Seorang pemuda tampan dan sempurna berjalan menapaki jalan menuju sekolah barunya setelah lulus SMP. Sebelumnya, ia telah menorehkan banyak prestasi, baik akademik maupun non-akademik, dan selalu meraihnya dengan mudah. Banyak orang yang iri padanya, sering menganggapnya sebagai "main character" yang selalu mendapatkan keistimewaan seolah dunia memberinya segalanya.
Saat ia tiba di depan gerbang sekolah, seseorang menyapanya. Orang itu tampak biasa saja, tidak ada yang istimewa. "Hei, kamu murid baru juga di sini? Sama dong, kita," ucapnya sambil tersenyum ramah.
Pemuda itu hanya mengangguk tipis dan terus melangkah menuju kelas, mengabaikan sapaan tersebut. Orang tadi merasa tersinggung dan mencoba menegurnya, namun pemuda itu tetap berjalan tanpa menoleh. Tidak ingin menyerah, orang itu mengikuti pemuda tersebut hingga di depan kelas.
Sepanjang perjalanan, ia terus berceloteh. "Hei, aku hanya mencoba bersikap ramah. Kenapa kamu mengabaikanku?" suaranya terdengar sedikit kesal.
Sesampainya di depan kelas, pemuda itu berhenti sejenak dan berkata dengan tenang, "Oh, maaf. Aku memang tidak terlalu nyaman berbicara dengan orang baru."
Mendengar itu, orang tersebut tersenyum dan menawarkan diri, "Kalau begitu, kita bisa bicara di dalam kelas. Sekarang masih sepi, kan?" Ternyata, mereka berdua berada di kelas yang sama. Akhirnya, mereka memutuskan untuk duduk bersebelahan, tepat di dekat jendela, memulai perkenalan yang mungkin akan menjadi awal persahabatan baru.