WebNovels

Chapter 3 - Mati Suri di Malam Satu Suro

Bab 3: Bayangan Tanpa Kepala

Malam itu sunyi. Terlalu sunyi. Bahkan jangkrik enggan bersuara. Raka duduk di beranda rumah neneknya, tubuhnya masih terasa berat, seperti membawa beban yang tidak kasatmata.

Ia menatap sawah gelap di kejauhan.

"Apa aku benar-benar hidup kembali?""Atau... aku hanya lupa bahwa aku seharusnya mati?"

Di belakangnya, sang nenek sedang meracik dupa. Aroma menyan dan kemenyan memenuhi ruangan. Nenek tidak banyak bicara sejak hari itu. Tapi tatapannya pada Raka selalu penuh waspada, seolah ia tak sedang melihat cucunya sendiri… tapi sesuatu yang menumpang di dalam tubuh itu.

"Ra," ucapnya pelan, "malam ini jangan tidur dulu. Kalau kau dengar pintu diketuk... diam saja. Jangan bangun."

Raka menelan ludah. "Kenapa?"

Nenek menatap tajam.

"Karena malam ini, roh penuntut akan datang. Dan dia mencarimu."

Tepat tengah malam, suara ketukan keras menggema dari depan pintu.

Tok. Tok. Tok.

Nenek duduk bersila di pojok ruang, membaca doa-doa dalam bahasa Jawa Kuno. Dupa membubung tinggi. Raka mematung di tempat tidur, tak bergerak.

Tok. Tok. Tok.

Ketukan semakin keras. Lalu… pintu terbuka sendiri.

Angin dingin menyapu masuk. Lampu mendadak padam.

Dan dari balik gelap, tampak sesosok tubuh hitam tinggi besar... berjalan pelan ke arah Raka.

Wujudnya seperti manusia—tapi tanpa kepala.Di tangannya tergenggam sebuah kelapa gundul yang meneteskan darah.

Setiap langkahnya meninggalkan jejak lumpur di lantai. Suara gamelan samar mengalun entah dari mana.

"Nyowo pinanggih... kembalikan yang bukan milikmu…"

Raka tak bisa bergerak. Mulutnya terkunci. Matanya membelalak. Sosok itu kini berdiri hanya dua langkah dari tempat tidurnya.

Tiba-tiba—

Braak!

Nenek memukul tanah dengan tongkat, membubuhkan bubuk hitam di lantai, membentuk simbol pelindung. Sosok tak berkepala itu berteriak—suara mengerikan seperti bambu dirontokkan angin.

Tubuhnya terbakar oleh cahaya dari simbol itu… dan menghilang.

Namun sebelum lenyap, dia sempat berbisik ke Raka:

"Belum selesai... kau masih berhutang satu malam…"

Raka terdiam. Tubuhnya gemetar.

Dan malam itu, untuk pertama kalinya… ia percaya bahwa kematian bukanlah akhir.Dan kehidupan... bisa disusupi oleh sesuatu yang seharusnya tinggal di seberang batas.

More Chapters