Bab 2: Utang Darah
Keesokan paginya, Ayla datang ke sekolah dengan mata sembab dan langkah lesu. Ia tidak memberitahu siapa pun soal tulisan di dinding kosnya, atau suara bisikan yang membuatnya tak tidur semalaman.
Tapi begitu ia masuk ke kelas 12 IPA 2, semua kepala serempak menoleh.
Dan bangku kosong itu... sudah bersih.
Debu yang kemarin menempel telah hilang. Bahkan meja itu tampak lebih mengilap dibanding kemarin—seperti baru saja diseka seseorang.
Padahal Ayla ingat jelas: ia tak menyentuh apa-apa.
Halaman yang Bertambah
Saat jam kosong pertama, Ayla iseng membuka kembali buku catatan tua yang ia temukan kemarin. Tapi kali ini... halaman-halamannya lebih banyak.
Ada halaman baru yang tak ada kemarin. Dan di halaman tengah tertulis dengan tinta merah:
"Aku duduk di sini dulu. Aku juga pindahan. Seperti kamu.""Awalnya semua baik-baik saja, sampai aku tahu siapa yang mengunci kelas ini malam itu."
Di bawahnya, coretan-coretan menggambarkan sketsa wajah-wajah siswa. Beberapa dari wajah itu ditandai silang merah. Dan satu wajah… diberi lingkaran tebal:
DITO.
Kepala yang Tak Mau Menoleh
Saat jam istirahat, Ayla memberanikan diri mendekati Dito.
"Dito… kamu kenal Siska?"
Dito menatapnya dingin. Matanya memerah seperti kurang tidur.
"Aku sudah bilang, kamu tidak seharusnya duduk di sana."
"Aku enggak tahu. Tapi kenapa wajah kamu ada di buku itu?"
Dito langsung berdiri, menyeret kursinya mundur dengan keras. "Jangan buka buku itu lagi. Jangan pancing dia keluar. Kelas ini sudah cukup mati!"
Seketika, semua suara di kelas menghilang. Suara murid, suara kipas, bahkan suara luar... lenyap. Seolah hanya Ayla dan Dito yang ada di dalam kotak kedap udara.
Dan untuk sepersekian detik, Ayla melihat sesuatu di sisi kanan papan tulis...
Siska.
Rambut panjang menutupi wajah, seragam SMA sobek di bagian kerah, dan tubuhnya... mengambang.
Kelas Gelap yang Tak Terkunci
Malam harinya, Ayla memutuskan untuk kembali ke sekolah diam-diam. Ia harus tahu kebenaran.
Lewat pintu belakang, ia menyelinap ke gedung utama, naik ke lantai dua, dan menyusuri lorong gelap yang menuju kelas 12 IPA 2.
Anehnya, pintu kelas itu tidak terkunci. Padahal seharusnya semua ruangan dikunci pukul 4 sore.
Ayla masuk, menyalakan senter. Ruangan kosong.
Tapi ketika ia mengarahkan cahaya ke bangku belakang...
Seseorang duduk di sana.
Dan terdengar suara lirih:
"Kalau kamu di sini malam-malam… itu berarti kamu ingin tahu siapa yang mengorbankanku."