WebNovels

Chapter 7 - DICULIK

"Sierra, siapa pria itu?" tanya Karel,

Karel cukup kaget, karena baru pertama kalinya dia melihat Sierra bersama pria asing, dan cukup romantis.

"Oh, Karel.. Aku kira siapa," ujar Sierra,

"Kenalkan, dia kekasih aku," lanjut Sierra.

"Tidak mungkin, kamu bohong, 'kan," kata Karel tak percaya.

"Aku serius, dia kekasih aku, maaf baru mengenalkannya denganmu," ujar Sierra tersenyum.

"Saya Xavier Zane Alveric, pasti anda tahu siapa saya."

Zane mengulurkan tangannya.

"Apa!! Tuan Xavier, kenapa Sierra bisa mempunyai hubungan dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya," batin Karel, dia cukup khawatir dengan keselamatan Sierra.

"Karel, kenapa kamu bengong?" tanya Sierra.

Karel menarik tangan Sierra.

"Sakit Karel, ada apa kamu menarik tanganku, hah!" Sierra menarik tangannya.

"Maaf, Sierra. Tapi, kenapa bisa kamu mempunyai hubungan dengan pria itu, maksudku.. Dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya. Mustahil rasanya kalau kamu tidak tahu siapa mereka," ujar Karel tak percaya.

"Memangnya, kenapa?" tanya Sierra lagi.

"Dia cukup membahayakan, buat hidup kamu," jawab Karel.

"Tidak masuk akal," ucap Sierra,

 Sierra langsung meninggalkan Karel, lalu dia kembali ke meja yang berada Zane.

"Maaf sayang, itu temanku," ucap Sierra, dengan nada suara yang halus, sembari mengedipkan matanya memberi kode kepada Zane.

Karel hanya menatap Sierra tak percaya, karena selama ini, Sierra tak pernah bermanja dengan seorang pria.

"Anda hanya orang asing di sini, jangan menganggu kami, yang sedang bermadu kasih," ucap Zane, menatap sinis kearah Karel.

Karena Karel tidak mau berurusan dengan Zane, dia langsung meninggalkan restoran Sierra.

Sepeninggalan Karel..

"Terima kasih tuan, maaf sudah merepotkanmu, saya benar-benar berhutang budi dengan anda," ucap Sierra, tak enak.

"Jangan lupakan ucapanmu yang tadi, kalo kamu akan melakukan apapun yang saya suruh!" Zane mengingatkan Sierra lagi, dengan janjinya.

"Ya, tapi masih batas wajar, jangan meminta yang aneh-aneh" kata Sierra ketus.

Karena dia tadi panik, Sierra tidak berfikir dulu sebelum mengatakan hal itu kepada Zane.

"Saya akan kerumah kamu nanti, tapi tidak tahu kapan, saya akan menagih janji kamu," tegas Zane,

"Sekarang akan pergi dulu, selamat pagi nona."

Zane langsung meninggalkan Sierra, dengan senyuman yang penuh arti.

Sierra hanya menghembuskan napas kasar, dia selalu menepati ucapannya, tapi kali ini, perasaannya tidak enak.

"Apa yang karus aku lakukan, aku tahu bagaimana laki-laki," batin Sierra.

Sierra melamun, memikirkan nasibnya akan bagaimana kedepan. Tetapi, mau bagaimanapun dia harus melakukan apa yang Zane katakan, sesuai janjinya.

"Yaudahlah, lagian juga kalau dia minta yang aneh-aneh bisa aku tolak," ucap Sierra, menenangkan hatinya.

Sierra melanjutkan pekerjaannya, dia nge-cek satu persatu laporan keuangan yang karyawannya kerjakan.

"Semakin hari restoran ini semakin ramai, aku senang karena aku bisa mendirikan restoran ini sendiri."

Sierra bangga dengan dirinya sendiri, meskipun hidupnya sebatang kara, tidak mempunyai keluarga satupun, tapi Sierra bisa berdiri dikaki sendiri.

Saat Sierra sedang fokus mengerjakan pekerjaannya, tiba-tiba ponselnya bunyi, lalu dia melihat yang menelepon.

"Alleta!"

Sierra bergegas mengangkat telepon dari Aleta.

[Aletta, ada apa?] tanya Sierra.

[Sierra tolong aku!]

Tut, telepon tiba-tiba mati.

[Aletta, hallo.. Aletta!]

Sierra bergegas meninggalkan Resto, dia langsung menghubungi Kayla, supaya Kayla juga kerumah Sierra.

"Aletta, kamu kenapa!"

Sierra cemas dengan keadaan sahabatnya itu, pasalnya memang Aletta sedang sendiri dirumah, yang Sierra takutkan, yaitu keluarga Aletta.

Sierra membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, rasa cemasnya kepada Aletta membuat dirinya tak memikirkan keselamatannya.

"Kay, dimana Aletta?" tanya Sierra yang baru saja sampai kerumahnya.

"Sie, gua udah cari Aletta diseluruh rumah Lo, tapi gua nggak nemeuin dia!" jawab Kayla, dengan napas yang ngos-ngosan.

"Kay, menurut Lo, Aletta kemana?" tanya Sierra.

"Tunggu, bukannya ini warna kesukaan Aletta!"

Kayla melihat banyak butiran berwarna biru disepanjang jalan, Kayla mengira kalau Aletta memberikan petunjuk kepada mereka dengan membuang butiran itu disepanjang jalan, agar kedua sahabatnya gampang untuk menemukan dirinya.

"Kay, itu berarti.." ucap Sierra terpotong.

"Kita ikuti butiran berwarna biru ini, gua rasa kalau Aletta yang menabur ini," kata Kayla,

"Lo masuk kedalam mobil gua, biar kita satu mobil!" titah Kayla.

"Ayo!"

Sierra dengan Kayla terus mengikuti jejak itu, untuk menemukan Aletta.

"Kay, ini gedung tua, gedung ini sudah lama terbengkalai," kata Sierra.

"Ayo kita masuk kedalam!" ajak Kayla,

"Tapi kita harus tetap waspada, mereka pasti membuat jebakan untuk kita," sambung Kayla.

Sierra mengangguk, keduanya masuk dengan mata yang melihat kesana kemari, memastikan kalau tidak ada orang yang mengincar mereka.

"Sie, itu Aletta.. Brengsek! Mereka mau menikahkah Aletta dengan laki-laki tua itu!" geram Kayla.

"Kay, kita harus tetap hati-hati, kayaknya laki-laki itu bukan orang sembarangan, pasti di sini banyak penjaganya," kata Sierra.

"Ya pasti!"

"Aletta!"

Suara Kayla dengan Sierra membuat Aletta lega, akhirnya mereka menemukan Aletta.

"Kay, Sie.. Tolong gua, mereka memaksa gua nikah sama laki-laki tua bangka ini," teriak Aletta.

"Brengsek! Kalian masih saja menganggu hidup Aletta!" kesal Kayla.

"Kalian jangan ikut campur dengan urusan keluarga kami, kalian hanya orang asing!" sang ayah Aletta mengeluarkan suaranya.

"Kalau kau memang seorang ayah, kau tidak akan melakukan hal seperti ini. Seorang ayah harusnya menjaga dan melindungi anak perempuannya, bukan malah merusak kebahahiaannya!" geram Sierra.

Selama ini Sierra selalu diam, tapi untuk kali ini dia rela mati demi melindungi Aletta yang malang.

"Kalian siapa, kenapa kalian menganggu pernikahan kami?" tanya pria yang sudah tua itu.

"Kenapa kau memaksa seorang wanita muda ini menikah, apa kau belum mempunyai anak?"

"Dimana otakmu, memaksa sahabatku menikah!" geram Kayla.

"Saya tidak memaksa dia menikah dengan saya, keluarganya yang menjual dia dengan harga yang sangat mahal, karena katanya dia masih perawan. Lalu salah saya dimana?"

"Dan saya tidak mau ikut campur dengan urusan kalian, saya akan menikahinya. Karena uang sudah saya berikan kepada mereka!" kata pria paruh baya itu.

"Kalian memang brengsek!"

"Seharusnya yang kalian jual itu dia, anak kalian. Karena selama ini dia sudah menjalang, jadi dia tidak akan keberatan kalau dinikahkan dengan pria tua itu!" pekik Kayla.

"Jaga ucapanmu, aku tidak seperti apa yang Lo katakan!" Karina, adik tiri Aletta membela dirinya.

"Jangan fikir selama ini kami nggak tahu kelakuan Lo!" imbuh Sierra.

Karina terdiam, karena memang selama ini dia selalu menjual tubuhnya kepada pria hidung belang.

"Kalian tega, apa salahku kepada kalian. Sehingga kalian melakukan ini denganku?" tanya Aletta.

Aletta tak percaya kalau sang ayah menjual dirinya kepada pria tua itu, hanya karena 'uang' mereka rela melakukan itu.

Sierra menarik tangan Aletta, dia akan membawa sahabatnya itu pergi.

"Kalau kalian membawa dia keluar, kalian siap-siap mati didalam gedung ini!" ancamnya.

"Sie, bawa Aletta kemobil, tenangkan dia. Kalau sudah memastikan Aletta aman didalam mobil, Lo masuk kesini bantu gua!" titah Kayla.

Sierra mengangguk, dia langsung membawa Aletta kedalam mobil, Sierra memastikan keselamatan Aletta terlebih dahulu.

"Aletta, kamu diam disini. Apapun yang terjadi, kamu diam didalam, didalam mobil kamu akan aman," kata Sierra.

"Sie, kalian hati-hati," ucap Aletta.

Sierra mengangguk, dia masuk kedalam lagi untuk membantu Kayla didalam.

***

More Chapters