WebNovels

Chapter 49 - Retakan yang Tertinggal

---

2a. Lied & Elira: Kata yang Akhirnya Keluar

Setelah semua anggota tim beristirahat, hanya Lied dan Elira yang masih terjaga. Cahaya samar dari teks langit yang terbakar memantulkan warna keemasan di wajah mereka.

Lied menghela napas.

> Lied: "Aku... takut, Elira. Takut kalau semua ini hanya kesalahan. Takut kalau pada akhirnya aku... bukan orang yang kau pikirkan."

Elira: "Dan kau pikir aku tak takut? Aku ikut ke dalam semua ini karena aku percaya padamu, Lied. Bukan pada kemenangan, bukan pada Terra—tapi padamu."

Lied menunduk, merasakan setiap kata Elira seperti jangkar yang menahannya dari jatuh ke jurang keraguan.

> Lied: "Kalau suatu saat semesta memutuskan aku tak pantas... aku ingin kau yang mengingatku, bukan sebagai pahlawan, tapi sebagai aku."

Elira tersenyum tipis, lalu menjawab tanpa ragu.

> Elira: "Kalau semesta menolakmu, maka aku akan menolaknya balik."

Mereka terdiam, tapi kali ini diamnya bukan beban—melainkan janji.

---

4a. Strategi Menuju Fraktura

Keesokan harinya, Lied memanggil semua anggota tim: Kael, Riven, Nara, dan Elira. Mereka duduk melingkar di ruang sementara yang mereka bangun dari sisa-sisa narasi yang runtuh.

Kael memproyeksikan peta naratif—bukan peta geografis, melainkan jalur yang dilalui cerita itu sendiri.

Rencana mereka:

1. Melewati 3 Lapisan Perbatasan Fraktura

Lapisan Luar: "Tirai Babak" — zona transisi cerita yang penuh fragmen kisah gagal.

Lapisan Tengah: "Koridor Sisa" — lorong-lorong penuh gema kejadian masa lalu yang dapat menyeret kesadaran.

Lapisan Dalam: "Ambang Katedral" — pusat retakan, dijaga oleh entitas Penulis Bayangan.

2. Tujuan di Fraktura

Mengambil Fragmentum Aeternum, sebuah inti narasi yang mampu menstabilkan zona ketidakstabilan besar di semesta.

Mengungkap siapa yang benar-benar memutar alur semesta dari balik layar.

3. Tantangan yang Mereka Tahu

Musuh baru bernama Veyndar, mantan penjaga alur yang kini menjadi perusak cerita demi menciptakan "kisah sempurna" versi dirinya.

Anomali berbentuk "Aktor Tanpa Dialog" yang hanya bisa dihadapi jika mereka menyadari peran diri masing-masing.

---

6a.

Sebelum berangkat, Lied berdiri di depan timnya.

> Lied: "Kita akan memasuki Fraktura bukan sebagai penakluk, tapi sebagai penulis. Apa pun yang terjadi, jangan biarkan orang lain menulis akhir kita."

Di kejauhan, cahaya retakan mulai terlihat seperti senyum miring di langit—undangan dan ancaman dalam satu bentuk.

More Chapters