WebNovels

Chapter 64 - Pena yang Menelan Realita

Inti Spiraeum terbentang seperti jantung kosmik—raksasa, berdenyut, dan memancarkan cahaya yang berputar seperti tinta cair di udara. Di pusatnya, sebuah pena kolosal melayang, ujungnya meneteskan cahaya yang setiap tetesnya membentuk dan memusnahkan dunia secara bersamaan.

Suara yang telah membimbing mereka sejak awal kembali terdengar, lebih dalam, lebih resonan:

> "Hanya satu goresan yang diizinkan. Tulis, dan semesta akan mematuhimu. Tapi ingat—setiap kata adalah darahmu, setiap kalimat adalah pengorbananmu."

---

Ujian Terakhir

Pena itu mengulurkan bayangan tinta ke arah mereka, membentuk meja batu yang penuh gulungan kosong.

Gulungan itu tidak benar-benar kertas—ia hidup, berdenyut seperti kulit, dan setiap kali mata mereka menatapnya, gulungan itu memantulkan wajah seseorang yang akan terhapus jika pilihan mereka salah.

Lied memegang pena kecil yang tiba-tiba muncul di tangannya.

"Aku harus… menulis masa depan? Tapi masa depan siapa?"

Elira menggigit bibirnya. "Kalau kita salah, dunia yang kita lindungi bisa lenyap… atau kita sendiri yang menghilang."

Kael menatap tinta yang berputar. "Kita bahkan tidak tahu apa yang akan dikorbankan sampai tinta menyerapnya."

---

Visi yang Mengguncang

Begitu mereka mendekat, Spiraeum membuka lapisan realita—memperlihatkan tiga jalur yang mungkin:

1. Menyelamatkan semesta tapi menghapus semua ingatan mereka tentang perjalanan ini.

2. Menyelamatkan tim tapi membiarkan sebagian semesta hancur permanen.

3. Menghapus diri mereka sendiri dari realita, memberi kesempatan bagi dunia baru untuk lahir tanpa mereka.

Setiap pilihan memunculkan bayangan dari kemungkinan itu di sekitar mereka. Mereka melihat dunia yang utuh tapi tak mengenal satu sama lain; dunia yang retak tapi mereka masih bersama; dan dunia baru tanpa jejak keberadaan mereka.

---

Keputusan

Lied menatap pena, matanya bergetar. "Kalau aku mengorbankan kita, dunia akan punya kesempatan tanpa beban masa lalu. Tapi… itu berarti semua yang kita lalui akan lenyap."

Elira menutup matanya. "Bahkan jika kita hilang, cahaya kita akan tetap ada di dunia itu."

Kael mengangguk perlahan. "Kalau itu harga tertinggi… maka biarlah dunia ini menulis ulang tanpa kita."

Lied menarik napas dalam-dalam, mengangkat pena, dan menulis hanya satu kalimat. Tinta menyebar seperti darah di air, membentuk pusaran yang menelan mereka perlahan.

---

Cahaya terakhir yang mereka lihat adalah siluet pena raksasa menutup dirinya, dan suara berbisik di telinga mereka:

> "Kalian memilih untuk menghapus diri… maka biarlah dunia ini tumbuh dari kehilangan itu."

Gelap.

Lalu… cahaya baru.

Tapi tak ada yang mengenal nama Lied, Elira, atau Kael lagi.

Langit berwarna biru pucat tanpa retakan kosmik. Angin di padang luas mengalun lembut, seolah dunia ini tak pernah mengenal kehancuran. Kota-kota yang dulunya runtuh kini berdiri gagah, dihiasi menara kristal dan pasar penuh tawa.

Namun, di sudut-sudut dunia, ada getaran halus—resonansi yang hanya dirasakan oleh mereka yang peka.

---

Tokoh Baru

Seorang gadis muda bernama Ryn Arvelle, pencatat sejarah magang di Perpustakaan Agrias, sedang menyalin lembaran kuno ketika ia menemukan halaman aneh. Tulisannya kabur, tapi ia bisa membaca satu kalimat yang membuatnya merinding:

> "Dan mereka yang memilih untuk tak pernah ada, meninggalkan cahaya di setiap kata yang tak tertulis."

Halaman itu terasa hangat di ujung jarinya, seperti denyut nadi.

---

Petunjuk Pertama

Ryn membawa lembaran itu kepada mentornya, seorang peneliti tua bernama Velric. Ia menatap tulisan itu lama, lalu menggeleng.

"Ini… tidak terdaftar di arsip mana pun. Seperti… sejarah yang dihapus dengan sengaja."

Ryn menatapnya dengan ragu. "Kalau dihapus, bagaimana kita bisa membacanya?"

Velric tersenyum samar. "Karena beberapa kisah… menolak untuk benar-benar mati."

---

Bayangan yang Mengikuti

Sejak hari itu, Ryn mulai mengalami mimpi aneh—padang pasir yang hancur, sebuah mecha raksasa menulis langit dengan cahaya, dan tiga sosok yang wajahnya selalu kabur oleh kilau biru.

Di pasar, ia mendengar dentingan logam seperti langkah kaki mecha, tapi ketika menoleh, hanya ada jalanan kosong.

Di danau, ia melihat pantulan seseorang yang tidak berdiri di belakangnya.

---

Kesimpulan yang Menggoda

Ryn mulai percaya ada sesuatu—atau seseorang—yang pernah menyelamatkan dunia ini tapi menghapus diri mereka. Ia tidak tahu mengapa, tapi hatinya dipenuhi dorongan untuk mencari kebenaran itu.

Dan tanpa ia sadari, setiap langkahnya mendekatkan dirinya pada garis tipis yang memisahkan dunia yang tertulis dan dunia yang hilang.

More Chapters