WebNovels

Chapter 62 - Menembus Bayangan

Bayangan-bayangan itu kini menjelma menjadi raksasa tanpa bentuk yang mengitari mereka, seperti tinta yang berputar di air bening. Setiap pusaran gelap memancarkan suara yang berbeda: suara kegagalan, pengkhianatan, kematian yang hampir terjadi.

Elira menggenggam lengan Lied, matanya penuh kecemasan. "Kalau kita mendengarkan mereka terlalu lama, kita akan larut."

Kael menarik pedangnya, tapi bilah itu menembus pusaran tanpa memberi efek apa pun. "Ini bukan musuh yang bisa ditebas…" gumamnya dengan nada frustasi.

---

Sumbu Keteguhan

Lied memejamkan mata, mengatur napas. Ia teringat kata-kata Elira sebelum memasuki Spiraeum: 'Jika kau tak bisa percaya pada semesta, percayalah pada orang-orang yang berjalan bersamamu.'

Saat membuka mata, ia melihat sesuatu—garis cahaya tipis yang menghubungkan mereka bertiga, seperti benang perak yang bergetar di tengah kegelapan.

"Jangan melawan mereka," ujar Lied. "Kita terima mereka—karena mereka bagian dari kita."

---

Penerimaan

Elira menunduk, menatap bayangannya yang dulu selalu meremehkan dirinya. Dengan suara lembut, ia berkata, "Aku tidak akan lagi mencoba menjadi orang yang sempurna. Aku akan menjadi diriku, dengan semua retaknya."

Kael tersenyum tipis pada sosok berjubah hitam yang mewakili semua penyesalannya. "Kau benar. Aku jarang menolong diriku sendiri… tapi sekarang aku punya orang-orang yang mau melakukannya."

---

Ledakan Cahaya

Bayangan-bayangan itu pecah menjadi partikel cahaya, terbawa arus tak kasatmata. Lantai Spiraeum merekah, menyingkap tangga spiral yang mengarah ke pusat dimensi.

Suara entitas bercahaya terdengar lagi, kali ini lebih halus:

> "Pintu pertama telah terbuka. Kalian tidak lagi berjalan sebagai serpihan, tapi sebagai satu cerita."

---

Langkah ke Pusat

Mereka bertiga menatap ke bawah, ke dalam jurang berputar yang penuh cahaya berlapis. Udara di sekitarnya seperti terbuat dari gema, setiap hembusan membawa bisikan kemungkinan masa depan.

Lied menoleh ke Elira dan Kael. "Kita lanjut. Tidak ada mundur."

Mereka menapaki tangga itu bersama, bayangan mereka menyatu menjadi satu garis di lantai bercahaya.

Di kejauhan, pusat Spiraeum berdenyut—bukan seperti jantung, tapi seperti pena raksasa yang sedang menulis dan menghapus semesta dalam satu gerakan.

More Chapters