WebNovels

Chapter 50 - Menuju Katedral yang Retak

Fraktura tak pernah muncul di peta biasa. Ia menggantung di ruang antara dimensi, seperti kaca raksasa yang pecah dan melayang di kehampaan. Retakan-retakannya berpendar dengan cahaya yang tak berasal dari bintang mana pun—cahaya narasi yang patah.

Terra-∞ melayang perlahan, badan mecha-nya memantulkan kilau retakan itu. Di dalam kokpit, Lied memandangi horizon yang seakan bergetar, seperti kisah yang diputar ulang terlalu sering.

---

Tirai Babak

Lapisan pertama menyambut mereka dengan hujan fragmen cerita—adegan-adegan tak lengkap yang jatuh seperti serpihan kaca bercahaya.

Kael mengaktifkan medan penolak, namun satu fragmen lolos, menempel di lengan Terra dan menayangkan kilasan masa lalu Lied: saat ia hampir meninggalkan Elira demi menyelamatkan diri.

Elira memandang sekilas, tapi tak berkata apa-apa.

Lied tahu, retakan ini tak hanya akan menguji kekuatan fisik mereka, tapi juga keyakinan yang sudah rapuh.

---

Koridor Sisa

Mereka melangkah ke lapisan kedua dengan mode pergerakan manual. Koridor ini adalah lorong tanpa ujung yang setiap dindingnya memantulkan suara-suara lama.

Riven mendengar panggilan dari keluarganya yang sudah lama hilang, Nara melihat masa depan yang ia inginkan namun tak pernah tercapai.

Suasana mulai mengikis fokus tim.

Hanya Lied yang memaksa mereka maju, meski setiap langkah terasa seperti menarik beban yang tak terlihat.

---

Pertemuan Pertama dengan Veyndar

Di tengah lorong, retakan terbesar membentuk siluet seseorang. Dari sana, seorang pria tinggi dengan jubah hitam dan wajah yang setengah ditutupi topeng keluar. Matanya memancarkan cahaya keperakan—dingin dan menghitung.

> Veyndar: "Pahlawan yang ditolak semesta… Lied Rayrate. Kau sungguh datang ke wilayahku dengan begitu sedikit tinta tersisa di namamu."

Lied menatap lurus, mencoba membaca niatnya.

> Lied: "Kalau kau yang memutar narasi, maka kau juga yang harus bertanggung jawab atas kekacauan ini."

Veyndar: "Kekacauan? Tidak. Aku hanya menulis ulang cerita agar sempurna. Dan sempurna berarti… tanpa dirimu."

Veyndar mengangkat tangannya. Segera, dinding Koridor Sisa runtuh menjadi pusaran kata-kata yang menggulung, menyeret tim ke arah ambang Katedral.

---

Ambang Katedral

Ketika mereka akhirnya terhempas ke lapisan terakhir, suara lonceng yang retak menggema, seakan menandai kedatangan mereka.

Di hadapan mereka menjulang Fraktura, Katedral Retak—arsitektur mustahil yang setengah nyata, setengah tersusun dari kalimat yang terus berubah.

Lied berdiri tegak, meski hatinya sudah menebak: di dalam sana, bukan hanya Veyndar yang menunggu. Sesuatu yang lebih tua, lebih berbahaya, telah menanti akhir cerita mereka.

More Chapters