Gelombang anti-materi terus melaju, mengkonsumsi realitas demi realitas. Bumi-Bumi yang dipilih sebagai penangkal, termasuk Bumi utama Justice League, dipasangi menara-menara pengumpul energi yang memancarkan cahaya terang. Tujuan mereka adalah menyalurkan dan memfokuskan energi anti-materi yang merusak ke satu titik, menjebaknya agar tidak menghancurkan sisa Multiverse. Tapi untuk itu, gelombang anti-materi harus diperlambat, bahkan dihentikan sesaat.
Tugas itu jatuh kepada The Flash (Barry Allen) dan Kid Flash (Wally West).
"Gelombangnya datang terlalu cepat!" Elara berteriak dari Aethel Tech, suaranya dipenuhi putus asa. "Menara-menara tidak akan sempat mengisi daya! Kita akan musnah!"
Barry, dengan tatapan tekad yang membara di matanya, menoleh ke Wally. "Wally, kau harus terus berlari. Kau harus memastikan sisa tim bisa mencapai menara. Aku akan menahannya."
Wally mengerti. Ia melihat tekad di mata mentornya, dan ia tahu apa artinya. "Barry, tidak! Aku bisa membantumu!"
"Tidak," kata Barry tegas. "Aku adalah yang tercepat. Aku tahu apa yang harus kulakukan. Ini adalah takdirku. Kau... kau adalah masa depan Speed Force. Hidupkan warisanku."
Barry Allen berlari. Ia berlari lebih cepat dari yang pernah ia lakukan seumur hidupnya. Ia menembus batas waktu, batas kecepatan, masuk ke dalam gelombang anti-materi yang mengancam. Kilatan merah dan kuningnya menjadi titik terang di tengah lautan kehampaan yang gelap. Ia merasakan setiap atom di tubuhnya berteriak, setiap momen melarutkan dirinya ke dalam Speed Force.
Ia berlari mengelilingi gelombang anti-materi, menciptakan pusaran energi kinetik yang sangat besar, mencoba membangun 'penghalang kecepatan' murni. Ia menggunakan setiap energi yang ia miliki, menarik setiap kekuatan dari Speed Force. Ia melihat visi samar dari keluarganya, Lois, Bruce, Diana, dan juga Daniel Vance, sang paman yang kini menjadi pengembara Multiversal. Ia juga melihat sosok Eobard Thawne, Reverse-Flash, dalam kehampaan di kejauhan, terkejut dan marah melihat pengorbanan Barry.
Dengan setiap langkah, Barry berteriak, mengerahkan semua yang ia punya. Energi anti-materi itu adalah lawan yang tak terlihat, tak tersentuh. Ia bukan melawan musuh yang bisa dipukul, melainkan sebuah konsep kehancuran. Namun, ia tidak menyerah.