Tim kedua yang terdiri dari ahli strategi Trafalgar Law dan pendekar pedang kuat Roronoa Zoro, saat mereka menuju negara tertutup Wano untuk meletakkan dasar bagi perang melawan Yonko Kaido.
Menuju Wano
Setelah perpecahan aliansi, Trafalgar Law bersama Zoro, Kin'emon, Momonosuke, dan beberapa anggota Suku Mink yang bersedia menemani mereka, meninggalkan Zou.
Law berlayar dengan kapal selamnya, Polar Tang, sementara Zoro dan yang lain bersembunyi di dalamnya.
Perjalanan mereka sangat berbeda dari tim Luffy; ini adalah misi infiltrasi rahasia, bukan penyelamatan emosional.
Di dalam Polar Tang, Law merasakan beban yang berat. Ia telah mendapatkan Road Poneglyph Big Mom tanpa harus terlibat langsung, berkat keputusan yang didorong oleh Kai.
Namun, kini Law harus menghadapi Kaido, tujuan utamanya, tanpa kehadiran 'Dewa Penulis' di sisinya.
Mengapa aku merasa tertekan? pikir Law. Aku adalah ahlinya. Aku yang membuat rencana ini.
Namun, Law tidak bisa mengabaikan fakta bahwa setiap keputusan penting di Dressrosa telah diarahkan oleh intervensi halus Kai.
Sekarang, tanpa peringatan glitch atau dorongan Anchor Plot, Law merasa buta.
"Zoro-ya," panggil Law, memandang peta Wano. "Rencana kita adalah menyelinap, mencari daimyo-daimyo yang setia pada Klan Kozuki, dan mengumpulkan kekuatan selama setahun ke depan.
Apakah kau merasa... yakin dengan rencananya?"
Zoro, yang sibuk mengasah pedang, mengangkat bahu. "Aku tidak peduli dengan rencana yang rumit, Law. Aku hanya mengikuti arah yang terasa benar. Kau bilang kita akan memotong Kaido. Aku akan memotongnya. Itu saja."
Law menatapnya. Jawaban Zoro, yang sederhana dan didorong oleh naluri murni, justru mengganggu Law. Ia mulai meragukan semua kalkulasi logisnya.
Mungkin, aku terlalu bergantung pada alur cerita yang sudah tertulis...
Law dan Kin'emon membahas rincian infiltrasi. Wano adalah negara tertutup, dengan perbatasan yang dijaga ketat oleh kru Kaido.
"Kita harus masuk secara terpisah dan menyamar," jelas Kin'emon. "Aku akan pergi duluan. Aku akan mencari istriku, O-Tsuru, dan menguji kesetiaan para daimyo yang masih tersisa."
Law menoleh pada Zoro. "Zoro-ya, kau ikut Kin'emon-ya dan Momonosuke-ya. Kau akan menjadi bodyguard mereka, dan yang terpenting: kau harus menjadi umpan."
Zoro menyeringai. "Umpan? Kedengarannya menyenangkan."
"Ya," kata Law. "Kehadiranmu sebagai pendekar pedang yang terkenal, jika sengaja diungkap, akan menarik perhatian kru Kaido.
Itu akan mengalihkan mereka dari pergerakan rahasia kami. Tapi hati-hati, jangan sampai tertangkap. Kita butuh kau di pertempuran final."
Saat mereka mendekati perairan Wano yang ganas, Law berdiri di anjungan Polar Tang. Ia memejamkan mata, mencoba merasakan sinyal Haki Penulis yang biasanya ia rasakan dari Kai sinyal yang memberitahunya bahwa dia sedang bergerak di jalur yang benar.
Kosong.
Ketiadaan intervensi membuat Law merasa telanjang. Ia kini harus mengandalkan intuisi murni yang dulu ia abaikan.
Namun, berkat pengaruh Anchor Plot Kai sebelumnya, Keyakinan bahwa invasi Wano ini adalah hal yang benar untuk dilakukan tetap kokoh di benaknya.
Kai, si 'Dewa Penulis', telah berhasil memaksaku untuk percaya pada rencana ini, meskipun dia tidak ada di sini untuk mengawasinya.
Law menyadari bahwa Kai telah menetapkan Law sebagai Jangkar Taktis aliansi, terlepas dari perasaannya. Tugas Law kini bukan hanya melawan Kaido, tetapi juga menjaga stabilitas plot besar, meskipun ia tidak memahami mekanisme di baliknya.
"Baiklah, Wano," gumam Law, menyeringai dengan tatapan penuh tekad. "Mari kita lihat apakah plot yang tidak tertulis seburuk yang kubayangkan."
Law dan Zoro telah mencapai perbatasan Wano dan bersiap untuk berpisah guna melakukan infiltrasi rahasia.
Mengikuti Zoro saat ia menyamar dan mulai menimbulkan kekacauan di Wano.
Mengikuti Law saat ia melakukan kontak pertama dengan sisa-sisa sekutu Klan Kozuki.
Roronoa Zoro saat ia menyusup ke Wano dan, sesuai dengan rencana Law, segera menjadi umpan yang menimbulkan kekacauan, jauh dari kendali langsung Kai.
Zoro dan Kin'emon menyelinap ke daratan Wano melalui jalan rahasia, segera berpisah dengan Law yang akan menyusun strategi dari bayangan.
Sesuai rencana, Zoro menyamar sebagai ronin (samurai tanpa tuan).
Tugas pertama: bertemu sekutu rahasia Kin'emon.
"Dengar, Zoro-san," bisik Kin'emon. "Kita harus berjalan lurus melalui ibukota bunga menuju kedai soba.
Jangan menarik perhatian! Kita harus infiltrasi!"
"Lurus? Baik," jawab Zoro singkat.
Kin'emon berbalik, Zoro melenceng 90 derajat dan berjalan ke arah yang berlawanan, tertarik pada papan nama aneh yang bertuliskan 'SAKE GRATIS'.
Zoro tiba di sebuah jalanan yang ramai, tempat dia melihat seorang warga sipil dianiaya oleh sekelompok pengikut Kaido dan Shogun Orochi yang disebut Pleasures (pengguna SMILE gagal yang hanya bisa tertawa).
"Hai, kalian ronin! Menjauhlah, atau kami akan memotongmu!" seru salah satu Pleasures dengan tawa yang mengganggu.
Zoro, yang memang mencari alasan untuk bertarung, mencabut pedangnya.
"Aku mencari sake," kata Zoro, suaranya tenang. "Tapi sepertinya aku harus mengurus sampah dulu."
Pertarungan pun pecah. Dengan Santoryu (Gaya Tiga Pedang), Zoro dengan mudah mengalahkan para preman itu. Namun, ia tidak berhenti di sana.
Zoro melihat seorang pria yang ketakutan melarikan diri dari sebuah rumah. Pria itu adalah salah satu pejabat korup yang bekerja untuk Shogun Orochi. Pria itu menuduh Zoro merampok rumahnya.
Zoro, dengan keengganan alami untuk membenarkan dirinya, hanya mengangkat bahu. "Aku tidak peduli. Aku hanya butuh sake."
Tiba-tiba, seorang perwira tinggi muncul. Basil Hawkins, salah satu Supernova yang kini bekerja di bawah Kaido, melihat kejadian itu.
"Buronan dengan Bounty 320 Juta Beli," ujar Hawkins, melihat kartu ramalannya. "Kau adalah ancaman. Kau harus ditangkap."
Zoro telah berhasil menjadi umpan, bahkan tanpa mencoba.
Di atas atap, Zoro, saat menghadapi Hawkins, tiba-tiba merasakan firasat aneh.
Aku harus pergi dari sini. Pertarungan ini akan terlalu panjang dan merusak rencana Law.
Ini bukan lagi dorongan halus dari Haki Penulis Kai, melainkan naluri yang tertanam kuat di benaknya.
Pengalaman di Dressrosa dan keyakinan pada Law (yang merupakan hasil manipulasi Kai) telah membuat Zoro secara naluriah menghindari jebakan plot.
[ANCHOR PLOT RESIDUAL]
*Efek permanen dari keyakinan pada aliansi membuat naluri Zoro yang biasanya mengarahkannya pada bahaya menjadi terbalik, mengarahkannya pada pelarian yang strategis.
Zoro, alih-alih melawan, melancarkan tebasan besar ke atap dan menghilang ke dalam kekacauan. Hawkins hanya bisa menghela napas.
Meskipun lolos, kehadiran Zoro telah dicatat. Pemberitaan menyebar ke seluruh ibukota "Pendekar Pedang Bajak Laut Topi Jerami telah masuk ke Wano!"
Zoro, meskipun tersesat, telah berhasil mengalihkan perhatian Kaido dan Orochi, membuat Law memiliki ruang gerak yang cukup untuk memulai infiltrasi rahasianya.
Zoro telah menimbulkan kekacauan yang disengaja dan berhasil melarikan diri.
Reaksi Law terhadap kekacauan yang diciptakan Zoro.
Momen lucu Zoro di Wano yang tersesat dan bertemu sekutu rahasia secara tidak sengaja.
nikmati sejenak kekacauan yang diciptakan oleh indra navigasi Zoro yang unik, yang ironisnya, selalu mengarahkannya tepat ke tempat yang paling dibutuhkan oleh alur cerita.
Tersesat Menemukan Sekutu
Setelah melarikan diri dari Basil Hawkins, Zoro berlari tanpa arah dan tujuan. Dia tidak ingat jalan mana yang ia ambil, tetapi nalurinya yang keliru meyakinkannya bahwa ia sedang menuju 'Kedai Soba Rahasia' yang pasti menyajikan sake kelas atas.
Beberapa jam kemudian, alih-alih menemukan ibukota yang ramai, Zoro berakhir di hutan bambu lebat, di samping kuil tua yang hampir runtuh.
"Sialan," gerutu Zoro, melihat sekeliling. "Seharusnya lurus terus, kan? Kenapa aku malah menemukan kuil yang berlumut?"
Tiba-tiba, dari balik kuil, muncul seorang pria kurus dengan topi jerami lebar dan membawa beberapa tandan pisang seorang kurir yang terlihat gugup.
"Siapa kau?! Kenapa kau di sini?!" bisik pria itu panik. "Ini adalah tempat pertemuan rahasia!"
"Aku... aku tersesat," jawab Zoro. "Aku mencari sake yang enak. Apakah kau punya sake di kuil ini?"
Pria itu memucat. "Sake? Kau pikir ini kedai minuman? Kau pasti mata-mata Shogun! Aku harus..."
Pria itu mencoba melarikan diri, tetapi karena terlalu panik, ia tersandung dan menjatuhkan tandan pisangnya.
Zoro menghela napas, merasa bersalah. Dia membungkuk untuk mengambil pisang itu. Saat dia mengangkat kepalanya, dia melihat pria itu memegang tongkat, bersiap menyerang, tetapi pandangan pria itu tertuju pada pedang Zoro, Shusui.
"T-Tunggu sebentar!" bisik pria itu, mendekat. "Pedang itu... Apakah kau pendekar pedang yang baru saja membuat kekacauan di Ibukota? Roronoa Zoro dari Bajak Laut Topi Jerami?"
"Mungkin," jawab Zoro santai.
Pria itu, yang ternyata adalah mata-mata kunci dari pasukan pemberontak, tiba-tiba bersujud.
"Tolong maafkan saya! Saya adalah Tokoemon, salah satu utusan rahasia di bawah komando Yasuie! Kami mencari siapa pun dari pihak Kin'emon-sama!"
Seru pria itu. "Kau datang tepat waktu! Aku punya informasi penting tentang markas Kaido! Tapi aku tidak tahu bagaimana harus mengirimkannya!"
Zoro menguap. "Informasi? Berikan saja padaku. Aku akan menyimpannya sampai aku menemukan Kin'emon."
Tokoemon, dengan mata bersinar penuh harapan, menyerahkan gulungan peta kecil kepada Zoro, percaya bahwa kedatangan Zoro yang ajaib ke kuil terpencil itu adalah sebuah kehendak takdir.
Di kejauhan, Trafalgar Law merasakan adanya pergeseran halus dalam plot.
Law "Zoro-ya pasti sudah bertemu sekutu. Aku yakin dia tidak tahu di mana dia berada, tetapi entah bagaimana dia selalu berhasil mendarat di atas kepala sekutu yang paling penting."
Law menggelengkan kepala. Bahkan tanpa Kai di dekatnya, momentum naratifnya sendiri sudah menjadi kekuatan yang tak terhentikan.
Kekuatan 'Anchor Plot' si Penulis telah mengunci pergerakan kami ke jalur yang benar.
Zoro, yang kini memegang peta rahasia terpenting pemberontakan, menyarungkan pedangnya dan mengantongi gulungan itu.
"Oke, sekarang aku punya peta," kata Zoro pada dirinya sendiri. "Aku yakin ini akan membantuku menemukan kedai sake."
Zoro kemudian berjalan keluar dari kuil.
Dalam lima menit, dia sudah berjalan ke arah yang berlawanan dari Kin'emon, membawa rahasia pemberontakan langsung ke daerah paling berbahaya di Wano.
Zoro telah berhasil menjalankan misi infiltrasinya secara tidak sengaja, mengamankan informasi penting.
Reaksi Law saat Zoro tiba-tiba muncul dengan membawa peta rahasia (dan menjelaskan secara canggung bagaimana dia mendapatkannya).
Petualangan Luffy di Whole Cake Island yang kini sudah harus dimulai.
Ke Trafalgar Law di persembunyiannya, di mana ia harus menerima kenyataan bahwa chaos adalah strategi yang tak terhindarkan bagi aliansinya.
Kesuksesan yang Membingungkan
Di sebuah ruangan bawah tanah yang disamarkan sebagai gudang tua di daerah pedesaan Wano, Law duduk bersama Kin'emon, mengulas peta dan merencanakan langkah selanjutnya.
Law terlihat tegang; berita tentang perkelahian Zoro di Ibukota Bunga telah sampai padanya.
"Zoro-ya melanggar semua aturan penyusupan!" Law mendesis. "Dia harusnya mengalihkan perhatian, bukan memicu perang terbuka di hari pertama! Sekarang Kaido dan Orochi akan meningkatkan pengawasan!"
Kin'emon mengangguk cemas. "Benar. Aku tidak tahu di mana pendekar pedang itu sekarang. Semoga dia tidak... tersesat ke markas Shogun."
Saat itulah pintu kayu di ruangan itu terbuka dengan sedikit suara gesekan. Zoro masuk, tampak bingung.
"Oh, ini dia kalian," kata Zoro datar, melihat Law dan Kin'emon. "Aku yakin lurus terus dari kuil, tapi entah kenapa aku malah kembali ke sini.
Law menutup mata sejenak, menahan napas dalam-dalam. "Kau tersesat kembali ke markas rahasia kami, Zoro-ya?"
"Mungkin," jawab Zoro. "Ngomong-ngomong, ini."
Zoro mengeluarkan gulungan peta kecil yang diserahkan Tokoemon dan melemparkannya ke meja.
Law menatap gulungan itu. "Apa ini?"
"Seorang pria memberikannya padaku. Dia bilang itu peta rahasia atau semacamnya," jelas Zoro, sambil menguap.
"Aku bilang padanya aku mencari sake, tapi dia terus bersujud dan memintaku untuk mengambil ini.
Dia bilang aku pahlawan."
Kin'emon tersentak. Dia segera meraih gulungan itu dan membukanya.
Ekspresi wajahnya berubah menjadi takjub.
"Ini! Ini adalah Peta Jaringan Komunikasi Rahasia yang dibuat oleh Yasuie-sama! Ini menunjukkan semua jalur yang aman dan nama-nama bangsawan yang masih setia!" seru Kin'emon, matanya berkaca-kaca. "Ini adalah informasi paling penting yang kita butuhkan untuk memulai pemberontakan!"
Kin'emon bersujud di depan Zoro. "Zoro-san! Kau adalah berkah! Kau menyelamatkan rencana kita!"
Law menatap Zoro, lalu peta, lalu Kin'emon yang bersujud. Law tidak bisa memprosesnya.
Dia tersesat 90 derajat. Dia bertarung dengan Hawkins. Dia dituduh merampok. Dia bertemu sekutu paling penting di kuil terpencil yang bahkan Kin'emon tidak tahu lokasinya.
Law merasakan sakit kepala yang menusuk. Dia telah menghabiskan berjam-jam merencanakan bagaimana cara mendapatkan informasi rahasia ini, dan Zoro mendapatkannya hanya karena dia mencari sake.
Apakah ini yang dimaksud Kai dengan Anchor Plot? Law berpikir. Apakah alur cerita Bajak Laut Topi Jerami begitu kuat sehingga bahkan kekacauan terbesar pun akan menghasilkan hasil yang strategis?
Law menyadari bahwa dia tidak lagi bertararung melawan Kaido; dia bertarung melawan Takdir.
"Zoro-ya," kata Law, suaranya mengandung campuran rasa hormat dan frustrasi yang mendalam. "Lain kali, jangan pernah memberitahuku detail tentang bagaimana kau mendapatkan informasi penting."
"Baik," jawab Zoro. "Jadi, di mana sake-nya?"
Law menghela napas panjang dan menunjuk ke sudut ruangan.
"Ambil saja botol air. Kita harus segera mempelajari peta ini. Alur cerita bergerak terlalu cepat."
Dengan peta rahasia di tangan, Law kini memiliki dasar yang kuat untuk memulai Operasi Infiltrasi di Wano, semua berkat keberuntungan konyol yang dipicu oleh naluri navigasi terburuk di New World.
Law dan Zoro kini memiliki peta Wano dan bersiap untuk mengaktifkan sekutu Kozuki. Sementara itu, Luffy dan Kai sedang berlayar menuju wilayah Big Mom.
