WebNovels

Chapter 138 - BAB 139: PANDUAN TAKTIS

Rahasia antara Kai dan Trafalgar Law, di mana Law akhirnya menghadapi Kai mengenai intervensi plot yang terus-menerus terjadi.

Kebenaran Sang Penulis

​Law telah mengirim Zoro dan Kin'emon lebih dulu menuju pintu masuk pabrik SMILE, sementara ia berpura-pura mengamati pergerakan Angkatan Laut. Di sebuah gang gelap yang sempit di bawah jembatan layang Dressrosa, Law berhenti.

​Dia tidak perlu memanggil, karena dia tahu "Penulis" itu sedang menunggu.

​"Keluar, Kai," ujar Law datar. "Aku tahu kau ada di dekat sini."

​Kai melangkah keluar dari bayangan, wajahnya serius. "Kita harus bicara. Aliansi ini tidak akan berhasil jika kau terus meragukan setiap tindakanku."

Pertanyaan Taktis

​Law memutar pedang besarnya, Kikoku, di tangannya, menatap Kai dengan tatapan menusuk.

​"Pertama, jelaskan. Bagaimana kau membuat kapal kami terlihat seperti gundukan karang busuk? Bagaimana kau membuat Gladius tumbang secepat itu? Dan bagaimana kau tahu persis di mana tubuh bagian samurai itu berada?" desak Law.

​"Itu adalah Haki Penulis," jawab Kai, jujur. "Aku tidak bisa bertarung seperti Kaptenmu, dan aku tidak bisa menyembuhkan seperti Chopper. Peranku adalah memastikan alur cerita bergerak menuju kemenangan aliansi."

​"Kau gila," bisik Law. "Kau bicara seolah-olah semua ini adalah cerita yang sudah tertulis."

​"Ya, Law. Bagiku, memang begitu," balas Kai. "Dan dalam cerita itu, kau adalah kunci untuk menjatuhkan Doflamingo. Tapi kau rentan terhadap kejutan, dan aku harus menghilangkannya."

Informasi Krusial

​Kai tahu Law tidak butuh kepercayaan; dia butuh informasi taktis yang hanya bisa diketahui oleh seseorang yang melihat masa depan.

​"Dengarkan baik-baik, Law. Ini adalah informasi krusial yang tidak bisa kau prediksi," kata Kai. "Rencanakan untuk menghadapi dua hal: Doflamingo memiliki klon yang terbuat dari benang yang akan memperlambat mu. Dan yang terpenting: Jangan biarkan dirimu sendiri sendirian melawan Laksamana Angkatan Laut, Fujitora, di Istana."

​Law tersentak mendengar nama Doflamingo dan Laksamana secara bersamaan.

​"Klon? Laksamana? Kau mau aku menghadapi Angkatan Laut saat aku berhadapan dengan Shichibukai?" Law mulai terdengar marah.

​"Itulah plot di Dressrosa," tegas Kai. "Kau tidak bisa mengalahkannya. Kau harus menggunakan kerumunan untuk melarikan diri dari Fujitora dan bertemu dengan Kaptenmu di jembatan. Itu adalah satu-satunya jalan keluar."

​ Titik Temu di Atas

​Kai melangkah mendekat, matanya meyakinkan. "Dan satu lagi. Aliansi ini akan berakhir, Law. Begitu kita menjatuhkan Doflamingo, kau akan berpisah. Tapi sebelum itu, pastikan kau membawa Caesar Clown bersamamu dan bertemu dengan Kapten Topi Jerami di puncak Istana."

​Law memejamkan mata, memproses informasi gila ini. Rencana Kai melanggar semua prinsip kehati-hatian, tetapi informasi tentang klon Doflamingo dan Laksamana terasa terlalu spesifik untuk diabaikan.

​"Baiklah, Penulis," kata Law, menghela napas panjang. "Aku akan mengikuti alur yang kau berikan ini. Tapi jika kita semua mati konyol karena 'alur' yang kau tulis, aku akan memastikan pedangku mengenai jantungmu sebelum jantungku berhenti."

​"Itu adalah risiko yang harus diambil oleh seorang Partner," jawab Kai, tersenyum kecil. "Sekarang pergilah. Zoro dan Kin'emon membutuhkanmu untuk membuka jalan ke pabrik."

​Law mengangguk, melompat ke atas atap, dan melanjutkan misinya dengan strategi yang sepenuhnya baru, diatur oleh Dewa Penulis.

​Kini, Law telah mendapatkan instruksi yang jelas. Monkey D. Luffy di tengah hiruk pikuk Koloseum Corrida, di mana ia tidak hanya bertarung, tetapi juga menghadapi masa lalu yang krusial bagi alur cerita.

Kembalinya Sang Legenda

​Luffy, menyamar sebagai "Lucy" dengan janggut palsu dan helm besi, telah memasuki babak penentuan di Koloseum Corrida. Tujuannya bukan untuk menang, melainkan untuk merebut Buah Iblis mendiang saudaranya, Mera Mera no Mi, yang dijadikan hadiah oleh Doflamingo.

​Luffy bertarung dengan semangat yang tinggi, mengalahkan para gladiator tangguh lainnya dengan tinju karetnya yang tak terduga.

​Pertarungan dan Kenangan

​Di tengah babak final, Luffy memandang Buah Iblis Mera Mera no Mi yang dipajang di atas arena. Kenangan akan saudaranya, Ace, memenuhi benaknya, memberinya motivasi yang membara.

​"Aku akan memenangkan mu, Ace! Aku janji!" seru Luffy dalam hati.

​Di sekelilingnya, petarung-petarung tangguh berjatuhan.

Luffy menggunakan kombinasi Gear Second dan Haki untuk melumpuhkan lawan-lawannya, namun ia tahu ada satu lawan yang belum ia hadapi.

​Tiba-tiba, saat hanya tersisa tiga petarung di arena, seorang petarung yang mengenakan topeng pelindung dan jubah hitam melompat tinggi. Dia adalah petarung yang paling misterius dan kuat di babak final.

​Petarung itu mendarat tepat di depan Luffy, aura kekuatannya terasa familiar.

​"Lucy," ujar petarung bertopeng itu, suaranya teredam, tetapi membawa beban masa lalu. "Kau tidak bisa mengambil buah ini. Biarkan aku yang mengambilnya."

​"Hah? Siapa kau?" tanya Luffy, merasa aneh dengan suara itu.

​Petarung itu kemudian mengangkat tangannya dan secara dramatis melepas topeng pelindungnya.

​Di bawah topeng itu, terlihat wajah yang familiar, dengan bekas luka di mata. Itu adalah Sabo, Chief of Staff Pasukan Revolusioner, dan saudara angkat Luffy yang seharusnya sudah meninggal.

​Plot Twist yang Tidak Boleh Dirubah

​Luffy terdiam. Matanya membulat sempurna, ia tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Reuni yang emosional itu membuat arena menjadi hening, meskipun penonton bingung mengapa "Lucy" tiba-tiba membeku.

​"S-Sabo...?" bisik Luffy, suaranya tercekat. Air mata mulai menggenang di matanya.

​Sabo tersenyum hangat, air matanya juga terlihat. "Sudah lama, Luffy. Jangan khawatir. Aku di sini untuk kita."

​Momen emosional ini adalah plot twist yang paling sensitif. Kai, si 'Dewa Penulis', tahu bahwa ia tidak boleh mengganggu emosi ini, tetapi ia harus memastikan alur yang tepat terjadi: Sabo harus memakan Buah Iblis Mera Mera no Mi.

Pendorong Takdir

​Kai, yang saat ini berada di atap di dekat Koloseum, memfokuskan Haki Penulis-nya pada Luffy.

​[HAKI PENULIS: AKTIF]

​Tujuan: Tuliskan 'rasa damai yang mendalam' pada Luffy, yang meyakinkannya bahwa Sabo adalah orang yang tepat untuk Buah Iblis Ace. Tuliskan 'rasa urgensi' yang membuat Sabo harus segera bertindak.

​Di dalam arena, Luffy, setelah menangis sebentar, tiba-tiba merasakan ketenangan. Dia tahu bahwa Ace akan senang melihat Sabo mendapatkan kekuatan itu.

​"Ambillah, Sabo," kata Luffy, tersenyum lebar sambil menyeka air matanya. "Buah Iblis Ace akan aman bersamamu!"

​Sabo mengangguk, terharu dengan restu Luffy. Dengan urgensi yang tiba-tiba muncul, Sabo segera mengambil Buah Iblis itu dan memakannya.

​FSSHHH!

​Api meletus di tubuh Sabo, dan ia menjadi pengguna Buah Iblis Mera Mera no Mi yang baru.

​Dengan kekuatan api yang baru didapat, Sabo dengan mudah menghabisi petarung terakhir yang tersisa dan memenangkan babak final.

​Luffy melompat memeluk Sabo. "Selamat datang kembali, Sabo! Dan selamat datang, Buah Iblis Ace!"

​Kai, dari atap, tersenyum puas. Reuni sukses, Buah Iblis aman, dan Luffy siap untuk fase kedua.

​Kini, Luffy telah mendapatkan penutup emosional, dan ia siap untuk meninggalkan Koloseum menuju alur yang lebih besar: menghancurkan pabrik SMILE bersama Law.

​Momen krusial di Koloseum telah selesai. Luffy dan Sabo berpisah untuk melanjutkan misi masing-masing, atau kita kembali ke Law dan Zoro yang menyerbu pabrik SMILE?

Monkey D. Luffy setelah reuni emosionalnya di Koloseum dan bagaimana ia segera dialihkan kembali ke misi utama Aliansi, didorong oleh kebutuhan plot.

​Setelah memenangkan babak final, Luffy dan Sabo berbagi momen perpisahan singkat di ruang bawah tanah Koloseum, jauh dari mata publik.

​"Aku senang kau kembali, Sabo! Aku akan memberitahu yang lain nanti!" seru Luffy, matanya masih berbinar bahagia.

​"Aku juga, Luffy. Tapi tugas kita belum selesai," jawab Sabo, aura apinya berkedip-kedip. "Aku punya misi Pasukan Revolusioner, dan kau punya misi Aliansimu."

​Luffy mengangguk. "Ya! Aku harus membantu Law menghancurkan pabrik SMILE Doflamingo!"

Benar

​Luffy bersiap untuk meninggalkan Koloseum. Namun, ia menyadari masalah: Koloseum adalah labirin yang membingungkan, dan ada ratusan tentara Doflamingo di luar yang menunggunya.

​"Sabo, kita harus lari! Tapi ke mana arah pabrik itu?" tanya Luffy, menggaruk kepala.

​Sabo tidak tahu arah pabrik. Tiba-tiba, Luffy merasakan tarikan yang kuat dan aneh di tangannya, seolah ada tali karet tak terlihat yang menariknya ke satu arah.

​[SISTEM]: [Peringatan: Plot Instability] Luffy harus mengikuti jalur yang benar untuk bertemu Law di pabrik. Segera! [GLITCH]

​Luffy, yang sudah terbiasa dengan fenomena aneh yang terjadi sejak Kai bergabung, mengikuti tarikan itu tanpa ragu.

​"Ikuti aku, Sabo! Aku tahu jalannya!" seru Luffy, berlari kencang menuju terowongan bawah tanah yang benar.

​Kai, yang sedang mengawasi dari kejauhan, telah menggunakan Haki Penulis untuk memastikan Luffy tidak tersesat ke arah yang salah (yang seharusnya ia lakukan).

​[HAKI PENULIS: AKTIF]

​Tujuan: Ciptakan 'tarikan elastis' pada lengan Luffy, mengarahkannya ke terowongan tercepat menuju lokasi pabrik SMILE di bawah tanah. Hapus 'penghalang minor' di jalur itu.

​Dengan jalur yang diatur oleh Kai, Luffy dan Sabo meluncur dengan cepat melalui terowongan yang anehnya kosong dari pengawal Doflamingo.

​Sabo, yang melihat kecepatan dan jalur yang tidak masuk akal itu, menyeringai. "Kau masih penuh kejutan, Luffy. Kau bahkan bisa menemukan jalan keluar paling rahasia!"

​Luffy tertawa. "Shishishi! Ini bukan aku! Ini naluri partner-ku!"

​ Beraksi Bersama Law

​Peluncuran cepat itu membawa Luffy dan Sabo langsung ke pintu masuk bawah tanah menuju pabrik SMILE. Di sana, mereka menemukan Law dan Zoro yang sedang berdebat sengit dengan perwira Doflamingo lainnya.

​Law dan Zoro terkejut melihat Luffy dan Sabo tiba bersamaan.

​"Kapten Topy Hitam?! Kau menyelesaikan urusan Koloseum secepat ini?!" seru Law.

​"Shishishi! Tentu saja! Aku dan Sabo sudah punya rencana! Kita akan menghancurkan pabrik ini!" jawab Luffy, tanpa memberikan kesempatan pada Law untuk mempertanyakan reuninya.

​Dengan kedatangan Luffy yang tepat waktu, aliansi kembali bersatu, siap untuk melancarkan serangan akhir. Misi Koloseum selesai, dan misi utama pabrik SMILE siap dimulai.

​Kini, Luffy telah bergabung kembali dengan Law dan Zoro di pintu masuk pabrik.

​Di dalam gua tersembunyi di kaki Pegunungan Dressrosa, Tim Pengamanan Senjata bersiaga. Usopp dengan gembira membersihkan laras Meriam Kuno, sementara Sanji menyiapkan makanan ringan dan Nami sibuk membaca koran untuk mencari informasi tentang pergerakan Angkatan Laut.

​Caesar Clown, di dalam kandangnya, terus berteriak. "Lepaskan aku, dasar bajak laut bodoh! Doflamingo akan menemukan dan membunuh kalian semua!"

​"Diam, gas busuk," gumam Sanji, menendang jeruji kandang Caesar.

​Tiba-tiba, mata tajam Usopp terfokus ke laut lepas.

​"PERHATIAN! KAPAL PENYERANG MENDATANG!" teriak Usopp.

"Mereka bukan Angkatan Laut! Mereka adalah kapal perang Bajak Laut Donquixote! Mereka menuju ke sini!"

​Nami segera mengambil teleskopnya. "Mereka menemukan kita!

Mereka tidak menuju ke Sunny, mereka menuju gua ini! Mereka pasti mendeteksi tanda-tanda kehidupan di sini!"

​Kapal perang itu bergerak cepat, dipimpin oleh Dellinger, salah satu eksekutif Doflamingo yang terkenal brutal. Mereka datang untuk mengambil sandera.

​Memanfaatkan Intervensi Kai

​"Ini dia Meriamnya!" seru Usopp. "Tapi bagaimana cara mengisinya? Peluru apa yang harus digunakan?"

​Meriam Kuno itu tampak terlalu besar dan terlalu kuno untuk peluru biasa. Usopp panik.

​"Jangan panik, Usopp!" Nami berteriak. "Ingat apa yang dikatakan Kai! Dia bilang senjata ini adalah Kunci Pertahanan!"

​Nami, secara naluriah (berkat Haki Penulis Kai), ingat sebuah detail kecil. Dia menunjuk ke kantong bubuk yang tersembunyi di dekat dasar Meriam.

​"Bubuk ini! Itu pasti yang digunakan untuk Meriam ini!"

​[HAKI PENULIS: PANDUAN TAKTIS]

​Efek dari intervensi Kai sebelumnya adalah menanamkan 'Pengetahuan Kuno' tentang cara kerja Meriam ini ke dalam pikiran Nami dan Usopp.

​Usopp segera mengisi Meriam dengan bubuk itu, dan Sanji memanaskan sumbu dengan api kakinya.

​"Usopp! Bidik kapten kapal mereka!" perintah Sanji.

​"Aku bidik! MATA-MATA MERIAM KUNO!" seru Usopp, mengunci target.

​DHUAARRR!

​Meriam Kuno itu melepaskan tembakan besar, pelurunya adalah bola besi raksasa yang bergerak dengan kecepatan luar biasa. Tembakan itu menghantam tepat di lambung kapal perang Bajak Laut Donquixote, menembusnya dengan mudah. Kapal itu mulai tenggelam.

​Dellinger, yang berhasil melompat dari kapal sebelum tenggelam, menatap ke arah gua dengan mata penuh amarah. "Sialan! Mereka punya senjata kuno!"

​Meskipun serangan pertama berhasil, Dellinger masih berbahaya.

​"Aku akan mengurus si ikan aneh itu!" seru Sanji, siap melompat keluar.

​Tiba-tiba, Kin'emon, yang masih terheran-heran dengan kekuatan Meriam, menerima panggilan Den Den Mushi darurat. Suaranya adalah suara Nami di atas Sunny yang menyamar (Intervensi plot dari Kai agar Sanji meninggalkan Dressrosa).

​"KIN'EMON-SAMA! KAPAL LAIN SEDANG MENYERANG SUNNY DI TELUK TERSEMBUNYI! KAU HARUS SEGERA PERGI DENGAN SANJI! BAWA CAESAR!"

​Kai tahu, alur Sanji meninggalkan Dressrosa adalah plot penting yang harus ia penuhi untuk alur Whole Cake Island nanti.

​"Sanji! Kita harus pergi! Kapal diserang! Kita tidak bisa kehilangan sandera ini!" seru Kin'emon, bergegas membuka kandang Caesar.

​Sanji, antara ingin melawan Dellinger dan menyelamatkan kapal serta Nami (yang ia yakini sedang dalam bahaya), memilih yang kedua.

​"Sial! Nami-swan!" seru Sanji. "Kalian yang tersisa, lindungi Meriam dan tunggu instruksi dari Penulis! Aku akan pergi!"

​Sanji, Kin'emon, dan Caesar yang diikat, segera melarikan diri dari gua, meninggalkan Dellinger yang bingung.

​Nami, Usopp, Chopper, dan Robin tetap di gua, mengamankan Meriam. Mereka telah berhasil mempertahankan diri dan senjata, dan yang terpenting, mereka berhasil memicu plot twist Sanji meninggalkan Dressrosa yang sangat penting.

​Kai, yang memantau dari kejauhan, tersenyum kecil. Sempurna. Tim Pertahanan aman, dan Sanji sudah berada di jalur yang benar untuk petualangan selanjutnya.

​Kini, Tim Pengamanan Senjata (tanpa Sanji, yang mengejar kapal) telah berhasil dan mengamankan Meriam. Mereka siap untuk intervensi di babak akhir pertempuran.

Tim Pengamanan Senjata ini saat mereka mendukung Luffy.

More Chapters