> "Ketika naskah semesta mulai rusak, bukan realita yang runtuh terlebih dahulu—melainkan kepercayaan di antara mereka yang menjalaninya."
---
1. Ketegangan yang Tak Terucapkan
Sudah hampir dua hari Astralis Zero berada di ambang Blackscript. Tapi suasananya tak lagi terasa seperti tim ekspedisi. Lied duduk diam di ruang kontrol, menatap diam-diam ke arah Nareya dan Kael yang mulai saling menyalahkan.
> "Kau melakukan sinkronisasi sistem Terra-∞ tanpa izin," tuduh Kael.
"Dan kau lebih suka bersembunyi dalam keraguanmu daripada membaca narasi yang berubah," balas Nareya dingin.
Elira hanya menunduk, telapak tangannya gemetar.
> "Aku... aku merasa seperti bukan diriku lagi. Setiap malam aku bangun dengan memori yang bukan milikku. Aku melihat masa depan yang tak pernah kubuat."
---
2. Terra-∞: Kesadaran yang Terganggu
Terra-∞ mulai berbicara dalam fragmen yang membingungkan. Kadang menggunakan suara Ruven, kadang Elira. Kadang... suara yang tak dikenal siapa pun.
> "Aku bukan hanya mecha. Aku... mungkin salah satu pena narasi."
"Tapi pena tanpa tangan... akan menulis dengan darah."
Suaranya terganggu, seperti lapisan dimensi lain berusaha meminjam tubuh logika Terra-∞ untuk menyampaikan pesan.
> "Jika kau kehilangan 'makna', Lied... maka kau bukan lagi karakter. Kau hanya simbol."
---
3. Konflik Eksistensial dalam Tim
Ruven, biasanya tenang, kali ini tak bisa menyembunyikan frustasinya.
> "Kita ditulis untuk gagal, bukan?" katanya.
"Mungkin kita bukan tokoh utama dalam cerita ini. Mungkin kita... hanya umpan."
> "Dan jika kita memang bukan protagonis?" Elira menimpali. "Apa kita menyerah begitu saja?"
Pertanyaan itu menggantung, menghantam Lied yang tak bisa memberi jawaban pasti.
Lied mulai meragukan dirinya sendiri. Ia merasakan kehendaknya—yang dulu kuat seperti cahaya bintang—mulai kabur.
---
4. Intrusi Naratif: Siapa yang Menulis Mereka?
Nareya menyadari ada pergeseran pola dalam data: seolah ada narasi tak dikenal yang menyusup ke dalam eksistensi mereka. Bukan hanya Terra yang terganggu — tapi juga mereka sendiri sebagai karakter.
> "Ada tangan asing di luar logika yang sedang mengarang kita ulang," bisiknya.
"Dan setiap konflik di antara kita adalah bait dalam puisi kehancuran mereka."
---
5. Lied: Retak Tapi Tidak Runtuh
Malam itu, Lied berdiri sendiri di dek observasi. Ia melihat bintang-bintang... lalu menutup matanya.
> "Jika aku memang ditulis ulang... maka aku akan menulis balik. Bukan sebagai pahlawan. Tapi sebagai makhluk yang menolak dikendalikan oleh pena asing."
Dan dalam diam, dia menyadari: Blackscript tidak hanya wilayah asing dalam ruang... tapi juga dalam diri mereka masing-masing.