WebNovels

Chapter 9 - PERMINTAAN LAGI

Sierra sedang mengerjakan pekerjaannya yang tadi tertunda, dia nge-cek laporan keuangan restorannya.

"Kayaknya aku butuh pegawai baru deh."

"Yaudah nanti aku akan membuat lowongan pekerjaan," kata Sierra.

Sierra melanjutkan pekerjaannya, meskipun waktu sudah larut malam. Matanya sudah mengantuk, tapi dia paksakan untuk tidak memejam 'kan matanya.

"Ini sudah malam, tidurlah!"

"Hantu!" teriak Sierra.

"Saya bukan hantu, saya manusia sungguhan!" kata Zane.

Sierra mengucek matanya, dia mau memastikan kalau matanya salah lihat.

"Kamu tidak salah lihat, saya benar-benar manusia!" kata Zane lagi.

"Ke..Kenapa kamu bisa berada didalam kamar aku?" tanya Sierra aneh.

"Saya bisa melakukan apapun, selagi saya mau melakukan itu!" jawab Zane, tersenyum sinis.

"Ya, nggak kekamar saya juga!" kesal Sierra.

"Karena saya tidak tega melihat kamu bekerja sendiri saat malam-malam seperti ini," kata Zane.

Sierra mendengus kesal,

"Pergi dari sini, aku nggak mau kalau Aletta melihat kita, dan dia salah faham," usir Sierra.

"Rasanya ini masih sore, saya mau menikmati dirimu.. Maksud saya menikmati keindahan kamar kamu," kata Zane.

"Pergi sana, aku terganggu dengan kehadiranmu!" usir Sierra lagi.

"Saya kesini karena ada hal yang penting," ucap Zane.

"Sepenting apa? Sehingga kamu menyelinap kekamar orang!" kesal Sierra.

"Permintaan kedua saya," jawab Zane.

"Permintaan kedua apa maksudmu, hah!" kesal Sierra,

"Aku 'kan cumam mengatakan satu permintaa saja!"

"Saya tambah," kata Zane.

"Nggak bisa gitu dong, seharusnya kamu tidak bertindak sesuka kamu!" geram Sierra.

"Seorang Xavier Zane Alveric. Selalu bertindak sesuka hatinya!" jawab Zane tersenyum menyeringai.

"Kalau kamu mengira, aku akan tunduk denganmu, kamu salah besar. Aku tidak akan seperti wanita lain!" jelas Sierra.

"Wah menarik, memang itu yang saya suka dari kamu," kata Zane.

"Cukup Zane!" Sierra memukul meja kerjanya,

"Jangan banyak basa basi, apa yang ingin kamu katakan sekarang, kalau aku bisa akan aku lakukan," kata Sierra.

Sierra dibuat kesal dengan Zane, dulu Sierra dibuat kesal dengan kehadiran Karel yang terus menganggu, sekarang Zane!

"Sierra, apa yang terjadi? Kamu nggak apa-apa 'kan" teriak Aletta dari luar.

Mendengar suara Aletta, sontak saja Sierre membungkam mulut Zane, supaya dia tidak mengeluarkan suara.

"Gua baik-baik aja Aletta, cuman lagi kerja. Gua akan tidur," jawab Sierra berteriak.

"Yaudah gua duluan, gua mau tidur juga. Karena Kayla sudah tidur sejak tadi," kata Aletta.

"Iya letta," jawab Sierra.

Setelah Aletta menjauh dari kamar Sierra, dia bernapas lega, dia belum siap kalau kedua sahabatnya tahu tentang kedekatannya dengan Zane.

Zane diam mematung, mulutnya masih dibungkam dengan tangan kecil Sierra, meskipun Zane bisa saja menarik tangannya, tetapi Zane mendiamkannya.

"Eh maaf-maaf," ucap Sierra, "lagian salah kamu sih!" lanjut Sierra lagi.

"Harusnya tadi saya teriak, supaya sahabat kamu itu tahu kalau kita sedang berada dikamar, dan pasti mereka mengira kita sudah melakukan sesuatu!" Zane menatap Sierra dengan tatapan menggoda.

"Tolong jaga batasanmu!" geram Sierra,

"Katakan apa yang mau kamu katakan tadi."

"Saya membutuhkan kamu untuk mengenalkan kamu sebagai kekasih saya kesemua keluarga saya," kata Zane.

"Berhasil," batin Sierra.

"Mereka akan menjodohkan saya kalau saya tidak segera membawa calon istri kehadapan mereka," kata Zane lagi.

"Aku nggak mau!" tolak Sierra,

"Nanti aku takut kalau keluargamu tidak suka dengan aku, dan mencari tahu siapa aku."

"Memangnya kenapa kalau mereka mencari tahu siapa dirimu, apa ada yang kamu sembunyikan?" tanya Zane.

"Ee..eem tidak ada, hanya saja 'kan aku cuman punya restoran, nggak sebanding dengan kamu," jawab Sierra gugup, hampir saja dia akan keceplosan.

"Itu urusan mudah, Alvaro akan mengurus itu," kata Zane.

"Nanti akan aku pikirkan lagi, ya. Aku butuh memikirkan hal itu," jawab Sierra.

"Kamu tidak mempunyai waktu, karena pertemuan keluarganya dua hari lagi, dan saya sudah menyiapkan dress untukmu," kata Zane.

"Yaudah, aku akan membantumu!" ucap Sierra, akhirnya setuju.

Zane tersenyum sumringah mendengar perkataam Sierra.

"Oke kita sepakat akan menjadi kekasih pura-pura!" kata Zane.

"Deal!" Sierra membalas tangan Zane.

"Kan semuanya udah jelas, kamu pergi sana, aku mau tidur!" usir Sierra.

"Saya akan pulang," kata Zane.

"Hei.. Hei.. Apa maksudmu, hah! Mau keluar dari pintu depan, bagaimana kalau Kayla dengan Aletta melihatmu," ujar Sierra kesal.

"Lalu saya harus pulang dari pintu mana?" tanya Zane.

"Terserah, asal jangan dari pintu depan!" jelas Sierra.

Sierra membuka jendel, dan juga membuka kaca, kebetulan kamar Sierra ada di atas.

"Pulang lewat sini aja, akan aman!" kata Sierra.

"Aman buat kamu, tapi nggak aman buat tubuh saya!" kesal Zane.

"Itu urusanmu, lagian kenapa bisa masuk kekamar orang," ujar Sierra.

Zane sudah berdiri diluar jendela, dia masih maju mundur akan turun, tapi Sierra langsung mendorong dia.

Sierra tertawa melihat Zane kesakitan dibawah sana, sampai terdengar suara jatuhnya.

"Itu pasti sakit," ucap Sierra sembari tertawa terbahak-bahak.

Sierra menutup jendelanya lagi, dia akan memutuskan untuk tidur saja, karena pekerjaannya sudah selesai.

"Sebenarnya permainan ini akan segera dimulai, semoga aku tidak kalah, dan aku menang dalam permainan ini," batin Siera.

***

Saat pagi harinya, Sierra disibukan dengan membuat sarapan untuk mereka.

"Sie, sibuk sekali, kenapa nggak panggil aku," kata Aletta.

"Ah nggak sibuk banget, cuman menyiapkan sarapan untuk kita," jawab Sierra tersenyum.

"Kalian akan pergi, gua sendiri dirumah dong," sahut Kayla.

"Kamu diam saja dirumah jangan kemana-mana, harus ingat kata dokter, kamu harus banyak istirahat," kata Sierra.

"Benar kata Sie," sahut Aletta,

"Yaudah ayo makan," ajak Sierra yang sudah menyiapkannya.

Mereka menikmati sarapan itu, sudah lama mereka tidak sarapan bersama, karena sibuk kalau pagi-pagi.

"Eh kalian denger nggak semalam, kayak ada suara jatuh, gua penasaran. Tapi gua takut buat liat," ucap Kayla.

Mendengar ucapan Kayla, Sierra terbatuk hampur mengeluarkan nasi dari dalam mulutnya.

"Sie kamu kenapa?" tanya Aletta.

"Aku nggak apa-apa, aku cuman keselek," jawab Sierra,

"Kay, pas Lo denger itu, Lo liat nggak?" tanya Sierra.

"Nggak sih, karena gua juga takut kalau sendiri yang melihat," jawab Kayla.

"Syukurlah, tidak ketahuan!" batin Sierra.

"Mungkin itu cuman suara kucing jatuh deh, 'kan di sini banyak kucing tetangga," sahut Aletta.

"Tapi suaranya kayak benda besar gitu," kata Kayla.

"Mungkin kuncing jantan yang besar kali, jatuh dari balkon kamar gua," sahut Sierra sembari tertawa.

Kayla pun meng-iya 'kan keduanya, lalu mereka melanjutkan sarapa.

Saat Aletta dengan Sierra akan berangkat bekerja, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk.

Aletta membuka pintunya.

"Tuan Alvaro, kenapa pagi-pagi sekali sudah kesini?" tanya Aletta bingung.

"Tuan Zane menyuruh saya untuk menjaga kamu nona, saya harus memastikan kalau anda selamat sampai dengan kantor," jawab Alvaro memasang wajah dingin.

"Apa ini tidak berlebihan, mengingat saya tidak terlalu kenal dengan tuan Zane?" tanya Aletta.

"Tidak sama sekali, ayo kita pergi!" ajak Alvaro.

"Eh tuan Alvaro, Zane tidak ikut kesini?" tanya Sierra.

"Tidak nona, tuan sudah kekantor duluan karena akam ada meeting," jawab Alvaro.

"Oh yaudah!"

Aletta diantarkan Alvaro, itu cukup lega buat Kayla dan Sierra.

"Kay, gua pergi juga ya, Lo hati-hati dirumah," pamit Sierra.

"Iya Sei, Lo hati-hati di jalan, ya!" kata Kayla.

Sierra masuk kedalam mobilnya, lalu meninggalkan rumah.

"Sebenarnya sedekat apa Sierra dengan Zane, kenapa sepertinya ada yang beda!" curiga Kayla,

"Aku harus mencari tahunya!"

***

More Chapters