Di tengah gelapnya malam yang kejam, terdapat seorang pria muda sedang berlari terbirit-birit menghindari ajal yang akan menjemputnya. Setiap langkahnya di penuhi ketakutan yang tak kunjung reda. Setiap napas yang ia hirup terasa sangat berat hingga membuatnya tersengal-sengal.
Ratusan orang mengejarnya dengan penuh rasa haus darah. Mereka membawa tombak panjang, pedang, obor yang sudah siap untuk menghabisi nyawanya.
Pria itu melihat gubuk kecil yang sudah runtuh, hanya di penuhi oleh tumpukan reruntuhannya. Dengan tekad yang kuat ia mencoba untuk menyembunyikan dirinya di balik reruntuhan matrial yang sudah usang. Ia beberapa kali berharap agar tidak ada orang yang menemukannya.
"Kumohon jangan temukan aku... Jangan temukan aku..." Ucapnya berulang kali bagaikan mantra yang akan bisa menyelamatkannya.
Suara setiap hentakan kaki mulai terdengar dari segala arah, membuat wajah pria muda itu bertambah pucat, ia hanya memeluk lututnya berharap bisa selamat dari kepungan mereka.
"Dimana dia! Ayo cari lalu bakar!"
Setiap orang mencari pria muda itu di setiap sudut hutan yang gelap. Mereka tidak melewatkan setiap tempat hanya untuk menemukan pria muda itu.
Beruntungnya dia karena tidak ada perhatian warga yang mengarah ke reruntuhan gubuk yang lembab. Namun naasnya ada salah satu pria tua yang menyadari ada sedikit celah yang terbuka dari reruntuhan itu.
Pria tua itu semakin curiga karena seharusnya reruntuhan itu tidak meninggalkan celah sedikitpun.
"Semuanya!!!" Teriaknya, "coba bongkar reruntuhan ini!"
Semua orang menoleh kearah pria tua itu dengan penuh penasaran.
"Ada apa pak?" Tanya pria muda yang memegang tombak panjang di tangannya.
"Lihat reruntuhan gubuk itu. Bukankah itu terlalu mencurigakan?" Ucap pria tua itu meyakinkan semua orang agar membongkar setiap reruntuhan gubuk di depannya.
"Kau ada benarnya juga pak tua," timbal seorang pria gagah bertubuh besar. "Semuanya ayo bongkar reruntuhan ini! Tikus biadab itu pasti bersembunyi di dalamnya!"
Setelah mendengar suara lantang dari pria itu, semua orang segera yakin dan bersiap untuk segera membongkar reruntuhan tersebut.
Pria muda yang tengah bersembunyi sembari memejamkan mata itu panik. Tak menyangka mereka akan mencurigai reruntuhan yang menjadi tempat sembunyinya.
"A...apa aku akan mati... Hari ini..." Bisiknya lirih, seolah sudah pasrah dengan takdir yang sudah di tentukan pada dirinya
"Jika saja aku punya kekuatan... Balas dendamku akan menjadi mimpi buruk kalian."
Saat itu juga seorang pria besar yang memegang sebilah pedang menyingkirkan kayu tempat di mana pria muda itu bersembunyi.
Seketika matanya terbelalak, jantungnya berdegup sangat kencang, keringat dingin mulai menetes di seluruh tubuhnya.
Saat pria besar itu menemukan si pria muda. Ia tersenyum sini sebelum berteriak untuk memberitahu semua orang. "Semuanya! Aku telah menemukan anak terkutuk ini!"
"Kemana dia, ayo kuliti dia hidup-hidup."
"Habisi dia! Habisi dia! Habisi dia!" Seru semua orang secara serempak.
Pria muda itu sudah tidak bisa berkata-kata lagi saat ujung pedang yang tajam tepat berada di depan lehernya.
"Kurasa tidak menyenangkan jika kita langsung membunuhnya. Kita siksa dulu!"
"Ya! Siksa dia!"
pria berbadan besar itu berjalan mendekat, satu tangannya hendak menyeret kaki pria muda yang sudah tak berdaya—tiba-tiba pancaran cahaya yang membutakan setiap mata memandang terpancar menyelimuti tubuh pria muda tersebut. Semua orang reflek menggunakan lengan tangannya sebagai perisai pelindung dari silakan cahaya yang menyakitkan.
Saat pancaran cahaya mulai meredup, keberadaan pria muda itu sudah menghilang dari tempat ia berada sebelumnya. Semua orang yang berdiri disana tidak menyangka saat buruannya tiba-tiba menghilang.
"Kemana dia! Cari Dia lagi!" Seru pria bertubuh besar itu penuh amarah. Ia kemudian mengacak-acak seluruh reruntuhan itu hanya untuk meredam emosinya.
Semua orang dengan wajah bingung dan panik mulai berpencar kesegala arah. Bahkan meski mereka sudah menelusuri hutan demi bagian hutan—hasil mereka nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaanya sama sekali.
---
Di bagian dataran yang gersang dan dingin pada malam itu, tidak ada tanda kehidupan sama sekali. tengah-tengah kesunyian itu Hanya ada desiran lantunan angin malam yang menusuk sebagaimana es runcing di atas Gletser.
Namun keindahan lantunan angin malam itu harus terpecah sesaat pancaran cahaya muncul di tengah-tengah lubang yang dalam. Pancarannya bagaikan meteor yang jatuh dari angkasa menyentuh permukaan tanah dengan keras.
Di balik serpihan debu dan partikel batu kecil, sesosok pria muda berambut perak bagaikan permukaan bulan terbaring tenang. Sementara pupil mata emasnya yang hampir tertutup sepenuhnya oleh kelopak mata memancarkan cahaya keemasan yang membuat dirinya spesial.
Tangan kecilnya perlahan bergerak beberapa kali. Sementara matanya yang hampir terpejam terbuka dengan cepat. Meski beberapa bagian tubuhnya merasakan rasa sakit ia berusaha untuk bangkit.
"Uhuk! Uhuk!"
Ia kemudian sadar. Tidak menyangka bahwa dirinya yang di fitnah menjadi penjahat selamat dari kejaran para warga dan kesatria.
"Sialan... Apa benar aku selamat..." Ucapnya lirih. Ia menyeka debu yang menempel di pipinya menggunakan lengannya. Kemudian pemuda itu berdiri dengan perasaan campur aduk, antara gelisah, takut, benci, dan rasa marah yang mulai menguasai dirinya.
Pemuda itu melangkahkan kaki beberapa meter. Dirinya mencoba memahami dengan kejadian yang tiba-tiba menimpanya.
"Dimana aku? Apa ini semacam lelucon yang menimpaku?" Tanyanya berharap ada yang menjawab, "Dasar Bedebah! Orang-orang bodoh itu berani sekali mencoba menghabisiku!" Sergahnya dengan raut wajah yang kesal. Ia masih terbayang akan masalalu kelam yang menimpanya.
Sedikit Flashback:
di sebuah wilayah yang makmur dan damai. Hiduplah sepasang suami istri yang menjadi bangsawan di wilayah tersebut. Mereka dikenal sangat dermawan dan tegas dalam memimpin.
Semua rakyatnya sangat mendukung penuh mereka, bahkan mereka bersumpah untuk berkorban demi mempertahankan wilayah tersebut.
Suatu saat mereka berdua dikaruniai seorang anak laki-laki yang sehat. Namun mereka terkejut saat mendapati rambut putra mereka berwarna perak.
Didunia ini tidak pernah ada seseorang yang memiliki rambut perak. Pasangan tersebut mulai teringat tentang anak terkutuk yang akan lahir di 'suatu hati nanti'.
Kemudian pasangan tersebut akan menyembunyikan putra mereka karena akan di anggap aib dan kutukan bagi keluarga. Waktu demi waktu berlalu, pasutri itu tidak pernah memberikan kasih sayang maupun perhatian kepada putra mereka.
Sedari kecil anak itu di urus oleh seorang wanita yang bekerja sebagai pelayan di keluarga tersebut. Setiap kasih sayang dan senyuman hangatnya membuat anak laki-laki itu terhindar dari masadepan yang kelam.
Suatu saat mereka pertama kali bertemu... Perasaan antara sang pelayan dan sang anak mulai terikat satu sama lain. Hubungan mereka selalu berkembang hingga sang pelayan menyadari anak laki-laki yang dirawatnya belum memiliki nama sama sekali.
Ia juga mengetahui tentang situasi yang terjadi pada anak yang diurusnya. Suatu hari saat mereka duduk di taman wanita itu memperlihatkan pemandangan yang sangat indah.
"Aku tidak peduli jika orang menyebutmu seorang penyihir didunia ini. Pada dasarnya hal seperti itu tidak pernah ada. Sebagai seseorang yang terlahir spesial, kau tidak beruntung saat terlahir di dunia yang kejam ini," ucap wanita itu dengan suara lembut, penuh kasih sayang,"Tetapi aku berharap kau bisa menjadi seseorang yang hebat... Celis!"
---
Pemuda itu duduk diam di dekat batu besar yang ada di belakangnya. Tubuhnya bersandar, merasakan dinginnya batu itu di malam yang kelam ini.
Matanya terlihat sayu tak kuasa menahan semua penderitaan yang selama ini selalu bersamanya.
"Bagaimana aku bisa ada disini?" Tanyanya pada diri sendiri, "mereka menganggapku penyihir.... Tapi orang-orang bodoh itu percaya dengan hal-hal seperti itu."
Ia menatap langit yang gelap dari bawah lubang raksasa yang menganga. Tidak ada siapa-siapa di sana, hanya suara desiran dari semilir angin malam yang tenang.
Dunianya kali ini adalah sebuah tempat yang jauh dari apa yang bisa di bayangkannya. Dunia ini terbentuk oleh sihir yang menjadi dasarnya. Seseorang yang berasal dari dunia yang jauh tidak akan memahaminya.
