WebNovels

Chapter 6 - PERMAINAN AKAN DIMULAI

Breaking news

Pembunuhan berantai terjadi di hutan, 10 orang tewas, dengan luka-luka yang tidak biasa..

Akhir-akhir ini, sering terjadi pembunuhan berantai ditempat yang berbeda, tapi. Ada sayatan luka yang sama, seolah si pembunuh memberikan sebuah kode.

[Pelaku belum ditemukan]

Zane membaca berita itu, dia tidak terlalu kaget, karena dirinya seorang mafia, yang sering membunuh lawannya sendiri, tapi. Zane cukup penasaran, dalang dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini.

"Al, kira-kira, siapa dibalik semua ini?" tanya Zane, sembari menatap kearah luar.

"Saya tidak tahu, karena mereka cukup lihai dalam menyembunyikan jati dirinya," jawab Alvaro.

Alvaro sudah berusaha mencari tahu, tapi nihil, dia tidak menemukan jejak apapun.

"Mereka selalu membuat sayatan di kulit korban, dengan desain yang sama," ucap Zane.

"Dan sampai saat ini, tidak ada tahu, siapa mereka sebenarnya," jawab Alvaro.

Zane menghembuskan napas kasar, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, selagi tidak menganggu bisnis gelapnya.

"Al, apa kau sudah menemukan gadis itu?" tanya Zane.

"Sampai saat ini, saya belum menemukannya tuan, tapi tim kita sudah menyebar ke penjuru dunia," jawab Alvaro.

"Sudah 10 tahun, tapi kalian belum menemukan keturunan Watson," ujar Zane.

"Terakhir dapat info, katanya gadis itu sudah pindah kota, tapi kami belum menemukan dimana kota yang dia singgahi sekarang," sahut Alvaro.

"Jangan sampai kita terlambat, musuh keluarga Watson berada dimana-mana, pasti mereka juga mencari anak bungsu Watson," kata Zane.

"Semoga kita segera menemukan gadis itu," sahut Alvaro.

"Lalu, bagaimana dengan kakaknya, apa sudah ada kemajuan?" tanya Zane.

"Sudah, sekarang dia sedang berlatih untuk bisa berjalan," jawab Alvaro.

"Bagus, berikan dia perawatan yang baik, agar dia bisa segera sembuh," titah Zane, karena dialah orang satu-satunya yang akan mempermudah pencarian seseorang itu,

"Setelah dia sembuh, kita akan gampang mencari gadis itu," lanjut Zane.

Alvaro mengangguk, dia faham, apa yang Zane katakan.

"Maaf tuan, kalo saya menanyakan masalah pribadi anda, tapi nyonya menanyakannya dengan saya," ucap Alvaro.

"Ada apa, apa yang bunda tanyakan?" tanya Zane penasaran.

"Nyonya bertanya, siapa perempuan yang bersama anda, yang anda bawa di party kemarin," kata Alvaro.

Zane terdiam, dia sudah gegabah membawa Sierra, Zane takut, akan membuat musuhnya menganggu Sierra.

"Kalo bunda nanya lagi, katakan. Kalo perempuan itu kekasih saya," ujar Zane.

"Selama ini, anda tidak tertarik dengan perempuan, bahkan keluarga anda berusaha menjodohkan anda dengan anak teman kolega bisnisnya, tapi anda menolak mentah-mentah, tapi sekarang, anda sedang dekat dengan seorang perempuan," kata Alvaro.

"Dia.. Perempuan yang luar biasa, entah kenapa, saya tertarik dengan dia," jawab Zane, tanpa dia sadari, dia tersenyum kala mengingat Sierra.

"Apa anda sedang jatuh cinta?" goda Alvaro.

Zane hanya tertawa, umurnya sudah memasuki 38 tahun, jadi dia merasa sudah tidak enak membahas persoalan cinta.

"Saya hanya mengingatkan, keluarga anda pemilih dalam memilih calon istri untuk anda, pastikan kalo perempuan yang anda pilih, adalah perempuan yang tepat bagi keluarga Alveric," ucap Alvaro.

Zane mengangguk,

***

Sedangkan disisi lain..

"Jangan lupa, basuh percikan darah di tubuhmu," ucap Sierra.

"Ya, kita harus segera membersihkan tubuh kita," ujar Kayla.

Lalu, mereka bertiga memasuki toilet, guna akan membersihkan tubuhnya.

Setelah mereka membersihkan tubuhnya, dan mengganti bajunya, mereka duduk di sofa.

"Hidupkan televisi, pasti ada berita baru," kata Alleta.

Kayla menghidupi televisi, dan sesuai dugaan mereka, kalo ada berita baru.

"Keren juga aksi mereka," puji Kayla.

Sierra hanya menggelengkan kepala mendengar ucapan sang sahabat.

"Alleta, jadi sampai kapan kamu akan membiarkan keluargamu hidup bahagia, setelah membuang dirimu?" tanya Kayla.

"Nanti juga kalian akan tahu, tidak mau terburu-buru, kita bermain-main dulu, biarkan mereka senang dan merasa menang, nanti setelah itu baru aku akan melakukan yang seharusnya aku lakukan," jawab Alleta.

"Tapi seriusan deh, adik tirimu memang menyebalkan," sahut Sierra.

Alleta hanya tertawa kecil.

"Oh iya, tadi aku dapat kabar dari Karel, katanya kamu sudah mempunyai kekasih?" ujar Kayla, menatap tajam kearah Sierra.

"Kok kamu ngak pernah cerita sama kita?" sahut Alleta.

"Tunggu dulu, kalian jangan salah faham," ucap Sierra,

"Aku memang mengaku sudah mempunyai pasangan kepada Karel, biar dia tidak menganggu aku terus, 'kan kalian tahu bagaimana keluarganya, mereka selalu merendahkan aku," lanjut Sierra.

"Tapi, siapa pria yang kamu kenalkan kekasih itu kepada Karel, soalnya kata dia, bukan orang sembarangan," ujar Kayla.

"Xavier Zane Alveric."

"Apa!"

"Berisik Alleta," ujar Kayla.

"Keluarga Alveric, 'kan.." ucap Alleta terpotong.

"Langkah awal, agar bisa masuk bagian dari keluarga Alveric," ujar Sierra, matanya menatap kosong.

"Tapi, itu akan berbahaya bagi kamu, Sierra. Aku tidak mau ada yang tiada di antara kita," kata Alleta khawatir.

"Tenang saja, kita setara kok, dengan mereka," sahut Kayla.

  "Ah sudah, jangan memembahas itu, mending kita nikmati waktu kita," ujar Sierra.

"Besok libur, kira-kira kita ke mana?" tanya Kayla.

"Aku ikut saja dengan kalian," jawab Alleta.

"Liburan ke luar negri?" kata Sierra.

"Tanggung ah, liburnya cuman tiga hari," jawab Kayla.

"Ke tempat biasa aja, kita berlatih," usul Sierra.

"Aku setuju, mending kita berlatih, kita harus bersiap-siap," sahut Alleta.

"Yasudah, aku ikut saja," jawab Kayla.

  Mereka duduk diatas sofa, menatap suasana malam diluar, tatapannya dingin, seolah-olah menyimpan dendam yang begitu dalam.

"Semoga, kita segera menyelesaikannya permasalahan kita," ujar Kayla,

"Rasanya sudah cape, kesana-kemari, tapi belum menemukan titik terang," lanjut Kayla.

"Kamu benar, ada saatnya kita hidup tenang, mempunyai keluarga, dan tidak terlibat dalam hal yang membahayakan," sahut Sierra.

"Pasti, waktu itu akan datang, kemenangan kita akan segara tiba," ujar Alleta.

***

"Zane!" teriak seorang wanita, yang sudah berumur, tapi masih terlihat sangat cantik.

"Bunda, malam-malam begini, kenapa teriak-teriak," ujar Zane, menutup telinganya.

"Tidak sopan sekali dengan ibumu ini," ucapnya.

"Lagian, bunda teriak-teriak," kata Zane.

"Bunda lagi senang," ujarnya.

"Kenapa, bunda hamil lagi?" goda Zane.

Dia mencubit perut Zane.

"Kata-katamu Zane, benar-benar mengerikan," ucapnya.

"Ya, lalu apa?" tanya Zane.

"Kata Alvaro, perempuan yang bunda tanyakan itu, kekasih kamu," katanya.

"Mulut ember, baru saja di kasih tahu, sudah terdengar sama bunda," batin Zane.

"Zane, kenapa bengong? Ucapan Alvaro benar, 'kan?" tanyanya lagi penasaran.

"Iya bunda, perempuan itu kekasih Zane," jawab Zane terpaksa.

"Perempuan mana, dari mana asalnya, harus jelas keturunan siapa!" Sahut sang nenek tua, yang mendengar perbincangan cucu dan menantunya.

"Ibu.." ujarnya.

"Siapa pun yang akan menjadi istri anakmu, harus jelas latar belakangnya, jangan asal memasukan orang asing, ke dalam keluarga ini, ingat. Kita keluarga terhormat, dan juga di segani!"

"Jangan lupakan itu!"

"Aku yang akan menikah, aku yang berhak menentukan siapa wanita yang akan bersamaku, latar belakang itu tidak penting," jawab Zane dengan tegas.

Zane meninggalkan ibu dan juga neneknya, dia tidak mau banyak bicara dengan neneknya.

***

More Chapters