WebNovels

Chapter 66 - Langkah Pertama ke Bayangan

Fajar baru saja menyentuh dinding kaca Perpustakaan Agrias ketika Ryn bangun dengan dada berdebar. Di meja kerjanya, pena perak kebiruan itu kembali bersinar samar—tapi kali ini cahaya membentuk garis tipis di udara, mengarah ke arah utara, seperti jarum kompas yang tahu tujuannya.

Velric mengetuk pintu kamarnya. "Kita punya banyak naskah yang harus diarsipkan, Ryn. Jangan—"

"Velric… aku harus pergi," potong Ryn dengan suara mantap, meski tangannya masih gemetar.

"Pergi? Ke mana?"

"Aku… tidak yakin. Tapi sesuatu memanggilku."

Velric memandangnya lama. Ada sesuatu di mata sahabatnya itu—campuran ketakutan dan tekad—yang membuatnya menghela napas. "Baik. Tapi jangan lupa, dunia luar tidak seaman halaman buku."

---

Meninggalkan Agrias

Ryn melangkah keluar dari gerbang batu raksasa Perpustakaan. Udara pagi membawa aroma tanah basah dan suara jauh pasar yang baru dibuka. Namun, setiap langkahnya terasa seperti melewati lapisan tak kasat mata; dunia terlihat sama, tapi entah mengapa terasa lebih… rapuh.

Pena itu terus memancarkan cahaya samar yang hanya ia lihat. Setiap kali ia ragu, cahaya menguat, seolah menegaskan arah.

---

Jejak Pertama

Petunjuk membawanya ke pelataran tua di tepi kota, di mana reruntuhan menara kuno menjulang seperti tulang belulang raksasa. Dindingnya dipenuhi ukiran setengah hilang: simbol-simbol berputar, melingkar tanpa pusat, mirip tanda glyph di peti sebelumnya.

Saat ia mendekat, suara samar terdengar—bukan dari telinga, tapi dari pikirannya:

> "Penulis yang hilang… tidak semuanya mati. Beberapa hanya tertelan narasi."

Ryn mundur setapak, menatap sekeliling. Tempat itu kosong. Tapi udara bergetar seperti permukaan air yang baru saja dilempar batu.

---

Gangguan Pertama

Dari bayangan reruntuhan, muncul sosok bertudung gelap. Wajahnya tidak jelas, tapi suaranya dingin.

"Kau memegang alat yang tidak seharusnya berada di tanganmu, bocah."

"Aku hanya—"

"—mengikuti panggilan, ya?" potongnya. "Itu yang terakhir kali dikatakan orang-orang yang akhirnya lenyap di Fraktura."

Sebelum Ryn sempat bertanya, tanah di bawahnya retak. Retakan itu bercahaya, menariknya seperti pusaran. Sosok bertudung itu menghilang, meninggalkan satu kalimat yang menggantung di udara:

> "Jika kau ingin tetap ada, temukan Spiraeum… sebelum ia menulis ulang dirimu."

Ryn terjatuh ke dalam cahaya, dan dunia di sekitarnya berubah menjadi pusaran warna yang tak mungkin dijelaskan.

More Chapters