Sebelum ada cahaya, sebelum ada waktu, hanya ada kehampaan. Kosong, senyap, dan abadi. Di tengah ketiadaan mutlak itulah, sebuah kesadaran berkelip—bukan lahir, melainkan kembali.
Ingatan menghantamnya bukan seperti ledakan, tapi seperti gema yang tak berujung di sebuah ruangan kosong. Nama... dia pernah punya nama. Adrian. Adrian Kaelar. Seorang fisikawan dari dunia yang sekarat, sebuah Bumi yang tercekik oleh ambisinya sendiri. Ia ingat momen terakhirnya: laboratorium yang steril, dengungan mesin kuantum, dan sebuah kesalahan perhitungan yang fatal saat mencoba membuka gerbang ke... sini.
Dimana ini?
Tidak ada jawaban. Hanya kesunyian yang memekakkan telinga. Ia mencoba merasakan tubuhnya, namun tak ada. Ia mencoba melihat, namun hanya ada kegelapan abadi. Kepanikan yang seharusnya melandanya tidak datang. Sebagai gantinya, sebuah ketenangan yang aneh dan absolut mengisi kesadarannya. Bersamaan dengan ketenangan itu, ia merasakan sesuatu yang lain. Kekuatan.
Kekuatan yang tak terbayangkan.
Tanpa sadar, sebuah niat terbentuk di benaknya. Niat untuk melihat. Dan seketika itu juga, dari ujung jarinya yang tak terlihat, sebuah titik cahaya lahir. Titik itu meledak dalam keheningan, membesar menjadi sebuah bintang kerdil yang bersinar cemerlang, cahayanya menyingkap kehampaan di sekelilingnya.
Adrian terkesiap, meski ia tak punya paru-paru untuk bernapas.
Dalam sekejap, pengetahuan membanjiri dirinya. Ini bukan sihir. Ini adalah kendali atas hukum realitas itu sendiri, sebuah pemahaman intuitif yang melampaui fisika—kekuatan seorang Grand Priest. Namun, di balik itu, ada gejolak lain. Sebuah kekuatan mentah, tekanan spiritual yang begitu padat hingga bisa meretakkan ruang, sebuah kehendak yang tak tergoyahkan. Kekuatan seorang pejuang absolut, Jiren.
Dua kekuatan paradoks—penciptaan dan penghancuran, keanggunan dan kekuatan brutal—kini menjadi esensinya.
"Saya ... selamat?" bisiknya dalam kehampaan. "Atau ini neraka?"
Namun, melihat bintang ciptaannya yang berputar anggun, ia tahu ini bukan neraka. Ini adalah kanvas kosong. Dan ia adalah kuasnya.