WebNovels

Chapter 8 - Mati Suri di Malam Satu Suro

Bab 8: Gerbang di Sungai Kering

Senja belum sepenuhnya turun saat Raka menyusuri jalan tanah menuju Sungai Kering, sebuah tempat terlarang yang sudah lama jadi bisik-bisik warga. Mereka bilang sungai itu sudah mati—kering sejak dua dekade lalu—dan hanya dialiri oleh air gaib saat malam Jumat tertentu.

Tujuannya: sebuah rumah kayu tua yang ditinggali oleh Dukun Ratna.

Wanita yang konon bisa bicara dengan roh, tapi ditakuti karena memanggil mereka bukan untuk damai... tapi untuk kekuasaan.

Langkah Raka semakin pelan saat memasuki batas pohon beringin tua yang menggantung rendah. Udara terasa berat. Sunyi.

Di kejauhan, rumah Ratna tampak berdiri menyendiri. Asap mengepul dari dapurnya. Tapi lebih dari itu, Raka merasakan getaran tak wajar dari tanah. Seperti... suara yang menjerit dari dalam bumi.

Di balik jendela, bayangan Ratna terlihat—duduk bersila, membakar dupa, di depannya sebuah sesajen lengkap dengan kepala ayam hitam dan kendi terbalik.

"Kau datang lebih awal dari yang kubayangkan,"Ratna menyapa sebelum Raka sempat mengetuk.

Matanya tajam. Penuh sihir. Penuh rahasia.

"Aku tidak akan larang kau melakukan apapun, Bu," kata Raka pelan. "Tapi tolong... jangan buka gerbang itu malam ini."

Ratna tertawa kecil. "Kau kira aku tidak tahu? Sejak kau bangkit dari mati surimu, arwah gentayangan datang padamu seperti semut ke gula."

"Tapi tidak semua roh ingin damai, Raka. Beberapa… ingin hidup kembali. Dan aku bisa memberi mereka tubuh."

Raka menggenggam kain putih pelindung yang selalu ia bawa."Kalau kau paksakan, mereka yang datang bukan hanya arwah tersesat. Tapi makhluk dari bawah tanah. Roh yang bahkan tidak pernah menjadi manusia."

Ratna tersenyum. "Itulah yang aku mau."

Dan saat itu juga, tanah di bawah rumah bergemuruh. Cahaya hijau menyala dari kendi terbalik. Asap menebal.

Ratna mulai merapal mantra dalam bahasa kuno. Tapi Raka, dengan nekat, melemparkan segenggam tanah dari Alas Kendeng—tanah yang hanya bisa digunakan oleh Penyeimbang, untuk menutup jalur lintas roh.

Tanah itu membara di udara dan menghantam kendi.

BRAAAK!

Ledakan cahaya putih membelah langit. Sesajen terbakar. Ratna terhempas ke belakang.

Lalu... hening.

Kabut perlahan menghilang. Suara gemuruh berhenti. Rumah Ratna remuk sebagian.

Ia terduduk, napas berat, menatap Raka dengan mata merah.

"Kau mungkin bisa menutup satu gerbang…""Tapi malam Suro berikutnya… akan terbuka yang jauh lebih besar."

Raka menatapnya tanpa gentar.

"Kalau harus, aku akan tutup semuanya. Sendiri."

More Chapters