WebNovels

Chapter 61 - Pintu ke Dalam Diri

Langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu yang bukan pintu. Dari jauh, bentuknya seperti lengkungan cahaya, namun ketika didekati, Lied melihat bahwa lengkungan itu tersusun dari ribuan ingatan—potongan masa lalu, masa depan, bahkan kemungkinan yang tak pernah terjadi.

Elira menyentuh lengkungan itu, dan seketika cahaya di sekitarnya berubah. Mereka tidak lagi berdiri di filamen bercahaya Spiraeum, melainkan di ruang tak berbatas yang dipenuhi "salinan" diri mereka sendiri, namun setiap salinan bergerak dengan cara berbeda, berbicara dengan suara yang bertentangan satu sama lain.

---

Ujian Dimulai

Suara entitas bercahaya menggema:

> "Ujian pertama adalah menghadapi diri yang kalian tolak. Tak ada senjata, tak ada perisai—hanya kejujuran yang akan membebaskan kalian."

Lied merasa napasnya tertahan. Dari kegelapan, sosok dirinya yang lebih muda melangkah keluar—Lied yang dulu, dengan mata penuh amarah, tatapan penuh dendam pada semesta.

"Kenapa kau masih melangkah?" tanya sosok itu dengan nada mencemooh. "Kau tahu semesta menolakmu. Kau hanya memaksa dirimu menjadi pahlawan di cerita yang bukan milikmu."

Lied ingin membalas, namun kata-kata itu menancap terlalu dalam. Di belakangnya, ia mendengar Elira berbisik pada dirinya sendiri, suaranya bergetar—ia sedang menghadapi bayangan masa lalunya juga.

---

Kael dan Elira

Kael berhadapan dengan sosok berjubah hitam, wajahnya disembunyikan, namun setiap kata yang keluar adalah penyesalan terbesarnya: "Kau melindungi mereka, tapi kau tak pernah menolong dirimu sendiri."

Sementara itu, Elira berdiri diam, matanya berhadapan dengan dirinya yang tersenyum sinis, seolah tahu rahasia yang tidak pernah ia ceritakan kepada siapapun.

---

Ketegangan Meningkat

Lied mencoba maju, tetapi setiap langkah terasa seperti berjalan di dalam pasir pekat. Sosok masa lalunya menghalangi, matanya seperti cermin yang memantulkan semua keraguannya.

"Kalau kau kalah di sini," ucap bayangan itu, "kau akan dihapus. Tidak ada jejak. Tidak ada ingatan. Kau akan menjadi cerita yang tak pernah ditulis."

Di luar, filamen Spiraeum bergetar, seakan seluruh dimensi menunggu keputusan mereka.

---

Retakan Pertama

Lied akhirnya mengangkat kepalanya, menatap balik dirinya yang dulu.

"Mungkin aku memang ditolak," ujarnya dengan suara mantap, "tapi aku masih di sini. Dan itu artinya semesta belum selesai denganku."

Cahaya menyala di bawah kakinya, memecahkan lantai ilusi. Sosok masa lalunya mulai memudar, namun ujian belum berakhir—di sekelilingnya, bayangan lain mulai muncul, lebih besar, lebih gelap, seolah mewakili keraguan yang tak pernah bisa benar-benar diusir.

More Chapters