Bertahun-tahun berlalu. Tony Stark tumbuh menjadi jenius yang eksentrik, pewaris Stark Industries, sibuk dengan penemuan dan gaya hidupnya. Alexander Thorne telah menciptakan kerajaannya sendiri, sebuah bayangan yang kuat yang nyaris tidak terlihat di antara industri-industri besar lainnya. Thorne Industries adalah kekuatan yang tenang, namun fundamental dalam ekonomi global.
Pada suatu pagi yang cerah di New York, Tony Stark muda (mungkin di akhir masa remajanya atau awal 20-an, belum Iron Man), sedang menguji prototipe mobil sport baru yang canggih di jalanan sepi. Tanpa diduga, sebuah sistem keamanan yang tidak stabil di gedung miliknya sendiri mengalami malfungsi, menyebabkan ledakan energi minor yang mengirimkan pulsa elektromagnetik kuat ke seluruh blok.
Bagi sebagian besar orang, itu hanya gangguan. Bagi Tony, itu adalah masalah yang harus diselesaikan.
Namun, bagi Alexander Thorne, yang kebetulan sedang berada di penthouse mewahnya yang tak jauh dari sana, ledakan itu adalah gangguan pada kedamaiannya yang berharga. Ia merasakan gelombang energi yang familier, mirip dengan gejolak kekuatan yang ia kenal dari ingatannya, meskipun jauh lebih kecil. Ia melihat Tony Stark, seorang jenius muda yang bersemangat, namun juga ceroboh.
Alexander menghela napas. "Masalah," bisiknya pada dirinya sendiri, tatapannya dingin. Ia tidak akan campur tangan secara langsung, tetapi ia akan memastikan gangguan ini tidak terjadi lagi. Ia akan mengawasi Tony Stark, memahami potensi yang ada dalam diri anak muda ini, dan mencari tahu apakah itu bisa menguntungkan atau malah menjadi penghalang bagi rencana jangka panjangnya.
Pertemuan pertama ini bukanlah bentrokan fisik, melainkan sebuah pengamatan dingin dari seorang individu kuat yang tidak suka masalah, namun mampu menghadapinya dengan cara yang tak terduga dan mematikan. Alam semesta Marvel baru saja mendapatkan pemain baru, yang bergerak dalam bayangan, dengan motif yang hanya diketahui olehnya sendiri.