Penjelasan Sovereign memberikan pencerahan. Perjalanan Zenthras, pertarungannya melawan berbagai jenis musuh, semua itu bukan hanya untuk menguji ototnya. Itu adalah cara alam semesta (di bawah arahan Sovereign) untuk menempa kehendaknya menjadi sesuatu yang murni, yang tidak bisa dirusak oleh godaan ego, emosi, atau bahkan logika. Ia telah dibentuk menjadi senjata yang sempurna untuk perang yang mustahil.
Kata-kata sang pengelana waktu kini menjadi jelas. "Pos" itu. Itulah takdirnya. Bukan sebagai seorang jenderal atau raja, tetapi sebagai seorang penjaga yang sunyi di tempat paling berbahaya yang pernah ada.
Tantangan terbesar. Tantangan yang tak terbatas.
"Aku mengerti sekarang," kata Zenthras, suaranya tegas dan tanpa keraguan. "Tugas ini... aku terima."
Rasa lega yang tulus terpancar dari Sovereign. Ia melangkah maju dan meletakkan tangannya di bahu Zenthras.
"Seorang penjaga membutuhkan kemampuan untuk melihat musuh yang datang," katanya.
Sovereign menyalurkan sebagian kecil dari esensi Grand Priest-nya ke dalam Zenthras. Bukan kekuatan baru, melainkan persepsi baru. Kesadaran Zenthras meledak keluar, melampaui batas-batas galaksi dan bahkan multiverse. Ia kini bisa "melihat" jalinan realitas. Ia bisa merasakan getaran halus di Kehampaan Luar, membedakan antara keheningan alami dan keheningan predator yang sedang mengintai. Ia diberi peta untuk medan perang barunya.
Saat kekuatan baru itu menyatu dengannya, Sovereign melangkah mundur. "Pergilah, Zenthras. Jadilah benteng di ujung ketiadaan."
Dengan itu, Sovereign menghilang, kembali ke Nexus.
Zenthras berdiri sendirian sekali lagi, tetapi kini ia tidak merasakan kesepian. Ia merasakan tujuan. Ia bukan lagi sekadar Sang Petarung Sejati yang berkelana tanpa arah. Ia kini memiliki gelar dan tugas suci.
Ia membalikkan badan, memunggungi cahaya bintang-bintang yang familier, dan menatap kegelapan pekat di antara realitas.
Perjalanannya sebagai Zenthras, Sang Penjaga Perbatasan, telah resmi dimulai.