bahwa satu-satunya jalan untuk mengakhiri semua ini adalah menghancurkan naskah berdarah itu.

"Aku tidak peduli abadi atau tidak," teriak Jaka lantang. "Yang aku tahu, aku akan menghentikan penderitaan ini, bahkan jika nyawaku harus jadi taruhannya."

Laras menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Jaka… jangan! Jika kau menyerahkan semuanya, bagaimana denganmu?"

Jaka menoleh, tersenyum tipis meski wajahnya pucat."Laras, lebih baik aku menghilang, daripada desa kita selamanya hidup dalam ketakutan."

Bayangan Rangga Sakti

Mendengar itu, Rangga Sakti tertawa keras."Hahaha! Begitu mudahkah kau ingin mengorbankan nyawamu? Kau sama bodohnya dengan Mayang Sari! Pengorbanan tidak akan mengubah apa pun yang kuatlah yang akan diingat, bukan yang mati!"

Ia mengangkat tangannya, kabut hitam melingkar, berubah menjadi rantai bayangan yang melilit altar, melindungi naskah berdarah.

"Kalau kau ingin menghancurkannya, kau harus melewati aku dulu!"

Suara Mayang Sari

Tepat saat itu, cahaya putih lembut muncul di sisi altar. Dari kabut, sosok Mayang Sari perlahan tampak. Rambutnya panjang terurai, gaun putihnya berlumuran merah, namun wajahnya penuh ketenangan.

"Jaka…" suaranya lirih, namun jelas menggema di ruangan itu."Jangan hancurkan naskah itu dengan amarah. Jika kau melakukannya, kabut akan menelan jiwamu, dan kau akan menjadi bayangan berikutnya."

Jaka tertegun. "Lalu… apa yang harus kulakukan?"

Mayang Sari menatapnya dengan mata berkaca-kaca."Gunakan keris itu bukan hanya dengan kekuatan, tapi dengan ikhlas. Hanya cahaya dari hati yang rela berkorban yang bisa memutus perjanjian ini. Keris itu harus menyerap kesucian niatmu, bukan amarahmu."

Pergulatan Batin

Jaka menunduk, hatinya bergejolak. Ia ingin menghancurkan naskah itu dengan sekuat tenaga, tapi kata-kata Mayang Sari membuatnya sadar: jika ia melakukannya dengan kebencian, maka ia akan jatuh sama seperti Rangga Sakti.

Rangga Sakti meraung marah, kabutnya berputar semakin pekat."Jangan dengarkan dia, Jaka! Aku bisa memberimu kekuatan. Kau bisa melindungi Laras, desamu, bahkan dunia, dengan kekuatan yang tak pernah padam. Kau hanya perlu menusukkan keris itu dengan amarahmu, dan kekuatan ini akan jadi milikmu!"

Bisikan itu begitu menggoda, membuat Jaka terdiam. Laras melihatnya goyah, lalu menggenggam tangannya erat-erat.

"Jaka… jangan jadi seperti dia. Aku lebih memilih kehilanganmu, daripada melihatmu berubah menjadi monster."

Air mata Laras jatuh di tangan Jaka, membasahi gagang keris.

Cahaya Pengorbanan

Jaka menutup mata, air matanya jatuh. Ia mengingat semua yang sudah dilalui: ilusi kabut, ujian keserakahan, ketakutan, pertarungan melawan bayangan. Semua itu bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk mereka yang ia cintai.

Ia mengangkat keris tinggi, lalu berteriak lantang:"Dengarlah, Rangga Sakti! Aku tidak butuh kekuasaanmu! Aku memilih pengorbanan, bukan keabadian!"

Cahaya biru dari keris tiba-tiba berubah menjadi putih menyilaukan. Dari gagang hingga bilahnya, keris itu menyala seperti matahari kecil di tengah kegelapan.

Mayang Sari tersenyum, air matanya jatuh."Itu dia, Jaka… itulah cahaya yang kutunggu selama ratusan tahun…"

Cliffhanger

Rangga Sakti menjerit marah, kabut hitamnya mengamuk."Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu!"

Dengan sekuat tenaga, Jaka melompat menuju altar, menghunus keris putih bercahaya itu, bersiap menusukkannya ke naskah berdarah.

Namun tepat sebelum bilah itu menyentuh naskah, bayangan hitam Rangga Sakti melompat, mencoba menelan Jaka.

Ledakan cahaya dan kegelapan pecah, memenuhi seluruh gua, membuat Laras menjerit dan Ki Samudra menutup mata.

Apa yang akan terjadi pada Jaka apakah ia berhasil menghancurkan naskah, atau justru terjebak dalam perjanjian?

More Chapters