Kembali ke Nexus, Adrian merenung. Ia telah menunjukkan kekuatan. Ia telah memaksa Arishem mundur. Namun, ia tahu, kekuatan hanya bisa memaksa kepatuhan, bukan menginspirasi harapan. Dunianya yang lama hancur bukan karena kurangnya kekuatan, tetapi karena matinya harapan.
Ia tidak mau menjadi tiran lain yang memaksakan kehendaknya pada alam semesta. Ia harus menciptakan sesuatu yang lain. Sebuah simbol.
Sovereign menengadahkan tangannya. Ia tidak mengambil materi dari bintang atau nebula. Ia mengambil sesuatu dari dalam dirinya: konsep harapan yang masih tersisa dari kemanusiaannya, dan memadukannya dengan energi cahaya paling murni di alam semesta.
Dari pusaran cahaya perak itu, sebuah wujud lahir. Humanoid, tinggi, dengan zirah perak yang tampak menyatu dengan tubuhnya. Di punggungnya terdapat sepasang sayap energi, dan matanya memancarkan ketenangan dan kekuatan yang tak terbatas.
"Aku menciptakanmu bukan sebagai senjata, tetapi sebagai penjaga," bisik Sovereign. "Engkau adalah jawaban atas kegelapan. Engkau adalah bukti bahwa bahkan di awal yang sunyi ini, ada cahaya yang layak diperjuangkan."
Sosok itu menundukkan kepalanya dalam hormat. Suaranya bergema dengan kebijaksanaan purba. "Aku adalah Noa. Aku adalah Cahaya di tengah Kegelapan. Aku akan menjadi perisai bagi kehidupan yang belum lahir."