WebNovels

Chapter 5 - The Main Character perspective

h ke perspektif Kael, ia selalu menanggapi pertanyaan dari kerumunan dengan tenang dan profesional. Tidak kaku, bahkan saat diberi pertanyaan receh, Kael menjawab dengan cara yang sama—receh, ringan, hingga membuat orang-orang di sekitarnya tertawa.

Saat seseorang bertanya dengan nada bercanda, "Apakah kamu benar-benar sang Main Character?", Kael tiba-tiba terdiam sejenak. Ia menatap kerumunan, lalu berkata dengan suara tenang:

"Oh, tidak. Meski aku berbakat, aku bukan Main Character yang sempurna tanpa cela. Aku pasti pernah berbuat salah. Karakter seperti itu hanya ada di cerita fiksi. Manusia tak pernah luput dari kesalahan; mereka yang selalu mencoba menjadi paling sempurna justru runtuh karena egonya sendiri."

Ia menutup kata-katanya dengan senyuman tipis, kemudian menambahkan sedikit motivasi. Kerumunan langsung bersorak, kagum pada kemampuan Kael berbicara dengan tenang dan meyakinkan.

Namun, di tengah sorak-sorai itu, Kael menyadari sosok yang berdiri agak terpinggir: Elior, yang tampak tersisih di antara orang-orang. Ia tahu Elior merasa sulit mendekatinya karena kerumunan yang terus mengelilinginya.

Setelah bel pulang, Kael berniat menepati janji untuk berbicara dengan Elior. Tapi sebelum itu, ia memutuskan untuk berhadapan dulu dengan pria yang tadi terlihat bersamanya. Kael merasa selalu diawasi, tapi ia cukup percaya diri—ia tahu dirinya mampu menangani situasi seperti ini. Namun kali ini, ia memutuskan untuk menghadapi semuanya secara langsung.

Saat meninggalkan sekolah, Kael mengalihkan kerumunan ke arah lain agar perjalanan pulangnya tidak terganggu. Ia sengaja meninggalkan petunjuk—melalui kata-kata dan gerakannya—tentang jalur, waktu, dan siapa yang akan menemaninya. Tindakan itu mungkin terlihat berisiko, tapi bagi Kael, ini adalah bagian dari rencana yang cerdas. Sekaligus memberi Elior sedikit perhatian tanpa membuatnya terlalu terlihat.

Di gang sepi, Kael tersenyum tipis dalam hati, membisikkan, "Aku tahu kau akan sedikit kerepotan di awal, tapi suatu hari nanti kau akan hebat."

Ia menatap sekeliling, lalu menegaskan dalam hati, "Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"

Dan entah dari mana, pria itu muncul—tiba-tiba, seperti telah menunggu di tempat yang tak terlihat sebelumnya.

More Chapters