WebNovels

Chapter 6 - Cinta di Balik Jendela Kedai Kopi

Bab 6 – Hujan di Tengah Januari dan Harapan yang Lembut

Bulan Januari tak pernah terlalu dingin di kota ini. Tapi pagi itu, hawa menusuk lebih dalam dari biasanya.

Hujan turun seperti tirai tipis, membasahi jendela kedai Café Janji Pagi. Hana, seperti biasa, sudah berdiri di balik meja. Rambutnya diikat seadanya, dan sweater abu-abu longgar membalut tubuhnya.

Tapi yang membuat hatinya terasa penuh bukan cuaca. Bukan kopi.

Melainkan surat bergambar yang masih ia simpan di balik buku menu.

Dua cangkir. Satu harapan.Dan janji yang belum diucapkan.

Meja Kosong di Dekat Jendela

Sejak hari itu, Hana tidak pernah membiarkan orang lain duduk di meja dekat jendela. Meja itu seperti ruang tunggu untuk seseorang yang belum kembali.

Beberapa pelanggan sempat bertanya.

"Kursi ini kenapa gak dipakai, Mbak?"

Hana hanya menjawab, "Itu sudah dipesan. Tapi belum datang."

Jawaban yang sederhana. Tapi juga… menyimpan segalanya.

Langit yang Akhirnya Bicara

Sore itu, ketika kedai mulai sepi dan suara jazz perlahan mengisi ruangan, Hana mendengar lonceng pintu berbunyi.

Tapi kali ini berbeda.

Karena yang masuk adalah pria tua yang sama — pembawa surat terakhir.

Namun kini, ia membawa buku catatan kulit yang lebih besar, dan satu tas kanvas.

Ia duduk di meja Adrian, tanpa bicara, lalu mengeluarkan surat kecil.

"Adrian belum bisa kembali minggu ini. Tapi ia menitipkan ini untukmu."

Tangan Hana gemetar saat menerimanya. Di dalam, hanya dua kalimat:

"Januari belum selesai.Tunggulah aku sampai matahari pertama datang tanpa hujan."

Harapan yang Lembut

Hana memandangi surat itu lama, sebelum menempelkannya di balik papan pesanan. Ia tersenyum kecil.

Tidak semua janji harus langsung ditepati.Kadang, cinta datang bukan dalam kepastian… tapi dalam keinginan untuk menunggu.

Dan ia memilih menunggu.

Malam yang Tenang, Doa yang Diam

Malam itu, Hana duduk di kursi dekat jendela — meja yang seharusnya ditempati Adrian. Di hadapannya, dua cangkir kopi hangat. Satu untuknya. Satu tetap kosong.

Ia memejamkan mata sejenak. Hujan masih turun.

Tapi jauh di dalam hatinya, ia tahu…

Hujan tak bisa bertahan selamanya. Tapi rasa yang tumbuh saat hujan turun… akan tetap tinggal, bahkan setelah kering.

More Chapters