Ketika berita tentang penculikan Tony Stark di Afghanistan mulai menyebar ke seluruh dunia, Alexander Thorne mengamatinya dengan ketertarikan yang dingin. [eos]Ia membaca setiap laporan, menganalisis implikasi politik dan pasar. [eos]Bukan karena ia peduli pada Tony secara pribadi, tetapi karena Stark Industries adalah pemain besar, dan ketidakstabilannya bisa menciptakan gelombang yang mengganggu rencana Alexander.
Ia juga menggunakan sumber daya Thorne Industries untuk melakukan pemantauan intelijen yang sangat rahasia. Bukan sekadar berita publik, tetapi menyadap komunikasi di level yang lebih tinggi, memantau pergerakan pasar saham terkait Stark Industries, dan bahkan mendapatkan laporan intelijen mentah dari kontak-kontaknya di pemerintahan dan militer yang tidak tahu mereka sedang dimanipulasi oleh Alexander.
Ketika Tony Stark kembali dan mengumumkan penutupan divisi senjata Stark Industries, dunia gempar. Investor panik, dan Obadiah Stane, orang kepercayaan Tony, berjuang keras. Ini adalah peluang besar bagi Alexander.
Thorne Industries tidak secara langsung menawar untuk mengakuisisi Stark Industries—itu akan terlalu mencolok dan menarik perhatian Tony secara langsung. Sebaliknya, Alexander memanfaatkan kekacauan pasar. Ia secara diam-diam membeli saham-saham Stark Industries yang anjlok melalui berbagai perusahaan cangkang, mengakumulasi kepemilikan minoritas yang signifikan. Ia juga mengucurkan dana untuk membantu beberapa perusahaan yang tadinya pemasok Stark Industries beralih ke kontrak dengan Thorne Industries, secara efektif mengalihkan aliran pasokan dan teknologi.
Selama konflik Iron Man melawan Iron Monger, Alexander tetap di balik layar. Ia tidak campur tangan. Peristiwa itu adalah demonstrasi awal kekuatan super di mata publik, dan itu bagus. Semakin banyak kekuatan di dunia, semakin banyak peluang bagi Alexander untuk memahami dan mengeksploitasi mereka. Kekuatan latennya tetap tersembunyi, sebuah kartu truf yang tidak perlu dimainkan.