WebNovels

Chapter 8 - Bangku Kosong di Kelas 12

Bab 8: Tanda Warisan

Ayla tak bisa tidur malam itu.

Tanda merah di punggungnya terus terasa panas, seolah membara dari dalam kulit. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, ia melihat mata Siska—penuh amarah dan luka. Tapi kali ini, Siska tidak menangis.

"Kamu sudah ditandai," bisiknya."Sekarang mereka akan mencobamu... apakah kamu pantas menggantikan aku. Atau mati sepertiku."

🪞 Kaca yang Menolak Bayangan

Pagi harinya, Ayla melihat hal yang sangat ganjil:Bayangannya tidak muncul di cermin kamar mandi sekolah.

Ia berkaca, tapi pantulan itu… hanya menampilkan dinding kosong.

Dan dari arah belakang, terdengar suara Bu Wati:

"Kamu belum seutuhnya di dunia mereka, tapi juga tidak lagi utuh di dunia kita."

"Tanda di tubuhmu berarti: kamu kandidat."

Ayla berbalik, tapi tidak ada siapa-siapa. Ruangan kosong. Tapi di atas wastafel, tertulis dengan spidol:

"Ujian pertamamu dimulai hari ini. Jangan sampai duduk sebelum bel pulang."

Jam yang Tidak Bergerak

Sepanjang hari, Ayla mulai melihat keanehan aneh:

Jam kelas berhenti di 10:11, tak peduli berapa kali dia melihatnya.

Teman-teman sekelasnya mengulang percakapan yang sama setiap lima menit.

Dito tersenyum padanya… untuk pertama kalinya. Tapi senyumnya kosong, seperti diprogram.

Dan yang paling aneh…

Bangku kosong di belakang tetap kosong. Tapi setiap kali Ayla menoleh, kursi itu lebih dekat. Seolah... merayap maju.

Ujian Pertama: Ketuk Tiga Kali

Saat bel terakhir hampir berbunyi, semua siswa mulai membereskan barang. Tapi lampu kelas padam seketika.

Dalam gelap, terdengar suara dari bangku kosong:

Tok. Tok. Tok.(Tiga ketukan. Seperti suara Siska di buku catatan.)

Tiba-tiba, tubuh Ayla bergerak sendiri. Kakinya melangkah ke arah bangku kosong.Tangannya terulur…

Tapi tepat saat jari-jarinya menyentuh sandaran kursi, Dito menariknya mundur.

"Jangan!" seru Dito. "Kalau kamu duduk sekarang, kamu jadi pengganti. Sekali duduk… kamu enggak bisa keluar lagi."

Ayla menatapnya—bingung, takut, marah."Kenapa kamu peduli sekarang?"

Dito hanya menjawab pelan:

"Karena dulu aku yang menolak tanda itu. Tapi sekarang aku tahu... bukan semua warisan harus diteruskan."

Satu Halaman Terakhir

Di malam hari, Ayla membuka kembali buku merah. Kini hanya tersisa satu halaman kosong.

Dan di bawah halaman itu, muncul tulisan perlahan-lahan:

"Siapa yang akan kamu pilih untuk duduk di bangku itu... jika bukan kamu?"

More Chapters