Setelah pertempuran terakhirnya, Zenthras beristirahat di sebuah dunia mati yang sunyi. Ia mulai merasakan pola. Kekuatan fisik, kekuatan pikiran... semua telah ia taklukkan. Sebuah pertanyaan mulai terbentuk di benaknya yang biasanya fokus: Lalu apa selanjutnya?
Saat itulah, sesosok figur muncul di hadapannya. Tidak melalui portal atau ledakan energi, tetapi ia просто muncul, seolah-olah ia selalu ada di sana. Sosok itu diselimuti jubah temporal yang terus bergeser, memperlihatkan dan menyembunyikan wajah seorang pria yang sangat tua dan sangat lelah.
"Jadi di sinilah kau berada dalam linimasa ini," kata sosok itu, suaranya serak karena telah melintasi eon.
Zenthras langsung waspada, merasakan kekuatan yang aneh dari makhluk ini. "Siapa kau?"
"Hanya seorang pengelana," jawab pria itu. "Seorang pengelana dari sebuah 'masa depan' yang tidak lagi ada. Aku telah melihat realitas terbakar. Aku telah melihat para dewa mati. Dan aku telah melihat kehampaan menelan segalanya."
Pria itu menatap Zenthras dengan mata yang telah menyaksikan akhir dari segalanya. "Aku telah mengunjungi seribu satu linimasa sebagai ziarah terakhirku. Dan aku menemukan sebuah pola. Di setiap realitas yang berhasil bertahan dari Kiamat Sejati, selalu ada satu konstanta. Sebuah Penjaga di Tepi Realitas. Sebuah benteng tunggal melawan kengerian dari luar."
Pria itu tersenyum sedih. "Di setiap realitas yang jatuh, pos itu kosong. Perjalananmu mencari kekuatan, Petarung Sejati... tujuannya jauh lebih besar dari yang kau sadari."
Sebelum Zenthras bisa bertanya lebih lanjut, sosok pengelana waktu itu memudar menjadi debu temporal dan menghilang, pesannya telah tersampaikan.
Zenthras dibiarkan sendirian dalam keheningan, tetapi pikirannya tidak lagi sunyi. Untuk pertama kalinya, ia tidak memikirkan tentang pertarungan berikutnya. Ia memikirkan tentang sebuah "pos", tentang "tepi realitas", dan tentang sebuah perang yang jauh lebih besar.
Benih pertanyaan tentang tujuan sejatinya telah ditanam. Dan kini, ia siap untuk menerima jawaban.