Setelah insiden ledakan energi minor dari Stark Industries yang secara tidak sengaja mengganggu ketenangannya, Alexander Thorne tidak bertindak gegabah. Ia bukan seorang yang reaktif, melainkan perencana jangka panjang. Peristiwa itu hanyalah konfirmasi awal bahwa Tony Stark adalah sebuah variabel yang perlu dipahami dan, jika memungkinkan, dikendalikan.
Thorne Industries tidak beralih ke pembuatan senjata atau teknologi pertahanan terang-terangan seperti Stark Industries. Sebaliknya, Alexander memposisikan perusahaannya sebagai pemimpin dalam teknologi energi alternatif yang revolusioner dan material canggih yang bersifat non-militer. Misalnya, mereka mengembangkan baterai nano-ion yang sangat efisien, panel surya yang mampu menyerap energi dari spektrum cahaya yang lebih luas, atau material komposit yang ringan namun lebih kuat dari baja, tetapi dipasarkan untuk konstruksi sipil atau industri otomotif.
Ini adalah langkah strategis Alexander. Dengan mengendalikan sumber daya energi dan material masa depan, ia membangun fondasi kekuasaan yang lebih halus namun fundamental. Jika dunia beralih dari bahan bakar fosil, Thorne Industries akan menjadi pemasok utamanya. Jika ada inovasi material, mereka akan menjadi patokan.
Ia juga terus membangun jaringan kontak di tingkat pemerintahan dan korporat, memposisikan dirinya sebagai seorang visioner dermawan yang peduli lingkungan dan kemajuan, yang kontras dengan citra Tony Stark yang flamboyan dan agak rebel. Ini memberinya pengaruh politik yang signifikan tanpa menarik perhatian sebagai "penjahat super".