Hujan turun tipis di halaman belakang Perpustakaan Agrias. Ryn berdiri di bawah kanopi kayu, menatap sebuah peti tua yang baru saja dibawa oleh para kurir dari arsip reruntuhan di utara.
Peti itu terkunci dengan segel kuno—bukan segel kerajaan, melainkan tanda glyph yang belum pernah ia lihat. Bentuknya seperti lingkaran tak sempurna dengan garis berlapis, seakan dibuat terburu-buru… atau dibuat untuk tidak selesai.
---
Benda di Dalam
Dengan bantuan Velric, segel itu dibuka. Di dalam, hanya ada satu benda: sebuah pena logam berwarna perak kebiruan, retak di ujungnya.
Saat jemari Ryn menyentuh permukaannya, ada sensasi dingin yang langsung berubah menjadi hangat—dan sekejap ia melihat kilatan visi:
> Langit retak menjadi serpihan cahaya.
Seorang pria dengan mata penuh tekad memegang pena ini, menulis di udara seperti mengukir takdir.
Suara yang berat namun tenang berkata, "Jika dunia menolak kita, maka kita akan menulisnya kembali."
Ryn terhuyung, napasnya memburu. Velric memandangnya khawatir, tapi ia hanya menggeleng pelan, menutupi apa yang baru saja ia lihat.
---
Perubahan Halus
Sejak membawa pena itu ke kamarnya, Ryn mulai memperhatikan hal-hal aneh. Kata-kata di buku catatannya berubah sendiri—kadang huruf bergeser, kadang kalimat bertambah seolah ada tangan tak kasat mata yang menulis.
Salah satunya berbunyi:
> Fraktura belum tertutup.
Ia tak mengerti apa itu Fraktura, tapi hatinya terasa berat saat membaca kata itu, seakan sebagian dari dirinya tahu persis bahayanya.
---
Bayangan Biru
Malamnya, saat Ryn duduk di mejanya, cahaya kebiruan mulai mengalir dari pena itu. Bayangan di dinding berubah bentuk—menyerupai siluet seseorang yang memegang pedang, berdiri di samping sosok lain dengan rambut panjang terikat.
Sebelum ia bisa menyentuhnya, bayangan itu lenyap, meninggalkan hanya satu bekas coretan di kertas:
> Carilah "Spiraeum" sebelum mereka kembali.